Hujan di pagi hari, membuat semua orang malas bangun dari tempat tidur, apalagi untuk sekolah. Termasuk Ghea, tubuhnya masih menggeliat kedinginan dibawah selimut tebal berwarna coklat miliknya.
Kriiiingggg!!!!
Suara alarm bervolume tinggi dari hapenya, membuat Ghea menjadi risih. Tangannya mencari-cari keberadaan handphone nya yang berada diatas nakas kamar.
Kini, tubuhnya semakin berada diujung kasur. Matanya masih memejam dan belum terbuka, tangannya masih sibuk mencari keberadaan handphone laknatnya.
1
2
3
"Anjer!! Sakit, kok gua bisa jatoh si. Perasaan gua tidur diujung tembok. Duh mati ni gua bentar lagi, sakit banget Yalord" tubuhnya sudah jatuh terjerembab keatas lantai. Ghea hanya memegangi bagian pinggulnya yang terasa ngilu akibat jatuh.
Ceklek
"Ghee, kamu kenapa sih? Kok berisik bener ya?" Suara pintu terbuka diiringi kedatangan mama Ghea--Dina--mamanya segera menghidupkan lampu kamar Ghea yang semulanya mati.
Ghea hanya mengerang kesakitan, diikuti cekikikan kecil karna malu pada mamanya. "Ehehehe, Anuu.. itu mahh, ahh ngilu...aww"
"Paan si kamu ini" Dina segera membantunya berdiri. "Kok bisa jatuh si? Aneh-aneh juga kamu ini. Kek mana, ganggu mama lagi facebook-an aja ah" gerutu Dina pelan.
Ghea memandangi mamanya dengan kesal "ih, mama ini. Anaknya lagi kesakitan malah asik mikirin pesbuk. Pasti mama main game criminal case itu lagi kan?" Ghea hanya menggumam manja, bibirnya manyun dan dimajukan beberapa senti.
Dina hanya tertawa pelan, melihat tingkah Ghea yang semakin manja jika di dekat mamanya. Ghea memang terkenal sebagai cewek judes, jutek, cuek, dan sadis. Namun jika dengan mama atau keluarganya, hatinya akan luluh dan berganti seperti anak kecil manja yang menginginkan susu formula.
"Sekolah gak hari ini?" Tanya Dina sambil mengusap kepala Ghea.
Senyum malu-malu tercetak jelas di wajah Ghea. Mamanya sudah paham akan kode itu "hehe, gausah sekolah dulu ya maa.. 😳"
Begitulah isi pikirannya.Mamanya membuang nafas pelan, kalau sudah berurusan dengan Ghea, susah dilarang.
"Yasudah, kamu istirahat aja dulu. Oh ya, mau makan pakai apa? Mau bubur? Nasi goreng? Nasi uduk? Atau---
"Nasi goreng aja" seru Ghea.
"Yaudah, gausah ribet-ribet. Telor rebus aja ya"
Krik krik...
"Emak selalu bener dah.."
****
Arsa duduk terdiam di bangku sekolahnya. Ia khawatir akan keadaan Ghea. Karna Ghea tak kunjung masuk, meski bel akan berbunyi beberapa menit lagi.
Sejenak Arsa melirik bangku sebelahnya yang kosong melompong, Ghea memang jarang sekali tidak masuk sekolah, dalam satu semester mungkin hanya 1-2 kali. Atau tidak pernah sama sekali.
"Huffttt, mana ya Ghea. Biasanya dia masuk lebih awal dari gua. Apa dia marah gara-gara kemaren? Tapi kan, dia ga pernah ngungkit masalah yang udah lalu dan ga penting" Arsa hanya semakin risau dengan Ghea.
Sudah beberapa kali di telpon, tidak diangkat, di SMS tidak dibalas. Seluruh akun sosmed Ghea pun sudah dikirimi spam chat oleh Arsa.
"Ah, Ghee.. Lo kenapa si? Tumben banget ga ada kabar gini. Biasanya lo nitip pesen ke gua. Kok ini ngga sih?" Gumam Arsa. Ia semakin sebal dan geram. Ia bingung, siapa yang akan menemaninya nanti. Walaupun Ghea marah padanya, itu tak akan mempengaruhi Arsa untuk tetap berada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANATHEMA
Teen FictionGhea suka coklat, tapi lebih suka lagi sama Dafran. -Anathema