4

46 4 4
                                    

Aku disini, menunggu kamu. Menunggu hati kita yang tak mungkin jadi satu.

-WIR-

Hari minggu, saat yang ditunggu-tunggu. Biasanya, pada hari ini semua orang beristirahat dari segala aktifitas padat yang cukup berat. Hari minggu adalah hari yang tepat untuk berolahraga, refreshing, maupun travelling.
Namun apalah daya seorang jomlo yang selalu ngorok dikasur sampai siang, berlabuh di Pulau iler, mau jalan-jalan sama pacar tapi ga ada. Hape sunyi seperti kuburan China. Yasudah, dirumah saja bantu-bantu emak.

Ghea bangun dari tidurnya dengan iler yang menjalar di sekitar pipinya. Bantal dan guling nya sudah basah terkena liur dari mulutnya.

Rambutnya dicepol hampir mencapai ubun-ubun. Ia segera masuk kedalam kamar mandi dan bergulat di dalamnya.

Beberapa menit berlalu, Ghea kembali dari toilet dengan wajah yang sudah segar, tidak ada lagi buliran iler-iler yang menempel, giginya sudah putih bersih dan mengeluarkan bau pasta gigi, kotoran mata atau yang lazim disebut belek pun sudah hilang terbawa arus air yang membasahi wajahnya.

Saat ini, Ghea bingung harus berbuat apa. Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, dan bibirnya manyun beberapa senti kedepan.

Setelah nyawa nya sudah menjadi satu, ia memilih menemui ibundanya yang sedang memasak di dapur. Aroma bumbu-bumbu masakan menyengat kedalam indra penciuman Ghea.

"Mama masak apa si? Kok sedep bener kayaknya?" Tanya Ghea dari belakang mamanya.

Dina mengelap tangannya yang sedikit kotor akibat memasak "Mama tadinya bingung mau masak apa, jadi mending buat nasi goreng cumi deh" Jawab Dina.

"Ooo, enak tuh kayaknya. Hehehe" Ghea terkikik pelan sehingga memunculkan lesung pipi nya yang manis.

Yang terjadi setelahnya, Faris dan Dirga datang bersamaan ke dapur. Faris memang sudah bangun dari tadi, bahkan sangat pagi. Kalau Dirga sih jangan ditanya, wajahnya masih kunyel-kunyel. Jambul dirambutnya mengot entah kemana. Bahkan, iler nya pun menjalar sampai mata.

Ghea yang melihat, bergidik geli sekaligus jiji dengan adiknya yang satu ini. Jelas-jelas kamar tidurnya ada toilet, tapi bersih-bersih saja malas.

"Bersihin dulu muka lo itu, belek entah di kuping, ingus entah dimata, iler aja ke jidat-jidat. Conge nya di mulut itu kali, muka udah mirip udel Osas tau gak?" Dengan gaya slow motion, Ghea menepuk pantat adiknya, hingga Dirga meringis kesakitan.

"Apasih lo ni, gua baru dateng dimarah-marahin, gaje bener" Dirga cemberut.

"Kalo mau makan tuh ya, harus bersih. Muka lo aja udah kayak peta tai tau gak? Kotoran semua isinya" Karena jijik mau dekat-dekat dengan Dirga, Ghea memilih untuk membantu mamanya yang sedang menyajikan masakan.

"Mama masak apa?" Tanya Dirga.

"Masak nasi goreng dengan topping seribu belek" Jawab Ghea asal.

"Ih, jijik sih. Lo aja sana yang makan, najis gua makan belek"
Dirga menirukan gaya orang muntah di depan kakaknya.

"Makanya, cuci sana muka lo, jamban" Cetus Ghea.

"Iya-iya"

ANATHEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang