Hari ini Syindy tidak ke sekolah karena libur. Ia berencana untuk bermain ke rumah Ceva. Ia mengirim pesan bahwa ia akan ke rumah Ceva siang nanti.
Syindy : Va, gue nanti ke rumah lo ya.
Syindy melihat ada balasan dari Raffa yang menyatakan ia baik-baik saja. Syindy pun mengembuskan napasnya lega.
Raffa : gue baik-baik aja kok.
Syindy : kemarin ada apa telepon gue?
Raffa : cuma mau tanya aja suka apa nggak.
Syindy : oh iya suka banget gue. Makasih ya, Raf.
Seakan tersadar Syindy segera berlari menuju ruang makan. Ia sudah melihat keluarganya berkumpul. Termasuk kakak sepupunya.
"Pagi," ucap Syindy dengan senyum lebarnya.
"Mandi dulu sana," sinis Tasha.
"Udah kok, Kak."
"Udah makan dulu baru ngobrol lagi," kata mama.
Setelah itu, semua berpencar kepada kesibukan masing-masing. Ada yang menonton televisi, menyiram tanaman, bermain game, dan yang lainnya.
Ketika jam menunjukkan pukul sepuluh, Syindy segera mengganti baju dan memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang memiliki warna senada dengan bajunya.
"Aku mau ke rumah Ceva ya." Syindy meminta izin kepada keluarganya.
Kebetulan paman dan sepupunya itu ingin menuju tempat kerja mereka. Padahal besok pamannya itu ingin berangkat ke Makassar.
"Main mulu lo, Lek," ujar pamannya.
"Biarin," balas Syindy seraya menjulurkan lidahnya. Lalu mencium tangan seluruh anggota keluarganya karena ia yang paling muda di sana.
Syindy mengendarai motor berwarna hijau putih miliknya. Untungnya jalan ke rumah Ceva saat itu tidak macet seperti biasanya.
"Assalamualaikum." Syindy mengucapkan salam ketika memasuki rumah Ceva.
"Waalaikumsalam, ke kamar gue aja, Cha," jawab Ceva.
"Yang lain pada ke mana, Va? Sendirian di rumah?" tanya Syindy.
"Bunda lagi ke supermarket sama Ayah, kalau Kak Ezra ada tuh di kamarnya."
Syindy hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Nonton yuk, Cha. Keluar deh yang penting, bosan gue di rumah terus," tutur Ceva.
"Tapi mau ke mana, Va?"
"Ke toko buku atau beli es krim. Nonton aja deh, Cha. Eh tapi makan yang paling penting."
"Yaudah ganti baju lo sana," balas Syindy.
¤¤¤
Sudah satu jam Syindy dan Ceva memutari mall. Namun mereka masih bingung ingin ke mana. Kaki pun sudah mulai lelah karena hal itu.
"Makan dulu deh, capek gue," kata Syindy.
"Yaudah, ayo."
Sampai di restoran yang berada di mall itu, mereka saling adu pendapat ingin duduk di mana.
"Di sana aja, Va."
"Di dekat jendela sana aja, Cha. Strategis buat cuci mata. Kali aja ada cogan lewat," balas Ceva yang langsung menarik tangan Syindy. Jika sudah seperti ini, Syindy hanya bisa menuruti apa mau Ceva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pent Up Feelings
Teen FictionKamu itu seperti langit yang hanya terlihat tetapi takkan tergapai. Sedih rasanya setiap kali melihatmu bersamanya. Tapi apa boleh buat, aku hanya bisa mengagumimu diam-diam. Aku tidak seperti teman-temanku yang bisa dengan mudahnya menyatakan peras...