Hari ini Senna pulang lebih awal dua hari. Pekerjaan luar kotanya ternyata jauh lebih cepat dari yang ia duga. Selama seminggu ia berpisah dengan suaminya yang merupakan seorang manager di sebuah bank swasta ternama. Pekerjaannya yang sebagai reporter memang mengharuskan dirinya bepergian jauh selama beberapa waktu yang tidak bisa diprediksi. Namun beruntunglah ia, memiliki seorang suami pengertian dan bijak seperti Ramon. Pria itu membebaskan Senna untuk bekerja yang membuatnya dapat leluasa mengatur waktu.
Walau sudah tiga tahun menikah dan mereka belum dikaruniai seorang anak, Ramon tak mengeluh. Setidaknya sampai Senna mencapai usia tiga puluh barulah Ramon menginginkan adanya seorang anak. Dan itu artinya dua tahun lagi barulah program mempunyai anak baru direalisasikan.
Memikirkan tentang anak membuat Senna tersenyum terlebih teman-temannya yang sudah menikah hampir semuanya telah memiliki anak. Ia akan bicara paa Ramon untuk mendiskusikan tentang hal itu, karena itu pula ia mempercepat kepulangannya.
Tadi sore, dalam perjalanan menuju Jakarta. Senna sudah menghubungi Ramon. Pria itu mengatakan akan lembur hingga tengah malam. Jadi dia akan ada waktu sekitar tiga jam untuk bersiap-siap memberi kejutan kepulangannya yang lebih awal.
Senna tertegun ketika ia membuka pintu apartemen. Di depannya tergeletak dua pasang sepatu yang diletakan secara asal. Ia tahu yang sepasang sepatu milik suaminya. Tapi sepasang lagi merupakan stiletto merah marun yang terbuat dari kulit buaya.
Tidak, itu bukan sepatu miliknya. Senna tahu betul dia tak pernah mempunyai sepatu yang terbuat dari kulit buaya. Suaminya pun tahu bahwa Senna pobhia terhadap binatang melata satu itu. Jadi mustahil Ramon memberi surprise suatu hadiah yang ditakuti Senna.
Stiletto siapa?
Terbesit kecurigaan namun segera dienyahkannya. Senna melepaskan sepatu flatnya, ia melangkah menapaki lorong rumah berlantaikan kayu. Senna mendengus kesal kala jas suaminya tercampakan di ujung lorong. Disusul dasi motif biru zebra dan kemeja berserakan di lantai.
Senna menggeleng kepala. Kebiasaan buruk Ramon yang selama tiga tahun tak pernah berubah meski Senna selalu mengingatkannya aadalah membuang sembarangan pakaian yang dikenakannya jika pria itu sedang kesal. Wanita itu berjalan agak membungkuk sambil memunguti pakaian suaminya. Dan saat mengambil kemeja Ramon, dibawahnya terdapat sepotong gaun wanita.
Jantung Senna berdetak kencang, dengan tangan gemetar di rentangkannya gaun itu. Sebuah gaun merah mini dengan potongan sederhana dan tentunya bukan milik Senna. Jantung Senna semakin berdetak kencang kala tak jauh dari mata memandang, di dekat sofa tercampakan underwear.
"Ahh... yaaaa...fuck me Ramon!"
Sayup-sayup terdengar desahan dari seorang wanita. Senna mempercepat langkahnya menuju sumber suara yang terdengar semakin jelas.
"Ramooon! Harder!"
"Bitch! Rasakan ini!"
"Ya! Ya! Yeaaaaah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby : Short Story Pengantar Tidur
Random[21+] CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. Kumpulan short story pengantar tidur. Hanya untuk pembaca dewasa. (Publikasi ulang part yang hilang) Copyright ©2017 by Shareefa Vae. Amazing cover by @FreakbutAwesome