Krik... Krik...krik... Krik...
Suara jangkrik bersahutan memecahkan kesunyian malam yang pekat. Suhu udara malam itu sangat dingin pasca hujan yang mengguyur bumi selama beberapa waktu yang lalu.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Langkah kaki dari sepasang sepatu merah terdengar nyaring menghentak lantai marmer. Suaranya seakan seirama bersamaan dengan suara jangkrik menjadi melodi malam yang mencengkam terlebih lagi terdengar pintu tua karatan berbunyi.
Krekeeeeeeek...
Langkah kaki itu masuk kedalam gudang tua yang dipenuhi oleh sarang laba-laba. Sesosok bayangan pemilik sepatu itu seakan hapal setiap sudut ruangan yang hanya bercahayakan lampu temaram itu. Ia melangkah tanpa tersandung sesuatu apapun.
Jemari lentik yang kukunya berkutek merah itu menarik tombol tak terlihat diantara lemari besar. Lantas lemari itu bergeser menampakan pintu besi. Orang itu membuka pintu dengan sebuah kunci.
Pintu terbuka menampakan sebuah ruangan temaram tanpa jendela yang setiap sudut temboknya dilapisi karpet merah sebagai peredam bunyi. Pintu ditutup kembali setelah ia masuk. Di tengah ruangan terdapat sebuah kursi dimana terdapat seseorang yang duduk dengan kedua tangan dan kaki terikat.
Seorang pria bertampang lusuh dengan beberapa memar biru diwajahnya menyamarkan ketampanan pria berusia pertengahan tiga puluh tahun itu.
"Selamat malam, Christo."
"Narsha! Sampai kapan kau menyekapku disini?!"
Narsha tersenyum manis. "Sampai kau mengatakan keberadaan Miu."
"Sudah kukatakan aku tak tahu dimana gadis itu berada. Harusnya kau yang lebih tahu."
"Dusta! Kau orang terakhir yang bersamanya"
Narsha hendak menampar pipi pria yang duduk terikat itu namun ia urungkan.
"Kau seyakin itu? Dari mana tuduhan itu berasal."
"Sebuah pesan. Kau menyuruh Miu untuk menemuimu dan ia membalas. Ia akan datang menemuimu."
Christo tertegun. "Aku tak mengiriminya pesan apapun!"
"Bohong!" Teriak Narsha. "Please katakan dimana Miu berada."
"Kenapa kau tak percaya padaku, Narsha?"
"Karena Kau bisa saja menginginkan Miu untuk dirimu sendiri!"
"Sudah ribuan kali kubilang! Aku tak mencintai Miu dan aku tak menginginkannya! Kau tahu betul apa keinginanku! Kau yang kuinginkan, Narsha!"
Narsha mundur dengan menutup kedua telinganya. Ia segera keluar dari ruangan itu dan memencet tombol dengan tangan gemetar hingga ruangan tertutup. Namun ia sempat mendengar kalimat terakhir pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby : Short Story Pengantar Tidur
Random[21+] CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA. BIJAKLAH DALAM MEMBACA. Kumpulan short story pengantar tidur. Hanya untuk pembaca dewasa. (Publikasi ulang part yang hilang) Copyright ©2017 by Shareefa Vae. Amazing cover by @FreakbutAwesome