Pilihan Terbaik

28 3 0
                                    

"PILIHAN TERBAIK" 

Kisah inspirasi dari: Selmadena Aquilla & Haqy Rais. 

Synthiara Aullina & Ahmad Rifqy Hamdani Zain 

***

"Mbak Tya, makan." 

Segera kututup sambungan telepon begitu mendengar suara itu setelah tadinya ada yang mengetuk pintu kamar. Aldi, adikku yang umurnya cukup beda jauh dariku, karena dia masih duduk di bangku kelas 2 SMP sedangkan aku sudah tamat kuliah setahun yang lalu. 

Aku menyahuti Aldi, mengatakan sebentar lagi akan keluar. 

Barusan aku habis telponan sama Raka, pacarku selama 3 tahun ini. Kami pacaran jarak jauh, atau bahasa singkatnya, LDR-an. Dia di Malang, aku di Jogja. Sebenarnya dia juga berasal dari Jogja, dan di Malang sedang melanjutkan studi S2-nya. Kami baru bisa ketemu kalau dia liburan dan pulang ke Jogja. 

Sebagai sarjana hukum, jurusan yang sudah banyak mencetak lulusan setiap tahunnya, aku belum menemukan firma hukum atau tempat kerja lainnya yang menerima lamaran pekerjaan dariku. Kalau pun ada, aku yang merasa nggak pas bekerja di tempat tersebut.

Jadinya, untuk sementara, aku menerima job yang nggak menentu. Kadang jadi host kondangan, penyiar radio, dan pekerjaan lain yang sekiranya bisa aku tangani. 

"Malam Papa, Mama, Aldi." Sapaku, terakhir mengacak rambut Aldi sebelum menarik kursi di sampingnya. 

Di meja makan, sudah duduk kedua orang tuaku bersama adikku. Kami memang selalu dinner bersama seperti ini, setelah seharian sibuk dengan aktifitas masing-masing.

Papa bekerja sebagai dosen fakultas hukum di UGM sudah sekitar 5 tahun, setelah sebelumnya belasan tahun mengajar di universitas swasta di Jogja. Sementara Mama, dulunya seorang artis, tapi akhirnya memilih membuka usaha toko perlengkapan rumah tangga, yang letaknya nggak jauh dari rumah. 

**

Tadinya, aku pengen istirahat aja di rumah. Tapi kan rejeki nggak boleh ditolak. Jadilah sekarang aku berada di Viavia, salah satu Restoran yang cukup terkenal di Jogja. 

Hal yang bikin aku nggak enak buat nolak juga, yang meminta bertemu adalah Mbak Rahmi Zain, putri pertama dari salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia, yaitu Pak Faisal Zain. Yang aku tau, beliau adalah mantan menteri presiden sekaligus tokoh politik yang namanya sudah mendunia. 

"Assalamu'alaikum, Mbak Sintya?" Aku langsung berdiri begitu sosok wanita dewasa cantik berhijab menyapa dengan sikap ramah, "Maaf kami telat dan membuat anda menunggu lama."

"Waalaikumsalam. Nggak apa-apa Mbak Rahmi, saya juga baru datang." Balasku setengah formal, kami bersalaman.

Aku juga bersalaman dan melempar senyum sopan pada Mas Arya, suaminya Mbak Rahmi. How lucky me to meet with them! 

"Hmm maaf sebelumnya, tadi via telepon saya sudah jelaskan setengahnya ke Mbak kan?" Aku mengangguk masih memasang senyum, "Jadi atas saran dari teman saya juga, saya harap Mbak Sintya bersedia jadi buzzer untuk ikut mensupport film pertama kami."

"Dengan senang hati, Mbak Rahmi. Kebetulan saya juga belum kerja, nunggu job yang nggak menentu." Kemudian aku tertawa ringan, malu.

Mbak Rahmi juga ikut tertawa, "Jadi Rabu depan saya akan kesini lagi, saya mohon luangkan waktunya sebentar karena saya akan membahas sedikit tentang isi film. Untuk poster dan segala macamnya, saya usahakan Senin besok sudah sampai disini. Tapi dikirimnya kemana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Marriage ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang