Their Answer

9 0 0
                                    

Semuanya hanya berawal dari satu gurauan.

"Kira-kira apa yang akan manusia lakukan jika mereka menyadari dunia akan berakhir besok?"

Semuanya tertawa mengejek. Pertanyaan semacam itu tidak akan benar-benar ditanyakan sampai kapan pun. Jadi, mereka melempar semua jenis jawaban asal yang terlintas di kepala masing-masing.

"Udah jelas, atuh. Bakal barengan terus sama akang pacar."

"Hmm, bersama keluarga itu yang paling bikin hati nyaman."

"Foya-foya! Selama ini kerja buat apa kalau besok dunia berakhir? Bakar duit, dong!"

"Aku bakal ngelakuin yang pengen aku pengen. Misalnya minum banyak banget. Atau mungkin pergi bareng cowok-cowok ganteng sampai dunia hancur."

Beberapa jawaban lain yang bisa diprediksi bermunculan, menumpuk satu sama lain seperti layaknya buih lautan yang tidak ada habisnya.

Kemudian, pertanyaan itu terlontarkan padaku. Agaknya, sedari tadi mulut ini enggan untuk mengucap satu kata pun. Aku lebih suka mendengarkan kalimat-kalimat absurd yang saling melompat dari pikiran mereka.

"Rasanya jawabanku juga bakal biasa aja. Aku lebih penasaran sama jawaban dari orang yang nggak punya apa-apa. Nggak ada keluarga, nggak ada pasangan, nggak ada kekayaan dan nggak ada tujuan. Pasti mereka bakal kasih jawaban yang menarik."

Mereka semua terdiam, mendengarkanku dengan heran. Beberapa di antaranya ada yang mengangguk-angguk setuju dengan pikiranku. Sebagiannya lagi hanya mencibir dan meremehkan, seperti biasa.

Obrolan tanpa makna ini terpotong oleh bos yang tiba-tiba memasuki ruangan. Semua kembali ke pekerjaan masing-masing dan mendedikasikan waktunya di sana. Dunia tidak akan berakhir. Meski hal itu akan terjadi, kita tak akan sempat menyaksikannya di usia manusia yang pendek ini.

Lalu, gurauan itu tidak lagi menjadi racauan semu.

Dunia akan berakhir besok. Kebetulan, perselisihan antar negara mencapai puncaknya dengan diluncurkannya senjata oleh beberapa kepala negara yang tak pandai mengatur emosi. Lalu, misil maha besar karya afiliasi beberapa negara itu terbebas dari sangkarnya. Benda berbentuk tabung tersebut akan mengitari atmosfir bagian bumi yang spesifik dan mengubahnya menjadi udara beracun, mampu membunuh semua populasi yang berada di bawahnya tanpa terkecuali.

Hanya saja, misil itu jauh lebih efektif dan mematikan. Ia mengitari seluruh bagian bumi, melenceng dari apa yang direncanakan, dan mengubah semua lapisan udara menjadi gerbang menuju alam kematian.

Waktu yang tersisa untuk umat manusia hanya tersisa beberapa belas jam lagi.

Siapa yang menyangka jika apa yang kami bicarakan saat itu menjadi kenyataan. Sesuai dengan jawaban masing-masin, mereka lebih memilih berada di sisi keluarga atau pasangannya, tersenyum pasrah sembari melihat langit yang lama-lama berwarna merah. Ada yang menghabiskan uangnya untuk membeli semua hal yang ia inginkan, termasuk bepergian ke berbagai tempat dengan segala cara. Serta melakukan hal yang sebelumnya tidak ia pernah ia lakukan, pergi bersama beberapa pria untuk menikmati hidup yang tinggal sebentar lagi.

Aku tidak memusingkan apa yang dilakukan oleh mereka semua. Malah, langkahku berjalan cepat mencari jawaban yang aku inginkan selama ini.

Kutemukan tujuanku di suatu sudut kota ini. Seseorang yang terdiam duduk di bangku jalan, berada di tengah huru-hara pekikan dan kebingungan massa.

"Bapak? Kenapa terlihat tenang sekali di saat-saat seperti ini?"

Laki-laki itu sedikit terkejut, tidak menyangka masih ada seseorang yang menggunakan akal sehat di situasi seperti ini. Kemudian, ia terkekeh kecil.

"Aku tidak perlu bereaksi seperti mereka. Dari awal, aku tidak terlalu terikat dengan dunia. Keluarga, pasangan, uang, atau tujuan. Aku tidak memiliki semuanya yang membuat seseorang menjadi manusia."

"Meski bapak tidak punya itu semua, apa yang ingin bapak lakukan sekarang?"

Ia tersenyum sejenak dan menjawab pertanyaanku. Apa yang kudengar barusan benar-benar sesuai dengan ekspetasiku selama ini.

Puas mendengarkan jawaban itu, aku berterima kasih kepadanya dan melenggang pulang, membiarkan manusia-manusia lain berteriak putus asa dan menyesali kehidupannya selama ini.

Dengan begini, aku tidak lagi ragu menyambut akhir dari umat manusia beserta planet ini besok.

DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang