Upset

80 24 21
                                    


TOK! TOK! TOK!

"Sayang, bangun, yuk! Hari ini kamu sekolah, kan? Udah siang lho ini."

Sebuah suara dengan nada tinggi disertai ketukan pintu di luar sana, berhasil membuat Angelo mengerang malas. Cewek itu menggeliat dengan asal-asalan di atas ranjang queen size-nya.

"Iya, Maaa. Angelo udah bangun, nih," balas teriakan Angelo. Meski faktanya adalah dia masih berbaring dengan malasnya di atas ranjang. Ia membohongi ibunya karena tidak ingin wanita paruh baya itu tahu bahwa anaknya masih setengah tertidur.

"Angelo, jangan bohong atau Mama nggak akan ngasih kamu uang jajan selama dua bulan!"

Kontan, Angelo terlonjak kaget. Telinganya cukup normal untuk memahami tiap kata yang dilontarkan ibunya. Bahkan meskipun ia masih setengah terlelap, namun telinganya masih mampu menangkap teriakan itu dengan jelas.

"Iya, Maaa. Angelo ke kamar mandi, nih!!!"

Tanpa menunggu ba-bi-bu lagi Angelo segera melesat ke sebuah ruangan khusus untuk mandi. Sebelum ia benar-benar memulai kegiatan mandinya, pintunya ia banting terlebih dahulu. Agar ibunya percaya bahwa ia sudah benar-benar masuk kamar mandi.

***

"Aku pamit ya, Ma, Pa? Udah telat nih."

"Kamu nggak sarapan dulu, sayang? Sekedar minum susu mungkin?" papanya menawarkan sembari mengangkat gelas susu milik Angelo yang sudah disiapkan khusus untuk gadis itu.

Tapi Angelo menggeleng sembari berkata, "Nggak, deh. Nanti makan di kantin aja." Mama dan papanya mengangguk mengerti. Mereka paham jika Angelo sudah benar-benar telah saat ini.

"Hati-hati, sayang."

"Iya, Maaa."

Beberapa detik kemudian sosok Angelo sudah tidak nampak lagi dari pandangan mama dan papanya. Membuat mereka dapat menyimpulkan bahwa Angelo sudah berjalan keluar rumah melalui pintu depan.

Di sisi lain, Angelo kini sedang bersusah payah untuk menyalakan mobilnya. Entah apa yang terjadi, ia tak mengerti. Tapi Angelo mencoba berusaha lebih keras lagi. Dan akhirnya setelah beberapa menit menunggu agar mau menyala, mobil Mercedez-nya itu mau menyala.

Jarak perjalanan dari rumah Angelo menuju sekolahannya cukup jauh. Menempuh 4 km jika jalan lengang, tapi bisa menempuh waktu selama 7 km jika jalanan padat. Padahal sekarang sudah pukul 7 kurang 15 menit. Sudah dipastikan bahwa ia nanti sesampainya di sekolah telat. Menempuh waktu selama 15 menit rasanya tak cukup. Karena biasanya membutuhkan waktu selama hampir setengah jam jika tidak ada macet.

Untuk mengusir kebosanan dan mengurangi rasa paniknya, jemari tangan Angelo dengan semangat memencet tombol 'on' pada pemutar alat musik di mobilnya. Ada 4 opsi yang pertama kali terpampang di layar pemutar musik. Di antaranya adalah MP2, MP3, MP4, Radio. Ketika Angelo membaca opsi ke-4, rasa ketertarikan untuk mendengarkan radio membuatnya langsung memilih opsi itu.

Suasana berjalan lancar, selancar jalan Jakarta yang pagi ini entah mengapa tidak terlalu macet. Sang penyiar radio yang tengah didengarnya itu juga mencoba membuat suasana di pagi hari menjadi lebih ceria dengan suara semangatnya. Maka, mau tak mau Angelo juga sesekali tersenyum tipis mendengar guyonan yang dilemparkan sang penyiar radio.

Tapi, kebahagiaan Angelo tersebut nampaknya tak berlangsung lama. Karena di tengah jalan, ia mengalami masalah pada mobil Mercedez-nya ini. Angelo tahu bahwa hari ini mungkin mobilnya bosan mengantarnya kesana-kemari. Ah, mendapat pemikiran ngelantur itu membuat Angelo berdecak sebal.

My Selfish BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang