Eternally

1.3K 151 7
                                    

Inspired from 6 years movie

"Aku tahu kau sangat mencintai Yoona."

Ucapan yang terlontar dari mulut wanita tua tersebut tetap tidak membuat seorang Oh Sehun bergeming. Dia tetap diam dalam lamunannya. Hal ini sungguh tidak dapat membuatnya berpikir sehat. Dia harus memilih kekasihnya atau pekerjaannya.

"Tapi kau juga harus mempersiapkan masa depanmu, Sehun. Ibu harap kau mengerti."

"Aku sungguh mengerti apa yang ibu maksud. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk memberi tahu Yoona tentang hal ini," balas Sehun dengan cepat.

"Katakan saja padanya. Jika dia mengertimu, dia akan setuju."

Sehun telah bekerja di sebuah perusahaan yang memproduksi musik selama satu tahun sebagai asisten produser dan kemarin dia mendapat tawaran untuk menjadi produser musik, tapi di New York. Sehun tahu kalau Yoona tidak akan menyetujuinya.

"Aku akan mengatakan hal ini kepada Yoona," kata Sehun sebelum dia berlalu di hadapan ibunya.

.

Ketika Sehun membuka pintu apartemen Yoona, dia mendapati sosok wanita yang sangat dicintai olehnya tengah duduk di atas kasur yang beralas sprei berwarna putih. Wanita itu duduk sambil bermain dengan ponselnya. Sedetik kemudian, wanita itu melempar ponselnya sembarang ke atas kasur ketika melihat Sehun di ambang pintu.

"Sehun-ah!" serunya sambil berlari dan melompat ke dalam pelukan Sehun. Wanita itu—Yoona mencium bibir Sehun singkat.

"Aku merindukanmu," lanjut Yoona sambil melepas pelukannya, tapi tangan Sehun tetap melingkar di pinggangnya.

"Kita baru tidak bertemu sehari loh," balas Sehun.

"Tapi kangen!" balas Yoona cepat.

Sehun menepuk-nepuk pelan puncak kepala Yoona, lalu tersenyum kepada malaikat yang baru saja muncul di hadapannya itu.

"Jangan-jangan kau tidak rindu padaku, ya?" tanya Yoona asal.

"Hal itu tidak mungkin terjadi," jawab Sehun langsung. Dia menurunkan tangannya dari puncak kepala Yoona, lalu memegang kedua pundak Yoona, "Yoong, aku akan naik jabatan."

"Apa? Kau serius?" tanya Yoona.

"Iya, sebagai produser."

Yoona langsung memeluk Sehun, "aku senang sekali. Bukankah itu cita-citamu dari dulu? Menjadi produser musik?"

"Iya, aku tahu."

"Kalau begitu kita harus merayakannya malam ini. Bagaimana?"

"Tapi aku akan ditempatkan di New York," ucapan yang keluar dari mulut Sehun berhasil membuat pelukan Yoona lepas. Dia diam menatap Sehun. Matanya yang tadi terpancar kebahagiaan kini terlihat murung. Sangat murung.

"Kau sudah menerima tawaran itu?" tanya Yoona dengan nada yang dingin.

"Belum, tapi kau tahu aku akan menerimanya," jawab Sehun.

Yoona membuang napasnya kasar, "egois!"

Sungguh. Sehun kehilangan akal sehatnya ketika mendengar sepatah kata yang keluar dari mulut Yoona barusan. Dia mendorong tubuh Yoona hingga punggungnya menabrak dinding yang dingin.

"Kau yang egois, Yoong!" Sehun mengacak-acak rambutnya kasar. Dia sungguh tidak mengerti apa yang dimaksud egois oleh Yoona.

"Aku? Aku egois? Dasar brengsek! Kau yang egois jika kau terbang kesana!" teriak Yoona.

"Kau yang melarangku pergi kesana dan kau juga yang mengataiku egois? Kau sudah gila, Yoong."

Tanpa disadari oleh Yoona, air matanya telah mengalir keluar dari matanya. Kedua matanya memerah dan pundaknya naik turun karena napasnya yang tak beraturan. Dia memukul dada Sehun berkali-kali.

"Kau ingin meninggalkanku disini," kata Yoona sambil memukul dada Sehun, "kau yang ingin pergi dariku," lanjutnya.

"Jadi, kau yang egois, bajingan! Keluar kau dari sini!" teriak Yoona.

"Yoong," panggil Sehun pelan.

"Keluar! Aku bilang KELUAR!" teriak Yoona sekali lagi.

Dan setelah itu, Sehun benar-benar keluar dari apartemen Yoona.

.

"Aku rasa kau tahu apa yang harus kau lakukan, Yoong."

"Iya, aku tahu aku salah," balas Yoona pada Jessica yang berada di hadapannya. Dia mengambil lembar tissu yang entah ke berapa untuk malam ini, lalu menyeka sisa-sisa air mata yang mengalir di pipinya.

"Besok pagi aku akan ke tempatnya dan meminta maaf seperti biasa."

"Dan...," kata Jessica memancing Yoona untuk melanjutkan perkataannya.

"Dan mengijinkannya pergi ke New York."

"Baik. Lagi pula aku tidak bisa melarangnya untuk pergi 'kan? Dilarang atau tidak, aku tahu dia akan pergi ke New York."

"Besok pagi pergi ke apartemennya dan membawakannya sarapan. Asal jangan—"

"Tentu saja aku akan membawakannya kentang goreng dan burger dari McD. Sehun sangat suka itu," potong Yoona.

.

Seperti yang dikatakannya kemarin, pagi ini Yoona datang dengan 2 kantung kentang goreng dan 2 burger sebagai sarapan mereka. Kini dia tengah melangkahkan kakinya menuju apartemen milik Sehun yang hanya berbeda beberapa blok dari apartemennya. Dia memiliki kunci apartemen Sehun jadi dia tidak perlu membangunkan Sehun dari tidurnya nanti. Dia memasukkan kuncinya ke dalam lubang kunci, lalu membukanya. Dia menurunkan knop pintu dan mendorongnya ke dalam.

Dia melihat Sehun terbaring di atas kasur dengan wanita di sampingnya. Sungguh, Yoona tidak tahu perasaan macam apa yang tengah bergulat di dalam hatinya hingga membuatnya sesak untuk bernapas. Lututnya melemas hingga dia memegang meja yang tak jauh dirinya sebagai tumpuan agar tubuhnya tak terjatuh ke lantai. Bahkan air mata entah sejak kapan sudah membasahi pipi Yoona yang kurus itu.

Dua kantung kentang goreng dan dua burger yang dibawa olehnya langsung dilempar kepada Sehun dan wanita tersebut. Sesuai dengan bayangan Yoona, pria brengsek itu langsung bangun dari tidurnya. Pria brengsek itu—Oh Sehun menatap Yoona dengan kedua matanya yang memancarkan rasa ketakutan terbesar di hidupnya. Sepertinya Sehun tidak menyangka kalau sisi buruknya ini akan terkuak di hadapan Yoona, kekasihnya.

Wanita yang berbaring di samping Sehun duduk di atas kasur dengan selimut putih yang menyelimuti tubuhnya. Yoona tersenyum menyeringai, dia tidak menyangka kalau Sehun akan melakukan hal ini dengan wanita lain di tempat yang sama ketika dia melakukannya dengan Yoona. Tanpa basa basi, Yoona melontarkan dua kata yang sedari tadi telah mendobrak mulutnya yang terkatup rapat.

"Kita putus," suaranya terdengar pahit di pendengaran Sehun. Yoona memunggungi mereka dan berlari keluar dari apartemen Sehun. Kedua matanya sudah berlinang air mata bahkan dia kesulitan melihat jalan yang sedang ditapaki olehnya. Air matanya terlalu memenuhi matanya. Dia membuang napasnya kasar dan menyeka air mata yang terus mengalir di wajahnya.

Yoona membuka pintu mobilnya, lalu masuk di bangku kemudi. Dia memukul stir mobilnya kuat-kuat, bahkan dia menekan-nekan klaksonnya berkali-kali. Rasa kesalnya ini sudah tidak dapat dibendungi lagi. Dia menghidupkan mesin mobilnya dan melaju di jalan raya Seoul. Berkali-kali dia menghapus air mata yang terbendung di kedua matanya, tapi air matanya terus muncul di kedua matanya. Ah, sungguh menyakitkan baginya.

Lampu hijau.

Lampu merah.

BRAK!

.

Kecelakaan lalu lintas terjadi di jalan raya utama Seoul pukul 7 pagi. Laporan yang diterima adalah mobil pribadi yang dikendarai oleh korban wanita melaju dengan kecepatan tinggi dan menerobos lampu merah hingga bertabrakan dengan truk.

"Yoona.."

The End


Yoona x Sehun FictionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang