Butterfly

834 128 0
                                    


Rambut mangkuk berwarna hitam milik seorang pria yang berkulit putih susu bergerak mengikuti irama ia berlari. Dengan sebuah buku yang tengah ia genggam, ia berhenti di lorong yang mulai sepi karena hampir semua mahasiswa-mahasiswi masuk ke ruang kelas. Ia melirik arlojinya yang mengalung di lengannya sambil mulai melangkah dengan normal.

"Sial! Telat sepuluh menit." Gerutunya. Ia melangkahkan kakinya dengan cepat sambil menatap arlojinya secara terus-menerus. Hari ini merupakan pertemuan pertama dan Oh Sehun tidak mau memberikan kesan buruk kepada dosennya nanti.

BRUK!!

Sontak, Oh Sehun melihat seorang wanita yang baru saja mendarat di atas lantai dengan sempurna. Seluruh buku-buku yang pastinya tengah dipeluk oleh wanita tadi berserakan di atas lantai. Sehun memijat keningnya pelan. Kenapa hari ini sial sekali?!

Wanita tersebut mendongakkan kepalanya hingga menatap Sehun. Baru saja ia membuka bibirnya yang terkatup rapat sedari tadi, tapi Oh Sehun memotongnya.

"Duh, noona! Kenapa kau menghalang jalanku?" Oceh Oh Sehun yang berhasil membuat wanita yang masih tersungkur di atas lantai mengerutkan keningnya kebingungan. Sehun menghelakan napasnya lalu melanjutkan perkataannya, "Maaf, aku sudah terlambat. Lain kali kalau aku menabrakmu lagi, aku akan menolongmu, ya?"

Masa bodoh dengan respon wanita itu. Oh Sehun langsung melanjutkan langkah kakinya yang lebar hingga satu langkahnya sama dengan panjangnya tiga keramik. Ia berhenti di depan pintu 903. Sebelum membuka pintu tersebut, ia mengintip lewat jendela kecil yang berada tepat di depan matanya.

"Syukurlah." Helaan napasnya mengakhiri kata yang keluar dari bibir tipis Sehun ketika ia melihat meja dosen masih kosong. Ia segera membuka pintu tersebut dan menutupnya kembali. Dengan cepat, ia menghampiri meja yang telah di take oleh temannya, Kim Jongin.

"Dosennya belum datang?" Tanya Sehun sambil duduk di atas bangku.

"Belum. Kau kemana saja?" Balas Jongin.

"Motorku mogok dan kutinggalkan di bengkel. Bis penuh. Sial, kan? Beruntungnya—" Cerita Sehun menggantung ketika ia melihat pintu kelas tersebut terbuka. Seorang wanita melangkahkan kakinya masuk. Rambutnya terurai berwarna coklat gelap, kemeja putih, dengan rok span selutut berwarna hitam. "—goddammit!"

Jongin mengikuti arah mata Sehun. Oh, dosen itu? Jongin menyunggingnya senyumannya, lalu menyikut Oh Sehun, "Hei, kau kenapa? Suka dengan dosen kita?"

Dosen kita.

Dosen.

D O S E N.

Itu wanita yang ditabrak oleh Oh Sehun beberapa menit yang lalu.

"WHAT THE PFFFTT..." Sehun langsung memukul meja dengan keras hingga ia bisa merasakan belasan pasangan mata tengah menatapnya sekarang. Dengan sisa-sisa keberanian yang ia punya, ia melirik ke wanita yang sekarang berdiri di depan, sebagai dosen.

Kim Jongin sedikit memajukan tubuhnya, lalu menatap wajah Oh Sehun yang sudah pucat pasi. Keringatnya bercucuran hingga mengalir dengan lancar di atas pipinya. Jongin melambai-lambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Sehun hingga Sehun terlonjak.

"Wae? Wae? Wae?" bisiknya pelan.

"Kau kenapa, Tuan Oh?" Tanya Jongin.

Sehun mengacak rambutnya pelan, "Kau tahu, aku tadi menabrak wanita yang di depan itu dan tidak menolongnya sama sekali. Aku pikir dia itu sunbae di kampus ini. Kau tahu sendiri, kampus ini sangat besar. Aku tidak bisa mengenali dia itu seorang dosen atau tidak," Sehun melirik wanita yang berdiri di posisi dosen sambil mengabsen seluruh mahasiswa/i yang ada di kelas, "aku pasti tidak akan lulus di mata kuliah ini."

"Jangan-jangan kau memanggilnya—"

"—Noona."

"Oh Sehun."

"Oh, tidak. Bagaimana nasibku ini?"

"Oh Sehun."

"Jongin, bagaimanaaaaaa?"

"OH SEHUN!"

"Oh, iya! Ne! Ne! Saya hadir!" Respon Sehun sambil mengangkat tangan kanannya. Ia bisa melihat dosen yang di depan itu mengangguk-angguk mengerti, lalu ia melanjutkan aktivitasnya, yaitu mengabsen. Dan Oh Sehun hanya bisa melipat kedua tangannya di atas meja sambil memerhatikan dosen tersebut dengan wajah yang siap-dipanggil-kapanpun.

"Baiklah." Putus sang wanita tersebut.

"Hari ini merupakan hari pertamaku mengajar sebagai dosen. Jadi, hari ini bukan hari pertama kalian saja." Wanita tersebut mengakhiri perkataannya sambil melirik ke arah Sehun. "Nama saya, Im Yoona. Kalian bisa memanggil saya, Im sonsaengnim. Saya berumur 28 tahun. Salam kenal." Ia membungkukkan tubuhnya sebagai salam perkanalan diujung perkataannya.

Salah satu mahasiswa mengangkat tangannya, "Sonsaengnim, apa anda sudah mempunyai kekasih atau tunangan?"

Oh Sehun menahan tawanya. Pertanyaan macam apa itu.

"O...Oh, sebenarnya pertanyaan seperti ini sudah saya blacklist dari awal. Jadi, maaf. Saya tidak bisa menjawabnya." Jawab Yoona.

Dan kini, Sehun yang mengangkat tangan. Bukan hanya mengangkat tangan, ia berjalan dari baris keempat hingga tepat berada di hadapan Yoona, "Aku punya banyak pertanyaan."

Yoona tersenyum sekilas, "sepertinya, anda bisa menanyakan hal tersebut dari tempatmu saja."

"Pertama, bolehkan aku memanggilmu noona?"

Yoona tersentak. Beraninya dia.

"Kau diam. Aku menganggap jawaban itu sebagai iya."

"T-Tapi.."

"Kedua, aku mau minta maaf atas kejadian yang ada di luar tadi."

"Sudah kumaafkan."

Kali ini, Sehun yang tersenyum. Dia mengangkat kedua tangannya seakan-akan berhitung. Mulai dari tangan kanan, ia mengeluarkan jari telunjuknya, sudah. Jari tengahnya, sudah. Jari manisnya, jari kelingkingnya, hingga berpindah ke tangan kiri.

Delapan jari yang terbuka.

"Aku rasa aku bisa memakan setengah jam kuliah jika aku menanyakan semua pertanyaanku sekarang. Jadi, bolehkah aku minta.." Sehun memajukan wajahnya hingga bibirnya berada tepat di telinga kiri Yoona, "kontak line-mu?" Bisik Sehun.

Shit. Anak seumur jagung ini berhasil membuat jantung Yoona berdegup kencang. Tanpa ia sadari, ia memegang pipinya yang sudah memanas. Namun ia sadar akan satu hal, anak seumur jagung yang bernama Oh Sehun ini berhasil membuatnya merasakan kupu-kupu berterbangan di perut dan dadanya hingga membuatnya tersenyum tak terkendali. Oh, God, Oh Sehun berhasil membuat Im Yoona tersenyum tanpa alasan di hari pertama mereka berdua.

Sehun mengeluarkan secarik kertas kecil dengan sobekan yang berantakan dan tertulis username id line miliknya dari kantung kemejanya. "By the way, seluruh pertanyaanku berhubungan dengan mata kuliah ini. Jika noona tidak mau membantu, aku bisa melaporkan hal ini ke bagian perkuliahan."

Sehun tersenyum. Licik. Ia berbalik, lalu berjalan kembali ke mejanya. Ia mengedipkan mata kirinya ke arah Jongin.

Percayalah, cerita ini akan berakhir bahagia.

END

Yoona x Sehun FictionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang