" 2 "

96 4 0
                                    

Sampailah aku di depan sebuah restoran mewah ibukota. Mobil-mobil terparkir rapi di halaman . Dari sudut dalam restoran , kulihat pengunjung yang sangat ramai. Aku semakin tidak sabar untuk masuk ke dalam . Selain itu , aku juga sangat penasaran tentang sosok kejutan yang dimaksudkan oleh bapak. Aku membuka pintu mobil dan segera turun bersama adikku.

" Dek , yuk turun."

" Oke."

Aku berjalan melewati halaman depan . Namun , semakin jauh aku berjalan kurasakan sesuatu menahan langkah kakiku. Aku mengalihkan pandangan untuk melihat apa yang terjadi.

" Dek , ngapain lu nginjek rok gue ?"

" Oh.... Masyaalloh. Maaf maaf. Makanya pake rok tuh jangan kepanjangan. Kan nyangkut. Udah gitu yang disalahin gue lagi."

" Ya emang lu yang salah. Kalo jalan tuh lihat pake mata jangan pake hati."

" Lu kira jatuh cinta gitu ? Hati bisa menentukan jalan yang terbaik ?"

" Tau ah. Yuk buruan masuk ! Bapak sama ibu udah nungguin kita disana tuh!"

****

" Arya , Verika sini nak."

Aku dan Arya menghampiri ayah dan ibuku. Mereka berdua sedang berbincang dengan sebuah keluarga yang duduk sudut kiri restoran. Saat aku semakin mendekat , aku melihat seseorang yang sangat kukenal. Dia adalah Revita. Tunggu , kenapa dia ada disini ? Setiap aku melihat wajahnya , aku merasakan semangat di dalam jiwaku lenyap begitu saja.
Tanpa pikir panjang , aku menarik lengan ibuku untuk kuajak bicara berdua.

" Buk , yang dibilang bapak temenku sekelas itu cewek itu ?"

" Iya. Dia katanya anak sepuluh ipa empat juga."

" Aduh buk... dia tuh musuhku. Aku nggak suka banget sama dia , sifatnya itu lho. Ih... tau gini mendingan aku tadi nggak usah ikut aja!"

" Eh , kamu jangan gitu dong. Orang tuanya dia itu mau ada bisnis besar sama bapakmu. Jadi kamu juga harus bersikap baik sama dia. Udahlah , lupakan semua kebencianmu. Mendingan kita balik ke sana lagi , kita dilihatin sama keluarga mereka. Nanti mereka mikir macem-macem. Jangan lupa , bersikap yang baik!"

Dengan sangat berat hati , aku melangkah ke sana. Kulihat wajah Revita juga menunjukkan perasaan tidak senang akan kehadiranku. Namun , karena ibuku menyuruhku bersikap baik pada Revita , terpaksa aku harus menutupi semua perasaan benciku padanya. Dan dengan sangat terpaksa , aku harus bersandiwara dihadapannya.

" Hai Revita." sapaku sambil menjabat tangannya.

" Oh... Hai juga."

" Jadi temen spesial yang diomongin bapak itu Revita ? Kalau Revita mah nggak cuma temen sekelas , tapi juga temen sebangku bahkan temen yang akrab banget sama aku. Iya kan Rev ?"

" E ee... Iya."

" Kita deket banget lho om , tante. Bahkan kita juga sering curhat bareng , ngantin bareng , main bareng , belajar banget. Pokoknya kompak banget. Iya kan Rev ?"

" Mmm.. Iya. Bener."

" Maaf nih , ayah , ibu , om , tante , saya mau ngomong sebentar sama Verika. Mau ngomongin sesuatu , biasalah urusan anak remaja."

TRUE LOVE / TRUE FRIENDSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang