" 4 "

93 1 2
                                    

" Ver , ke kantin yuk." ajak Indri sambil menepuk bahuku.

" Bentar In , gue lagi ngerjain tugas matematika tadi." jawabku sambil menulis.

" Subhanallah , rajin banget lu Ver. Itu kan tugas buat minggu depan."

" Mumpung lagi ada waktu luang , ya lebih baik gue kerjain aja. Daripada besok-besok , entar malah lupa."

" Hmmm... ya udah , nanti kalau udah selesai kita ngantin bareng ya ?"

" Oke."

Aku terus mengerjakan soal demi soal sambil mendengarkan musik lewat earphone yang terpasang di telingaku. Satu per satu lagu diputar secara otomatis pada pemutar musik di smartphoneku. Sudah menjadi kebiasaanku belajar sambil mendengarkan musik. Bagiku musik bisa mengatasi kejenuhan saat belajar. Terutama saat mengerjakan banyak PR , musik bisa menjadi moodboosterku.

Tak berselang lama , aku telah selesai mengerjakan semua soal beserta cara pengerjaannya secara urut. Aku membaca kembali pengerjaanku untuk menghindari adanya kesalahan. Setelah aku yakin pada jawabanku , aku segera menutup buku , membereskan alat tulisku dan memasukkannya ke dalam tas.

Aku mengambil dompet dalam tas dan mengeluarkan dua lembar uang sepuluh ribuan. Aku menoleh ke arah teman-temanku untuk mencari Indri yang tadi mengajakku ke kantin. Ternyata dia sedang bersama gerombolan anak laki-laki di sudut belakang kelas. Sudah kutebak , pasti dia sedang bermain game bersama mereka. Aku menghampiri mereka dan mengajak Indri ke kantin.

" In , ngantin yuk." ajakku padanya.

" Bentar Ver , lagi seru nih." balasnya sambil terus memencet tombol pada stick game.

" Tadi lu ngajak gue ke kantin."

" Tadi lu diajak nggak mau ! Bentar ah , nanggung."

" Haha... udah Ver , ikut main aja. Daripada lu nungguin." timpal ketua kelasku.

" Gue mah nggak suka game."

" Kenapa ? Game itu asyik lho." tanya Indri.

" Karena game itu adalah permainan , dan gue paling nggak suka main-main , gue sukanya kepastian , kejelasan , keseriusan."

" Widih..." kata beberapa anak sambil bertepuk tangan.

" Bener kan ?" tanyaku pada teman-teman.

" Yeee , gue menang !" sorak Indri sambil mengangkat stick gamenya.

" Lu mah , menang main game aja senengnya kaya menangin hati seseorang !" sindirku padanya.

" Biarin dong . Definisi bahagia bagi setiap orang tuh berbeda." balasnya sambil meletakkan stick game di atas meja.

" Up to you." jawabku sekenanya.

" Cuss kantin Ver. Gue udah laper nih." ajak Indri padaku.

" Yuk... traktir gue ya ? Kan lu mau ulang tahun." pintaku.

" Yaelah , gue ulang tahun masih 3 bulan lagi. Lu kok nagihnya sekarang." jawabnya sambil cemberut.

" Haha... iya iya. Gitu aja ngambek. Yuk , berangkat sekarang aja." ajakku sambil menggandeng tangan Indri.

" Eh , gue nitip jus jeruk dong , nih duitnya." pinta Rishaq sambil menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan.

" Oke , tapi lama ya ? Karena kita mau beli makan , bukan beli jajan." balasku sambil mengambil uang Rishaq.

Dari pintu kantin terdengar suara yang sangat riuh. Seperti suara banyak anak laki-laki sedang tertawa. Suara mereka seperti saling menertawakan satu sama lain. Aku heran , padahal ini belum masuk waktu istirahat , tapi pengunjung kantin sudah ramai saja. Mungkin itu adalah suara kakak kelas atau mungkin anak tetangga kelasku.

TRUE LOVE / TRUE FRIENDSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang