Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
IG @Benitobonita
Awal tahun 2012 adalah bulan-bulan tersibuk yang harus dilewati, aku harus mengerjakan thesis demi mendapatkan gelar s2 Ekonomi.Mbakyu amat baik, dia membantu aku dalam penyelesaian thesis, bahkan dia juga sering menyediakan camilan agar aku semangat dalam mengedit isi thesis yang selalu saja ditolak dosen pembimbing.
Tanpa terasa Kaila juga tumbuh semakin besar, gigi susunya sudah hampir lengkap, dia mulai bisa memanggilku dengan sebutan pali.
Agustus 2012 aku akhirnya memperoleh gelar s2, semua anggota keluarga hadir saat aku wisuda. Ibu menyesalkan karena aku tidak membawa pasangan untuk foto keluarga.
"David, kamu sudah berumur 25 tahun, sudah lulus kuliah, kok belum juga cari pasangan?" keluh ibu yang kesekian kalinya saat perjalanan pulang.
Lagi-lagi aku menjawab dengan kalimat yang sama. "Belum dapat yang cocok, Bu."
Ibu mendengus kesal. "Kalau mau nunggu bidadari turun dari khayangan, sampai ibu masuk ke liang kubur juga enggak akan dapat."
"Bu, jangan ngomong gitu, aku juga udah nyari, tapi memang belum dapat," jawabku mulai jengkel, mencari pasangan hidup bukanlah suatu hal yang remeh.
Mas Adam yang menyetir mobil ikut bertanya, "Kamu memang maunya calon istri yang seperti apa, sih?"
Melirik ke arah mbakyu yang berada di sebelah Mas Adam, aku berkata, "Yah, seperti Mbakyu, pintar memasak, jago urus anak, bisa juga berbaur sama keluarga."
"Hush, jangan gitu, nanti Masmu cemburu," tegur ibu yang duduk di sebelahku memukul pahaku.
"Itu bener, Bu, aku mau istri yang kaya Mbakyu," jawab aku mengelus paha yang tidak bersalah.
Bapak memperbaiki posisi duduknya agar Kaila nyaman dalam pangkuan. "Maksud David, dia mau cari istri yang bagus bebet, bibit, bobotnya, sama kaya Mbakyu nya, enggak salah kok, Bu."
Aku melihat rona merah mulai mewarnai kedua pipi mbakyu, hal yang selalu terjadi setiap kali dia tersipu malu.
"Cukup-cukup, Mama Kaila jadi malu," tegur mas Adam menghentikan pembicaraan kami.
Akhir tahun 2012 aku mulai bekerja di salah satu perusahaan internasional, hari-hariku pun mulai sibuk, pergi pagi pulang malam. Terkadang aku pulang sudah hampir pukul sebelas malam. Aku semakin jarang bertemu dengan mereka, hanya semangkok sup dan lauk yang khusus disiapkan oleh mbakyu untukku, yang menunjukkan bahwa dia dan kaila ada di sini setiap sore.
Aku mulai tertarik dengan seorang rekan kerja bernama Winda, dia mandiri, cantik, dan berambisi. Meski memiliki sifat berbeda dari perempuan idealku. Namun, Winda memiliki keunggulannya sendiri. Satu dua kali kami sempat berkencan, meski belum ada ikatan khusus di antara kami.
Maret 2013, aku dikejutkan oleh berita bawa mas Adam masuk rumah sakit. Aku ingat, hari itu kantor kami sedang mengadakan rapat untuk melaunching produk baru, ponselku bergetar. Awalnya aku tidak menggubrisnya. Namun, dering tidak berhenti hingga hampir sepuluh menit lamanya.
Memohon maaf kepada peserta rapat, aku keluar ruangan lalu menarik ponsel dari saku celana. Terlihat nomor telepon ibu tertera di layar.
Mengerutkan kening, aku mengangkat telepon yang masih bergetar. "Kenapa, Bu?" tanyaku heran, ibu selama ini tidak pernah menghubungiku saat jam kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Bayang Janji Sunyi
RomantiekMenikahi dan mencintai wanita yang masih mengasihi pria lain adalah sebuah penderitaan yang harus David alami, terlebih pria lain itu adalah abang kandungnya sendiri. Kehidupan David yang awalnya tenang, berubah menjadi porak poranda setelah terpaks...