Prolog

1.7K 35 0
                                    

Senja setelah itu tak lagi terlihat seperti biasanya. Yang tadinya selalu ku lihat indah, ku lihat sempurna, selalu membuatku merasa puas. Kini tidak lagi seperti itu. Mengingat sesaat setelah aku melihat Umi menangis sendirian di kamar.

"Astaghfirullah Umi... Umi kenapa nangis?" tanyaku pada Umi sambil meletakan tanganku di bahu Umi.

"Umi gak papa sayang. Umi hanya sedih aja. Umi mau ke dapur dulu ya, pasti kamu belum makan. Nanti Umi siapin makanan yang enak buat kamu." tawar Umi mengalihkan pertanyaanku.

"Mi, aku tahu. Aku tahu Umi. Umi di sakitin lagi sama Abi kan? Iya kan Mi?" bantinku bergema dengan air mata yang berurai.

"Abi sudah kelewatan! Aku harus ngomong sama Abi!" gegasku langsung menghampiri Abi yang sedang minum kopi di meja depan rumah.

"Abi! Abi kelewatan. Kenapa sih sekarang Abi itu udah beda. Gak lagi kaya dulu. Aku kecewa sama Abi!" ucapku pada Abi. Dan membuat abi kaget dengan semua ucapanku.

"Apa-apaan kamu ini. Gak sopan kamu ngomong seperti itu sama Abi kamu sendiri. Pergi sana! Gak ada bedanya anak sama ibu!" tegas Abi dengan mencibir telingaku.

Usai kejadian itu, aku gak pernah lagi mau bertatap muka pada Abiku. Udah lagi gak mau bicara bahkan untuk memulai pembicaraan pun aku sama sekali gak mau.

Abi ku sekarang adalah laki-laki yang kasar. Entah kenapa ia sekarang sifat nya sangat pemarah, mudah sekali untuk menaikan amarahnya.

------------------------

Ohiya lupa, aku Raisya Arliana Sahara. Panggil saja aku Rai, just "RAI". Aku adalah anak kedua dari 3 saudara. Yang pertama namanya Andri Riansyah dan yang ke tiga bernama Reno Argiansyah. Aku lah satu-satunya anak Umi Diani dan Abi Arya yang perempuan. Kedua saudaraku adalah laki-laki. Membosankan memang jika gak punya saudara sesama jenis *eh :) Yaa maklum aja, gak ada yang bisa di ajak curhat. Ajak Reno curhat yang ada malah emberan. Ajak bang Andri curhat eh malah sia-sia, panjang lebar cerita tapi gak di dengar.

Tapi tenang aja kok, kedua saudara ku itu baik loh, mereka adalah saudara sekaligus sahabat di keluargaku. Mereka juga yang sering mengajakku main dan berlatih gitar di ruang musik. Pokok nya mereka laki-laki idaman kaum hawa banget. Hehe...

------------------------

"De, bang Andri kemana kok gak keliatan?" tanyaku pada Reno sambil melihat seisi ruang musik yang biasanya kalo jam segini bang Andri lagi latihan musik.

"Gak tahu tuh Kak! Reno liat sih tadi abang pergi sama temennya gak tau kemana" jelas Reno padaku.

"Isss bang Andri gak nepatin janji. Katanya mau ngajak kita ke Taman Borobudur, iya kan De?" ucapku pada Reno dengan agak sedikit kecewa dan melangkahkan kaki ke kamar.

Seperti biasa hari-hariku hanyalah bermain di kamar, jika tidak main musik bareng abang dan Reno. Kalo enggak juga paling bermain handphone. Gak ada kerjaan lain sih selain itu. Toh aku kan orangnya gak terlalu gaul, alias kuper. Oalah... Masih ada ya anak yang kek gitu di jaman sekarang. Hehe...
Gapapa deh, dari pada jadi anak gaul tapi bisanya cuman ngecewain orang tuanya. Betul kan? Betul betul betul... :)

"Kak, aku pergi dulu ya mau main sama temen-temenku!" ucap Reno selintas langsung berlari ke luar tanpa mendengarkan jawabanku.

"Ni orang di rumah pada kenapa sih. Semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing." kerutusku kesal sambil melempar handphone yang baru saja aku pegang.

***

"Rai, nih kamu makan dulu. Nanti takutnya kamu sakit" tiba-tiba ada Umi masuk ke kamarku dengan membawa nasi goreng kesukaanku buatan Umi tercinta.

"Eh Umi. Iya Mi. Makasih ya... Kita makan bareng ya, Mi" harapku pada Umi untuk bisa makan bareng biar bisa curhat-curhatan sedikit. Wkwk

"Ayo, Umi bantuin makan tapi ada syaratnya. Umi ingin kamu suapin." pinta Umi.

"Yeh Umi kayak anak kecil aja hehe. Yaudah Rai suapin deh." balasku dengan cengengesan.

"Umi, sebenarnya Umi ada apa sih sama Abi kok akhir-akhir ini sikap Abi beda sih. Rai jadi takut kalo Umi terus di sakitin sama Abi. Rai harap Umi bisa jelasin semuanya sama Rai." celetusku pada Umi saat aku menyuapi sesendok nasi goreng ke mulut Umi.

"Huk huk..." tiba-tiba Umi mendadak batuk. Mungkin kaget karena mendengar ucapanku tadi.

"Mi, Umi kenapa... Umi minum dulu nih. Maafin Rai ya Mi kalo ini gara-gara Rai" ucapku merasa bersalah.

"Gak sayang, gak kenapa-napa. Kamu habisin nih nasinya. Umi mau ke kamar dulu ya. Ingat Rai, ada saat nya kamu mengetahui permasalahan Umi sama Abi. Untuk saat ini kamu masih kecil. Jadi jangan pengen tahu dulu ya sayang. Umi sayang Rai" ucap Umi sambil mengecup dahiku. Dan pergi dari tempat tidurku menuju kamarnya.

Hmm... Mungkin perkataanku barusan salah. Apalah aku hanya bocah 15 tahun, yang belum ngerti urusan rumah tangga. Tapi aku yakin, suatu saat nanti aku bakal tahu semuanya. Dan aku janji, aku akan menjadi penghapus pertama air mata Umi sebelum Abi.

"Umi sabar dulu ya. Rai anakmu ini juga sangat sayang sama Umi kok. Jadi gak bakalan pernah Rai ninggalin Umi"

MENGAGUMIMU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang