"Hallo, apa benar ini dengan keluarga Raisya Arliana Sahara?" tanya seorang perempuan yang tak di kenal melalui telepon rumah.
"Iya benar, maaf dengan siapa ini dan ada apa dengan Rai adik saya?" tanya bang Andri.
"Kami dari Rumah Sakit Anita Medice. Adik anda mengalami kecelakaan dan sekarang dalam keadaan koma. Terimakasih." jelas perempuan penelepon tadi.
"Ya Allah Rai... Mi, Abi??? Reno mana Abi sama Umi?" tanya Andri dengan cemas.
"Di depan rumah bang, lagi ngobrol gatau ngobrol apaan. Abang gak sekolah?" jawab Reno dengan polos.
Tanpa menghiraukan pertanyaan Reno, Andri bergegas meninggalkan Reno dan menghampiri Abi sama Uminya.
"Umi... Abi... Ini gawat. Rai kecelakaan tadi. Kita sekarang harus ke Rumah Sakit Anita Medice." jelas Andri pada Umi dan Abinya.
"Apa?? Rai...? Ya Allah Rai anak Umi. Ayo Andri kita ke Rumah Sakit. Abi ayo Bi!" panik Umi saat mendengar kabar dari Andri.
"Iya Mi. Ayo" singkat Abi pula dengan panik.
Saat dalam perjalanan keluargaku sangat cemas dengan kondisiku. Sampai-sampai tiba di Rumah Sakit...
"Rai, Ya Allah... Kamu kenapa Nak? Bangun sayang. Umi panik liat kamu seperti ini!" jerit Umiku dengan menggoyang-goyangkan tubuhku yang tak sadarkan diri.
"Rai bangun. Abi minta maaf sayang. Kamu anak Abi yang kuat." ucap Abiku dengan menepakkan tangannya ke wajah Abi sendiri hingga air matanya mulai bergantian menetes.
"Sayang bangun Nak" ucap Umi.
"Sudah Bu. Rai sekarang dalam keadaan koma. Dia sudah melewati masa kritisnya. Ibu dan Bapak harap bersabar dan banyak berdoa untuk ke sembuhan Rai." jelas seorang dokter yang sejak dari tadi ada dalam ruangan dimana Rai di inapkan.
"Mi, Bi udah jangan nangis lagi. Nanti Rai juga bangun kok" ucap Andri sembari menenangkan Umi dan Abi.
Kini Abi dan Umi pergi melangkahkan kaki ke Masjid terdekat. Begitu juga dengan Andri, ia hendak mengambil wudhu untuk solat maghrib berjamaah. Terlepas dari Reno, ia tidak ikut ke Rumah Sakit. Reno di titipkan Abi ke tetangganya yang merupakan Paman dan Bibi nya Reno.
"Allahu akbar... Allahu akbar..." suara adzan maghrib pun mulai terdengar.
Mereka bebegas untuk menunaikan solat maghrib berjamaah. Dan saat itu, Abilah yang menjadi imamnya dengan kedua makmum yaitu Umiku dan abangku Andri.Solat berjamaah pun selesai. Mereka mengangkatkan tangan hendak meminta do'a untuk kesembuhanku pada Allah.
"Ya Rabb, ampunilah dosaku. Hingga membuat putriku tersiksa seperti ini. Hamba khilap atas perlakuanku dulu padanya. Tolong lepaskan ikatan luka yang dirasakan putriku Rabb. Hamba mohon. Bangunkan kembali ia. Ia satu-satunya putri kecil kesayanganku di kehidupan ini." pinta Abi pada Allah dengan uraian air matanya.
"Ya Rabb, sembuhkanlah putriku Rai. Jangan engkau beri cobaan seberat ini. Biarlah aku yang menaggung semuanya. Ia tak bersalah, ia mutiaraku yang takkan pernah menjadi abu. Bangunkan Rai Ya Rabb." mohon Umi dengan tangan yang ia angkatkan lalu mengakhirinya dengan sujud.
"Ya Allah, adik perempuanku sedang kesakitan. Tolong kuatkan dia, bangunkan dia dari komanya. Bantulah ia melewati cobaan ini. Ku mohon padaMu Rabb. Aku sayang adik-adikku." pintaku dalam heningku.
Keluargaku sungguh sangat menyayangiku. Aku tak berani untuk melawan mereka.
Membentak pun aku tak berani. Mungkin hanya sekali dalam seumur hidup, itu juga waktu aku melawan Abi dengan terpaksa satelah melihat Umi yang menangis karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGAGUMIMU...
SpiritualSeorang Akhwat yang tak biasa jatuh cinta, sikap dingin akan hadirnya Ikhwan dan hanya memandang sifat kaum Ikhwan di sebelah mata. Karena ketakutannya akan jatuh hati pada orang yang salah setelah melihat perlakuan Abinya terhadap Uminya yang kasar...