4

4.3K 257 5
                                    

ps:
"Italic" = bahasa asing


"Selamat datang." Ucapku kepada setiap pelanggan yang masuk ke cafe.

"Eomma -ibu-. Cepatlah." Seru seorang anak laki-laki yang terus menarik jemari ibunya melewati pintu masuk.

"Pelan-pelan Shim Chan." Ucap ibu anak itu mengingatkan.

Aku melihat tingkah anak itu ikut gemas dan tersenyum kecil membayangkan kelakuan Andre keponakanku. Tapi entah kenapa aku begitu takut jika berhadapan dengan anak-anak, takut menyakiti mereka lebih tepatnya.

Setiap melihat anak-anak kecil, aku selalu membayangkan wajah khawatir kak Ana sepupuku ketika melihat Andre anaknya jatuh ke kolam renang. Padahal aku tepat berada di samping Andre saat itu. Ah, andai aku bisa melihatnya lebih cepat aku pasti akan menolongnya, tapi aku harus bersyukur saat itu karena Andre tak terluka. Namun, hasilnya Andre selalu takut jika dibawa ke kolam renang dan setiap kak Ana meninggalkan anak berumur 3 tahun itu akan terus menangis tanpa henti. Selama 3 hari dia memginap di rumahku, selama itu pula ia menangis setiap ibunya meninggalkannya.

"Lili bantu aku menyiapkan pesanan di belakang." Panggilan Sherly salah seorang karyawan baru di cafe ini menyadarkanku. Dia juga orang Indonesia, sama sepertiku dan kak Tere. Jangan heran selama 3 bulan terakhir cafe ini menerima beberapa karyawan baru, sebab akhir-akhir ini pelanggan cafe cukup ramai dan jumlah karyawan tidak memungkinkan melayani banyaknya pelanggan setiap harinya. Belum lagi karyawan part time sepertiku yang hanya bisa bekerja beberapa jam.

"Iya." Balasku sambil berlalu mengikuti Sherly ke bagian dapur.

Di dapur saat ini bisa dibilang sibuk, hanya terdengar suara minyak, api, serta suara pengorengan dan spatula yang saling beradu. Aku dan Sherly pun hanya mengikuti instruksi kak Tere yang menggerakan dagunya pada beberapa nampan berisi minuman, sedangkan kedua tangannya membawa satu nampan berisi penuh minuman yang segar. Aku dan Sherly segera menyusul kak Tere dengan nampan ditangan kami masing-masing.

***

Aku mengikuti kak Tere yang keluar dari dapur, di belakangku Sherly ikut mengekor. Aku kembali menatap keramaian di salah satu sudut cafe dengan ornamen balon khas ulang tahun. Para orang tua yang bisa dikatakan semuanya ibu-ibu itu sedang bersendagurau, sedangkan anak-anak mereka sibuk dengan beberapa permainan yang disediakan di cafe ini. Karena konsep cafe tempatku bekerja ini adalah Family cafe tidak mengherankan ada beberapa permeinan yang disediakan untuk anak-anak kecil.

Ketika aku sibuk membagikan minuman di setiap meja pendengaranku menangkap percakapan ibu-ibu yang ada di meja sebelah.

"Ya, ampun pak Kim tampan sekali, ya?" Bisik wanita dengan rok beludru selutut berwarna maroon.

"Iya, dia semakin tampan saja." Balas wanita di sebelahnya. Kalau suami orang dikatakan tampan bagaimana dengan suami mereka sendiri? Ckckck. Aku yang mendengar hanya bisa tersenyum kecil.

"Silahkan dinikmati." Ucapku sebelum meninggalkan ibu-ibu penggosip itu.

Aku melihat nampan di tanganku. 2 gelas. Masih tersisa 2 gelas lagi dan menurut penglihatanku semua meja sudah mendapatkan minumannya. Aku berjalan kembali ke dapur namun tertahan oleh Sherly yang tersenyum padaku dan langsung mengambil 2 gelas yang tersisa dinampanku. Mataku hanya mengikuti arah perginya gadis yang seumuran denganku itu. Meja di pinggir dinding kaca yang langsung menghadap ke jalanan. Di sana duduk 2 orang; seorang gadis kecil yang sepertinya teman dari anak yang berulang tahun hari ini dan seorang pria dengan jas berwarna hazy gray. Aku hanya mengedikkan bahu dan melanjutkan langkahku menuju dapur untuk membantu yang lain.

My Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang