1

7K 293 0
                                    


"Halo. Iya, ma. Aku udah sampe kok."

"Hmm. Iya, gak lupa makan."

"Iya, ma. Aku tau, kok. Aku udah gede ma."

"Iya, ma. Udah dulu, ya? Aku mau ngambil bagasi dulu, nih. Bye." Ketikku membalas chat terakhir mama, kemudian mematikan layar ponsel dan memasukkan ponselku kembali ke dalam tas ranselku. Aku menatap orang-orang yang sedang berkerumun di depan alat yang bergerak meliuk atau kadang bergerak lurus membawa tas-tas milik penumpang.

Aku menarik troli yang disediakan bandara, mendorongnya mendekati alat yang bergerak itu menunggu membawa barang-barangku. Sebenarnya kali ini barang bawaanku tidak terlalu banyak, hanya sebuah ransel yang ada di punggungku, sebuah paperbag dari mama berisi beberapa cemilan untukku selama diperjalanan, serta sebuah koper besar berisi pakaianku dan beberapa dokumenku. Aku tidak membawa terlalu banyak barang, karena aku yakin pada akhirnya aku akan membeli lebih banyak barang di sini dan itu akan memenuhi kamarku sendiri nantinya tanpa ku sadari. Hukum kekekalan untuk wanita, shopping.

Setelah yakin tidak ada barangku yang tertinggal, aku pun langsung menuju ke loket Imigrasi. Melakukan beberapa ketentuan pelaporan imigrasi, sebelum akhirnya aku keluar dari loket imigrasi dan membaur bersama orang-orang di bandara itu. Menukarkan uangku ke money changer, mendaftar untuk nomor korea dan masih banyak keprluan lainnya yang harus aku lakukan sebelum keluar bandara. Setelah melakukan segala prosedur yang diperlukan aku melangkah menuju pintu keluar dan sempat terdiam menatap tulisan yang menyambutku di luar.

WOW!! Gue gak nyangka. Gue gak mimpikan nih? Thanks, God. Thanks, mama papa. Thanks, Sarah. Batinku saat melihat tulisan 'Incheon Airport'.

Yap, ini di Korea. Tenang kalian tidak salah lihat dan aku juga tidak salah baca apa yang ada di depan aku saat ini. Ini semua karena Sarah sahabatku. Sakali lagi big thanks to Sarah.

***

"Li, lu mau coba gak?" Tanya Sarah tiba-tiba sambil duduk di hadapanku yang sedang sibuk mencatat setumpuk tugas kuliah. Nih, anak mau apa lagi coba? Gak liat tugas gue numpuk kayak gini?

"Coba apa lagi, Sar? Please , gak usah setengah-setengah ngomongnya." Balasku sambil memandangnya sekilas lalu kembali sibuk melanjutkan tugas-tugasku.

"Yaelah, liat ke gue dulu sih. Buku lu juga gak akan kemana-mana kali."

"Hmm, ok. Nih, gue liat lu. Emang ada apa sih? Sampe lu heboh kayak gitu." Kataku sambil meletakkan pulpen yang sedari tadi tak ku lepaskan dari jemari tangan kananku.

" Nih." Katanya sambil menunjukkan selembar kertas ke depan mataku. Mataku langsung menelisik setiap kalimat yang tercetak di kertas putih itu dengan seksama.

"Beasiswa? Keluar negeri?!" Kagetku.

"Hmm." Gumamnya sambil mengangguk.

"Really?!"

"Hmm. Mau coba gak? Gue udah ambilin buat lo juga nih formulirnya." Setelah berucap demikian mataku melihat selembar kertas yang sama dengan yang ia bawa tadi.

"MAUUUUU!" Seruku langsung menyambar kertas yang baru diperlihatkannya tadi.

"Santai bu. Gue gak mau diketawain karena bawa orang rumah sakit jiwa ke kampus."

"Yeee, dasar lu. Eh, by the way lu juga mau ikut?" Tanyaku.

"Yaiyalah, masa lu doang yang mau pergi gue juga mau kali. Gue mau coba ngajuin beasiswa ke Paris." Jawab Sarah mantap. Sarah. Sarah pertiwi. Gadis gemini, suka warna kuning, tidak suka kucing, alergi jeruk. Ia sahabatku sejak SMP hingga kini aku kuliah pun kita satu universitas. Walau kita berbeda fakultas tapi kita berdua selalu berusaha bertemu setiap jam-jam kosong di tengah kesibukan kuliah kami masing-masing.

My Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang