5

4.1K 225 0
                                    


"Gila lo semua, gue disuruh urus mereka selama pesta ini?!" Garutuku pada Sherly dan kak Tere. Bayangkan aku disuruh mengurus anak-anak itu selama pesta ulang tahun ini berlangsung. Yang mereka lakuin ke gue itu jahat! Jahat!

Merekakan masih punya ibu, kenapa gue mesti jagain mereka? Batinku jengkel. Dan kini aku harus berakhir di sini dengan puluhan anak kecil yang memintaku membacakan sebuah buku cerita. Syukurlah acara pesta itu tidak terlalu lama. Karena sekitar sejam kemudian cafe ini mulai sepi dari anak-anak, hanya tersisa sekitar empat anak yang duduk dan bermain di dekatku. Aku sudah bisa sedikit bernafas lega.

"Eonni." Panggilan dari Nana yang duduk di sampingku. Aku pun langsung menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Kenapa?"

"Tangan eonni. Mana?" Tanyanya dengan wajah polos. Aku kemudian menatapnya bingung, karena malas dan lelah memikirkan apa yang dilakukan Nana. Aku hanya memberikan tangan kananku kepadanya.

Kurasakan sesuatu di letakkannya di telapak tanganku. Lembek. Tapi tidak basah. Apa ini? Pikirku.

"Nana, ayo pulang." Panggil pria yang aku ketahui sebagai ayah Nana.

"Appa -ayah-" Balas Nana.

"Terima kasih." Ucap pria itu sambil tersenyum dan sedikit membungkuk.

"Sama-sama." Balasku dengan senyum.

***

"Huh. Lelahnya." Keluh Sherly sambil mengipasi dirinya dengan nampan. Aku yang duduk di sampingnya lalu menempelkan daguku dibahunya. Menikmati 'angin gratis' dari kipasan nampan.

AC? Sudah terlalu banyak yang mengantri di depannya kak Tere, ChaeRin, bahkan manajer Kim pun juga berdiri di depan AC. Bagaimana tidak kami kepanasan? Ini sekarang musim panas lalu tadi acara ulang tahun anak-anak yang membuat kami kewalahan terutama aku. Bayangkan aku harus mengawasi anak-anak yang melebihi tim sepakbola itu seorang diri. Aku ulangi SEORANG DIRI.

DRRT

Getaran di meja sampingku membuatku sedikit menegakkan tubuh melihat handphone siapa itu. Ku lihat handphone Sherly terus berkedip-kedip menandakan ada SMS masuk.

"Sher, handphone lo tuh." Kataku pada Sherly sebelum menghilang di balik ruangan khusus karyawan.

***

Aku seperti biasa kembali pulang bersama kak Tere dan Dhani. Seperti biasa kami selalu bersenda gurau selama perjalanan dan dengan kekurang ajarannya si curut Dhani itu malah memasukkan mainan kecoa di dalam tasku. Hasilnya? Jangan ditanya. Kini aku sudah berdiri di depan pintu apartemen Tere eonni dengan tangan yang terus menggedor pintunya keras. "Hoam... Ya ya sabar dong. Ada apa sih lo gedor-gedor kayak pesumo gitu? Udah malam tau." Keluh pria rambut cepak yang tertata rapui itu sambil menguap di depan pintu.

TUK

"Apaan sih malah ngejitak gue segala?"

"Biarin. Siapa suruh lo masukin kecoa mainan di tas gue?"

"Gue cuman mau ngetes elo berani gak. Ternyata nggak. Sama kecoa mainan aja takut."

"Oh, ok. Kalau gitu gue juga mau ngetes elo." Ujarku lalu masuk tanpa permisi ke dalam apartemennya. Kemudian, ku edarkan pandangan mencari satu sosok wanita berambut coklat gelap yang bisa membantuku disaat-saat seperti ini. "Eonniiii." Panggilku saat melihat sosoknya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus rambutnya.

My Baby SitterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang