***Anin akhirnya sampai juga di Mataram. Apa yang dikatakan Pakde Agus benar. Cuacanya sedikit buruk. Tadi pesawat yang dibawakan Anin dan Geri mengalami goncangan goncangan kecil tetapi semua bisa teratasi dan akhirnya dapat mendarat dengan baik dan selamat di Lombok.
Anin mematikan mode pesawat di ponselnya. Tak lama setelah itu ia melihat ada satu pesan yang masuk.
Afdan ashadi
Nin, jadi terbang?Anin langsung menghubungi Afdan. Dan hanya butuh beberapa menit, Afdan pun mengangkat telfon Anin.
"Maaf tadi hape Anin di mode pesawat,Mas. Ada apa?"
"Gapapa. Tadi gak ada masalah kan pas terbang?"
"Alhamdulillah cuma turbulance kecil kecil aja. Kenapa emangnya?"
"Gapapa sih sebenernya. Cuma tadi Ila bilang di grup WA cuaca diatas lagi buruk. Makanya aku sms kamu. Tapi Alhamdulillah, kalo kamu gak kenapa kenapa."
"Oh iya, emang cuacanya lagi sedikit buruk sih. Tadi juga pakde Agus udah ngingetin. Emang mbak Ila kenapa,Mas?"
"Ila cuma cerita sih tadi pesawatnya hampir kena imbas dari cuaca buruk. Kamu flight kemana emangnya?"
"Ke Lombok,Mas."
Anin tahu bahwa pekerjaan ini memang sangat beresiko. Nyawa seseorang di pertaruhkan disini. Mungkin ini alasan mengapa Bunda Anin dulu sempat tidak mengizinkan Anin untuk mengambil pekerjaan ini. Tetapi, Anin tetaplah Anin. Tidak ada seorangpun yang bisa menghalanginya untuk menggapai apa yang diinginkannya. Walaupun pekerjaan ini bukanlah mimpi Anin sendiri, tetapi melainkan mimpi orang lain.
Sambungan telefonnya pun berakhir. Anin yang sudah sampai di kamar hotelnya pun langsung merebahkan badannya dikasur kamarnya. Ia sangat merasa lelah hari ini. Tiba tiba ponsel Anin berdering dan munculah pesan dari nomor yang tidak diketahui.
From:081367xxxxxx
Hei, ini Anin bukan?Anin mengernyitkan dahinya. Nomor siapa ini? Anin yang merasa pesan ini dari orang yang tidak kenalpun, Anin memilih untuk tidak membalas pesan tersebut. Dan kembali mengkunci ponselnya dan menaruhnya kembali.
Esa? Anin mulai mengingat-ingat apakah ia mempunyai teman yang bernama Esa? Sepertinya tidak batin Anin. Lalu terlintas dipikiran Anin tentang sosok laki laki yang baru saja kemarin dibahas oleh Afdan. Ya, Mahesa. Apakah Esa itu Mahesa?
Aninpun akhirnya mengetikan balasannya.
To:081367xxxxxx
Esa? Mahesa?Tak lama, ponsel Anin berdering lagi.
From:081367xxxx
Iya,Mahesa. Yang ketemu kamu di pernikahan Aryo pas itu. Masih inget?To:081367xxxx
Oh,Mas Mahesa. Masih masih kok. Ada apa ya?Belum sempat Anin membalas pesan Mahesa. Tiba-tiba ada sambungan telfon yang masuk. Telfon dari Mahesa. Anin sempat berfikir apakah ia harus mengangkatnya. Tetapi, ia merasa tidak enak jika tidak mengangkatnya. Akhirnya ia pun mengangkat telfon tersebut.
"Alhamdulillah, diangkat."
"Hehe. Ada apa ya,Mas Mahesa?"
"Gapapa, mau ngobrol aja sama Anin. Kira kira aku ganggu gak? Btw, manggilnya Esa aja ya jangan pake Mas dan juga jangan Mahesa."
Anin tidak langsung menjawab pertanyaan Esa. Ia masih bingung mengapa Esa bisa mendapatkan nomer Anin. Ia juga merasa canggung.
"Nin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1640 MILES
Literatura Feminina'Kamu terlalu abu-abu, dan tak akan pernah menjadi biru.' Copyright © 2017 by clockerice.