Kehampir terlambatan kemarin membuat Lily jera. Ia berjanji untuk tidak menekan tombol snooze alarmnya dan bermalas-malasan di kasur, takut ketiduran lagi. Begitu alarm berbunyi pagi ini, Lily langsung bangkit dari kasur dan menyetel radio, mendengarkan acara pagi yang diselingi lagu-lagu random. Kemudian ia merapikan kamar dan bergegas mandi.
Lily tersenyum melihat jam di mesin absen sesampainya di kantor. Dua puluh menit sebelum jam kerja. Waktu yang cukup panjang untuk bersantai-santai ria sebelum bekerja. Usai meletakkan tas dan menyalakan komputer, Lily ke pantry untuk menyeduh kopi paginya. Setelah itu, Lily membuka e-mail pribadinya. Mata Lily memicing melihat salah satu e-mail masuk di antara banyaknya e-mail spam. Dengan penasaran dan harap-harap cemas, Lily membuka e-mail itu dan membacanya dengan saksama.
“Alhamdulillah! Gue nggak mimpi kan?” Lily bergumam pelan agar tidak menarik perhatian sekitarnya. Nafas Lily menderu dan jantungnya berdebar seperti habis lari marathon. Lily tersenyum lebar. Sekali lagi, dibacanya e-mail itu, mencermati setiap kata-katanya.
From : hrd@window_media
Kami telah menilai hasil tes tertulis, psikotes, dan wawancara pertama yang Anda ikuti beberapa waktu lalu dan kami memberitahu bahwa Anda adalah salah satu kandidat yang lolos seleksi dan berhak mengikuti tes wawancara kedua. Tes wawancara kedua akan dilaksanakan hari Kamis, tanggal 17 Mei 2016 di kantor redaksi Window Magazine pukul dua siang. Diharapkan agar Anda datang tepat waktu. Semoga berhasil!
Terimakasih
Lily mengepalkan tangannya dan tertawa pelan. Sungguh, ia bahagia bukan kepalang karena mendapat panggilan wawancara di perusahaan penerbitan ternama yang diimpikannya. Yang artinya selangkah lebih dekat untuk dijabat tangannya oleh HRD Window Media dengan ucapan ‘selamat bergabung’.
Lily membayangkan akan bagaimana pekerjaannya setelah ini. Ia akan berhenti bekerja sebagai admin dengan tugas yang banyak dan super memusingkan, dan berganti menjadi editor novel. Jika biasanya ia hanya mencuri baca di sela waktu istirahat, maka nanti membaca adalah pekerjaan utamanya. Pasti akan indah, bekerja sesuai dengan hobi. Apapun tantangannya akan terasa menyenangkan. Aah, indahnya hidup....
***
Tak hanya mendapat pemberitahuan lewat e-mail, Lily juga diberitahu lewat telepon oleh HRD Window Media. Setelah menutup telepon, Lily langsung melingkari kalender dan mengatur izin bekerja setengah hari untuk memenuhi undangan wawancara. Selebihnya, cewek itu selalu senyum-senyum dengan wajah berseri setiap saat. Pak Sam dan teman-teman Lily sampai berpikir mungkin cewek itu sedang kasmaran.
Lily menyilang kalender di meja kantornya, di tanggal terakhir sebelum tanggal yang ia lingkari. Sekarang hari H dan siang ini, Lily akan mengikuti wawancara kedua di Window Media. Begitu jam makan siang tiba, Lily bergegas membereskan mejanya dan keluar dari kantor. Dengan langkah penuh semangat sambil benyanyi menyalurkan kebahagiaannya, Lily menuju perempatan untuk mencegat bus.
Jarak dari kantornya ke gedung Window Media cukup jauh, sekitar satu jam setengah naik bus. Mungkin kalau saja tadi busnya tidak ngetem, Lily bisa sampai lebih cepat. Lily menghentikan bus sebelum naik flyover karena kantor Window Media terletak di bawah flyover yang cukup panjang. Dengan mendekap map cokelat, Lily melangkah penuh debar menuju gedung itu. Window Media adalah salah satu perusahaan penerbitan besar di Indonesia.. Mata Lily berbinar-binar menatap gedung itu, seolah ia punya penglihatan mendadak dan bisa melihat masa depan cemerlangnya di kantor ini.
Bismillah, semoga pekerjaan idaman gue bakal jadi rejeki gue, amiin, Lily mendoa dalam hati sambil melangkah masuk.
***
Sambil menggosok telapak tangannya yang sedingin es, Lily keluar dari ruang wawancara. Ia lega tes wawancara dapat dilaluinya dengan lancar. Selama wawancara berlangsung, Lily cukup gugup sekaligus bersemangat menjawab berbagai pertanyaan dari HRD. Belum lagi AC di ruangan itu sangat dingin hingga membuat Lily menggigil. Pasti AC itu disetel suhu terendah, 16°C. Dia sampai heran bagaimana HRD bisa duduk tenang di ruangan yang super dingin itu.
Di akhir tes wawancara, Lily diberitahu bahwa ia akan dikabari paling lambat dua minggu lagi untuk wawancara selanjutnya—yang hampir bisa dipastikan wawancara kedua adalah tiket emas untuk bergabung di Window Media. Selama sembilan hari menanti, Lily tak pernah membiarkan ponselnya mati atau putus koneksi internet. Baterai selalu dipastikan tak pernah kosong, begitupun powebank. Window Media bisa memberinya kabar kapan saja dan Lily tak mau melewatkan itu.
“Lily,” Pak Sam yang kebetulan hendak ke toilet menghampiri meja Lily. “Tolong kamu buat surat penawaran ke tiga calon distributor ya. Selesaikan hari ini, karena suratnya mau dibawa nanti sore sama sales luar kota.”
“Iya, Pak,” Lily mengangguk.
Usai memberi tugas, Pak Sam melanjutkan langkah keluar kantor. Jemari Lily terus menari cepat diatas keyboard, menyelesaikan laporan penjualan yang tinggal seperempat jalan supaya ia bisa cepat menyelesaikan surat penawaran yang diminta Pak Sam. Ponsel Lily tiba-tiba berdering. Jantungnya serasa berhenti berdetak saat melihat nama penelepon di layar ponselnya, Window Media. Dengan gugup, Lily menjawab telepon itu, menenangkan diri agar dia tidak mati karena serangan jantung.
“Halo, selamat siang Mbak Lily?” Dari suaranya, Lily tahu bahwa yang menelpon adalah Pak Dahlan, yang mewawancarai Lily beberapa waktu lalu.
“Selamat siang?” Lily menjaga agar suaranya tidak gemetar.
“Saya Dahlan, dari Window Media. Saya mau memberitahu kalau Mbak Lily lolos seleksi wawancara dan berhak mengikuti wawancara kedua hari Kamis besok...”
Alhamdulillah! Senyum Lily melebar dan ia melonjak-lonjak kecil di kursinya. Sungguh, rasanya saat ini ia ingin memekik, berteriak, tertawa keras-keras dan melompat setinggi-tingginya. Akhirnya pekerjaan yang sangat diimpikan Lily sudah di depan mata!
“Pukul setengah dua siang di Window Media. Saya harap Mbak datang tepat waktu.”
“Baik, Pak. Terimakasih.”
Lily baru bisa benar-benar memekik dan melonjak-lonjak setelah sambungan telepon dengan Pak Dahlan terputus. Ia sangat gembira. Mimpi bekerja di balik meja editor terasa semakin nyata. Lily menatap seluruh meja kerjanya dengan angkuh. Bye bye meja admin sales. Sebentar lagi gue akan pindah ke meja redaksi! Hmm pasti lo bakal kangen gue hihihi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I STILL HEART YOU (STILL)
ChickLit(SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU) Bagaimana rasanya ketika kamu menunggu dan berjuang untuk menggapai mimpimu, kemudian karena satu kesialan mimpi yang sudah kamu gapai dengan susah payah kandas seketika? Terlebih jika perjalanan kamu meraih...