Audi's
Monday. Monday. Monday.
Meeting. Meeting. Meeting.
I just hate Monday meeting. Apalagi kalau klien lo adalah nenek-nenek tajir mampus, tapi supercerewet, dan yang bisa lo lakukan hanya tersenyum sepanjang meeting seraya membatin setiap kali dia mulai membahas anjing chihuahua-nya yang katanya baru melahirkan anak anjing kembar. To be honest, Ma'am, aku bukan penggemar anjing dan nggak terlalu peduli kalau Theresiamu itu melahirkan lima anak anjing sekaligus. Yang aku pedulikan hanya bagaimana caranya memberikan pelayanan terbaik--termasuk mendengarkan proses melahirkan anjing chihuahuanya itu--demi menjaga pundi-pundi si Nenek tetap mengalir ke rekening firma kami. That's how My Partner will love me so much. Kalau bos senang, kantong pun tebal.
"... Anaknya Theresia cantik-cantik sekali. Saya kasih nama mereka dengan nama yang nggak kalah cantik, Claudia dan Clarissa."
Aku tersenyum memaksa seraya menganggut-anggut.
"Oh, ya? Proses lahirannya bagaimana? Lancar? Normal atau cesar?" tanyaku dengan nada suara yang menggambarkan tingkat kepedulian presiden kepada korban bencana alam.
"Oh, lancar... semuanya berjalan normal dan lancar, syukurlah. Tuhan selalu melindungi Theresia."
Aku memaksakan seulas senyum sekali lagi. Bertanya-tanya kapan baiknya aku mulai membahas kronologi pencurian anjing Siberian Husky seharga satu buah city car keluaran terbaru milik Bu Kamila ketika tiba-tiba saja kurasakan meja yang kami tempati bergetar pelan. Aku terpaksa menginterupsi pembicaraan kami ketika kulihat ponselku menampilkan nama Gema--suamiku--di layarnya. Aku meminta izin kepada Bu Kamila untuk keluar dari ruang meeting sebentar.
"Yang?"
"Hm?"
"Lagi di mana?" sapa Gema santai.
"Meeting di kantor," jawabku praktis. Aku melirik jam di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul tiga siang.
"Tadi siang makan apa?"
Aku memutar bola mataku, berusaha mengingat-ingat. "Soto ayam. Aku titip ke Asep tadi. Kamu makan apa?"
"Aku makan keluar sama Rizky."
"Hm... makan di mana? Di depan kantor?"
"Iya, tapi habis itu kita nyobain martabak di Pasar Santa."
"Ooh... yaudah." Aku melirik ke dalam ruangan, memastikan Bu Kamila masih menikmati kue-kue yang kami suguhkan sementara menungguku.
"Nanti malam aku pulang telat, ya? Ada acara makan-makan sama Pak Suherman."
Pak Suherman itu atasannya Gema, Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi. Gema adalah sekretarisnya. Beruntung Gema punya atasan yang walaupun sering memberinya pekerjaan setumpuk, namun tetap royal. Gema sering dijamu makan malam bersama rekan-rekan kerjanya yang lain oleh atasannya tersebut.
Walaupun demikian, instingku tetap tak bisa menerima begitu saja. Seingatku minggu lalu mereka baru mengadakan acara makan malam. Kali ini makan malam untuk perayaan apa lagi?
Untuk memastikan lebih jauh, aku bertanya kepada Gema.
"Buat ngerayain apa? Bukannya kerjaan kamu belakangan ini lagi santai?"
"Nggak tahu. Lagi banyak duit, mungkin," jawab Gema asal-asalan. Dia tertawa sendiri yang membuat keningku mengerut. "Yang aku mau kerja lagi, ya. Nanti malam kalau kamu lembur bilang aja. Aku jemput."
"Oke. Kamu jangan pulang terlalu malam," kataku kemudian memasukkan ponselku ke saku blazer dengan hati was-was.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Pikiranku mulai terbelah anatara kasus pencurian anjing Siberian Husky dengan keinginan untuk menyelidiki ke mana Gema akan pergi malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bridesmaids Tale #3: Bed of Lies
RomanceAudi's: Lelaki itu nggak ada yang bisa seratus persen dipercaya, bahkan ketika dia adalah suami lo sendiri. Gema's: Sealim-alimnya pria, pasti ada khilafnya. Bukan nggak sayang, cuma godaan. Meet Audi, pengacara supersibuk yang akan memperjuangkan...