"Langit sore mengekang peradaban waktu ini, malu-malu memunculkan sinarnya. Indah, meskipun melihat dari kepadatan Ibu Kota.
Memang, Sang Pencipta tak pernah pilih kasih dalam memberi, dengan kota sebobrok ini keindahan senja masih dapat diunduh untuk dinikmati.
Desas-desus politik menguap, ditelan oleh gumpalan awan, entah putih, kelabu ataupun jingga, berdusta mereka.
Rakyat kalangan atas dan menengah mengomentari pedas, tak bermakna, tak berotak,
sementara rakyat kecil dengan suka cinta menyantap nasi tidak tahu malu, entah hasil berbohong atau mencuri.
Sudah terlalu banyak cakap, makhluk ini tak bertelinga, tidak malu dengan panggilan-Nya yang sudah memenuhi penjuru Ibu Kota.
Dengan lantang kumandang adzan terus beradu dengan sampah yang keluar dari mulut serta suara deru kendaraan, lupa, bisa saja senja kali ini menjadi senja terakhir mereka."
Jakarta, 23 April 2017
6.19 pm
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Biru
PoesieKAMU; adalah bentuk dari dambaan aksara milikku, begitu acak, begitu tak tertebak. Sementara, AKU; adalah elegi, berwarna biru, sampai bertemu, dengan aksara, kamu.