chapter 8

8 2 0
                                    

Selamat datang mimpi buruk, semoga aku kuat mengahadapimu.

______________________

Sekarang hari pertama gue kerja di perusahaan baru. Dan yahh mandi pagi, sarapan dan lain lain sudah dilakukan, sekarang tinggal berangkat ke kantor.

Dari rumah ke kantor cukup deket jadi gue memilih untuk jalan kaki, cuaca pagi ini cukup cerah dan mendukung. Sepertinya hari ini akan berjalan dengan baik.

Gue sampe di kantor pusat, disini besar sekali kantornya. Dan pasti fasilitas disini Bagus.

"Maaf saya Natasya Angelina, saya sekertaris baru disini"

"Ouh iya kamu yang baru pindah itu, pindahan dari Jakarta?? Nama aku Siska Airin"

"Iyah, kamu teman pertama saya disini" kata gue yang berprilaku sopan

"Baiklah, kita menuju ruangan mu" ucap Siska yang berjalan didepan

Kami memasuki lift dan Siska memencet tombol nomor 10 ,gedung ini sangat tinggi beda dengan gedung yang di Jakarta, tapi jelas disini pusat dan Jakarta cabangnya.

"Ruangan kamu sebelah sini, dan itu ruangan bos"

"Baik, terimakasih Siska"

"Dan satu lagi bos memanggil kamu"

"Baik aku akan segera kesana"

"Aku tinggal dulu"

"Iyah"

Gue manaru tas dan alat tulis lain di meja, setelah itu gue berjalan ke ruangan boss.

Tok tok tok

"Permisi pak, boleh saya masuk?"

"Silahkan" bos gue nggak berbalik ke arah gue dia malah membelakangi gue.

"Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?? " kata gue sopan

"Tentu saja" dia tetap tidak berbalik ke arah gue

Gue jadi penasaran siapa sih bos baru gue, gue sama sekali nggak tau nama dari bos gue sendiri, gue emang karayawan yang kurang ajar.

Gue membelalakan mata gue ketika orang itu berbalik, dia mempunyai mata yang begitu Indah hitam pekat, rahang yang tegas, kulit sawo matang, badan yang tinggi, mempunyai badan yang atletis, dan juga hidung yang sedikit mancung. Dia itu Karis Manav Aditya masa lalu gue yang sekarang udah gue lupain susah payah, dia yang membuat gue lupa bagaimana cara tertawa, bahkan tersenyum.

"Banyak yang bisa kamu bantu disini Na"

Gue berusaha bersikap tenang dan bersikap formal.

"Apa yang bisa saya bantu pak?? " disetiap kata terdapat menekanan, gue mulai merasa perih di mata

"Jangan panggil gue pak, Na gak usah pura pura gak kenal" Karis menatap gue. Tatapan yang gue rindukan sejak dulu.

"Maafkan aku, aku tidak mengenalmu pak" gue terus mencoba bersikap formal. Suara gue mulai mengecil menahan air mata.

"Kamu Natasya Angelina yang aku kenal dulu, kamu syasya gue "

"Maafkan aku tapi aku tidak mengenalmu, saya permisi" gue pergi meninggalkan ruangan Karis, mungkin gue butuh ketenangan sekarang. Butuh untuk mencerna ini semua.

Satu tetes meluncur sempurna di pipi gue, hati gue terasa perih melihat dia lagi, melihat orang yang mengancurkan semuanya. Tapi gue juga gak mungkin nyalahin dia sepenuhnya, gue juga salah memberikan kepercayaan yang begitu besar, dan Cinta yang begitu mendalam.

Gue keluar dari ruangan itu dan mencoba mencari toilet, dan akhirnya gue menemukan toilet yang dekat dengan ruangan gue.

Disitu gue menangis, tapi apa yang perlu ditangisi di masa lalu toh itukan masa lalu, itu udah berlalu sejak beberapa tahun yang lalu.

Gue mulai memperbaiki tataan rambut dan merias kembali make up yang sudah luntur terkana air mata gue.

Gue bersikap senormal mungkin, dan sekarang gue berjalan menuju ruangan. Apakah harus gue bekerja disini?? Atau mungkin gue harus keluar? Tapi ini karir gue, ini udah dari dulu gue bangun, tapi untuk menghindari masa lalu gue berani merobohkan apa yang udah gue buat selama ini.

Nggak gue gak akan mengancurkan karir gue ini, masa bodo dengan masa lalu toh ada Al sekarang yang nemenin gue.

Gue akan mencoba biasa aja di depan Karis, mungkin ini yang harus gue pilih. Tapi apa bisa gue kuat nantinya?? Gue akan berusaha kuat.

_________________

Gue mulai mengetik naskah yang diminta oleh bos baru gue iyah dia Karis, dan naskah yang udah gue ketik harus di print terus di serahin ke dia.

Gue berjalan pelan ke arah ruangan bos,  pelan sekali tapi jarak tidak berpihak ke gue. Yah jelas nggak berpihak ke gue, ruangan Karis sama gue itu dekat banget.

Gue membuang nafas dengan kasar, gue berusaha tenang untuk masuk ke dalam ruangan ini. 

Gue meyakinkan diri sendiri untuk kuat di hadapan Karis .sebenernya sih gue bau kabur aja dari kantor ini bahkan juga Bandung, tapi seorang Natasya nggak akan ngalah gitu aja, dan gue mengetuk pintu ruangan itu sekarang.

Tok tok tok

"Maaf pak, boleh saya masuk"

"Silahkan"

"Ini berkas yang bapak pinta" kata gue sambil menyodorkan berkas yang tadi gue ketik dan udah di print

"Baik, terimakasih. Dan kamu tidak mengenal saya kan??" katanya dengan senyum yang gue rindukan

"Iyah"

"Nama saya Karis Manav Aditya, dan kamu boleh manggil saya Karis saja"

"Kenapa saya harus memanggil anda Karis??" kata gue yang pura pura bego, bukan bego lagi tapi pura pura hilang ingatan.

"Itu hanya untuk kamu syasya" dia memanggil nama gue syasya sebenernya itu nama yang dia berikan waktu pacaran sama gue.

"Maaf nama saya Natasya, bukan sya sya" kata gue yang mulai emosi

"Saya berhak memanggil kamu dengan sebutan apapun itu syasya" dia terus tersenyum, dia tidak marah.

"Baiklah terserah bapak"

"Panggil saya dengan nama Karis"

"Terserah kamu"

Gue berjalan menuju pintu tapi tangan gue ditahan oleh Karis, dia menarik tangan gue sehingga gue berada di dada bidangnya.

Gue merasakan detak jantung Karis begitu cepat, tapi dia jangan sampai mendengar detak jantung gue yang lebih cepat.

"Syasya maafin aku dulu aku emang salah sekarang aku mau memperbaiki semuanya"

"Semuanya udah terlambat Ris, udah terlambat" ucap gue lirih

"Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali bukan" dia terus mengelak

"Tapi ini semua udah berakhir"

"Beri aku kesempatan syasya, satu kali ini aja"

"Nggak Ris, aku udah bahagia dengan orang lain"

Dia melepaskan pelukannya, dan kembali menatap gue dengan lekat.

"Tapi gue sayang sama lo syasya"

"Udah terlambat, semuanya berakhir. Ini cuma masa lalu Ris kita hanya sebuah masa lalu dan kini nggak ada kata kita, sekarang hanya ada lo dan gue"

Gue meninggalkan ruangan Karis dengan cepat. Mungkin ini pilihan yang gue ambil, apa gue bisa menerima Karis lagi meskipun itu bukan pacar. Gue akan mencoba, walau ada resiko yang harus gue terima.

Try Again???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang