Satu

30.6K 3.2K 658
                                    

"Dingin sekali," Jaehyun bergumam pelan. Dia dengan cepat menarik resleting jaketnya sebelum membenamkan tangannya ke saku, mencoba untuk tetap hangat. Jaehyun memang membenci musim gugur, apalagi di saat sore menjelang malam.

Sambil mengumpati diri sendiri dia mempercepat jalannya. Jika bukan karena persediaan bahan makanan yang habis di rumah, Jaehyun tentu takkan mau keluar demi sekantung besar tas kresek putih berisi berbagai jenis makanan yang kini ada di tangannya.

Dia menyebrang dan baru sedikit memperlambat lajunya saat melewati sebuah taman bermain. Ada ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran, dan berbagai alat bermain lain di sana. Jaehyun jadi tersenyum karena teringat masa kecilnya saat ada di taman kanak-kanak. Rasanya seperti nostalgia.

Melupakan tujuannya untuk langsung pulang, Jaehyun berlari-lari kecil menuju ayunan pendek dan duduk di sana. Menghabiskan waktu heningnya sambil memandangi sekitarnya. Matanya berpendar ke segala arah, dan berhenti ketika dia melihat sosok kecil. Setelah memutuskan untuk mendekat dia bisa melihat lebih jelas sosok itu meringkuk di bawah tangga seluncuran dengan tubuh menggigil, terlihat kotor dengan baju lengan panjang sobek dan sepatu usang.

"Apa kau baik-baik saja?" Jaehyun bertanya pelan, tidak ingin membuat sosok itu takut.

Tapi sepertinya itu tidak berhasil karena tubuhnya menegang, bersamaan dengan kepalanya yang langsung terdongak. Jaehyun tersentak diam-diam saat melihat mata hitam yang dipenuhi ketakutan di depannya. Dia seorang anak laki-laki. Jaehyun tidak tahu usianya, mungkin tak lebih dari enam sampai delapan belas tahun. Rambutnya hitam legam, warna kulitnya putih jika saja tak ada debu yang mengotorinya, yang jelas dia butuh mandi.

"Hei, jangan takut," Jaehyun bergumam menenangkan, "Aku tidak akan menyakitimu."

Sebuah rengekan pelan lolos dari bibir sosok itu membuat dada Jaehyun seakan diremas kuat. Gelombang keposesifan mengalir dalam pembuluh darah, membuat Jaehyun sendiri terkejut. Apa yang ingin dilakukannya saat itu adalah menarik sosoknya dalam pelukan dan berjanji jika semuanya akan baik-baik saja.

Memutuskan untuk mengikuti naluri, Jaehyun berjongkok tak jauh darinya. Mengulurkan tangan berniat untuk memegang pipinya tapi menarik kembali tangannya saat mendengar geraman penolakan. Jaehyun terkejut mendengar suara itu, dan bahkan lebih terkejut lagi saat melihat sepasang telinga runcing yang mencuat dari rambut kusut di kepala sosok itu.

Bagaimana aku bisa tidak melihat jika dia seorang hybird sebelumnya? Pikir Jaehyun, mundur perlahan untuk menjaga jarak aman dari sang hybird.

Sosok itu menggeram, menatap nyalang dengan gigi runcing terlihat namun kemudian berhenti. Meringkuk lagi di sudut gelap seolah-olah ingin menyembunyikan dirinya sejauh mungkin dari orang-orang. Telinga runcingnya mengatup saat dia melakukan itu.

"Siapa namamu?" Jaehyun bertanya, belum ingin menyerah.

Hybird kucing itu diam selama beberapa saat. Jaehyun hendak mengulangi pertanyaannya saat melihat tatapan sosok itu, yang sedari tadi memandang ke bawah, kembali padanya. Dia menjilat bibirnya dengan gugup dan berbisik dengan suara serak, "Tae…yong."

Jaehyun tersenyum lembut dan menggeser tubuhnya lebih dekat. "Taeyong," katanya lembut. "Aku Jaehyun. Kenapa kau bisa ada di sini?"

Dia masih tampak benar-benar takut pada Jaehyun, jadi Jaehyun memutuskan untuk menceritakan sedikit tentang dirinya, berharap sang hybrid akan menyadari jika dia benar-benar tidak bermaksud jahat.

"Aku baru saja dari minimarket karena makanan di rumahku habis. Udaranya dingin sekali, sebenarnya aku malas dan berniat langsung pulang, tapi aku tidak sengaja lewat sini dan melihatmu. Um," Jaehyun mengambil sesuatu dari kantung kreseknya. "Aku punya cokelat. Kau mau?"

My CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang