Sudah 5 tahun berlalu sejak kejadian dimana Dega meninggalkanku, kini aku sudah berumur 22 tahun, bekerja di salah satu perusahaan swasta yang sempat ia impikan.
Tadinya aku tak pernah berfikir akan bekerja di perusahaan ini, namun salah satu memoriku tentang Dega membawaku mewujudkan impiannya.
"Aku pengen deh kerja di perusahaan itu" ucap Dega sambil menunjuk gedung pencakar langit yang tengah kita lewati.
Aku tertawa, "Belajar dulu yang bener, kamu aja masih suka cabut-cabutan!"
"Yang penting aku gak pernah bolos jemput kamu"
"Jadi nanti kamu mau kerja di perusahaan itu, atau mau ngelamar jadi supir pribadi aku?"
Dega berdeham
"Gimana kalau ngelamar kamu?"
Wajahku menghangat, sepertinya bersemu merah, Dega tertawa. Ah Dega memang selalu bercanda.
Drt drt drt
Oh bagus! sekarang ponselku jatuh sesaat sebelum aku mengambilnya.
Dan sekarang ponsel malang itu sedang berada tepat di bawah kasurku.
Aku memiringkan kepala untuk melihat dimana ponselku.
Kotak merah?
Kenapa ada kotak merah di dibawah tempat tidurku?
Aku ikut menggapai kotak tersebut, membawanya ke pangkuanku. Sungguh banyak sekali debu di kotak ini, pelan-pelan aku mengusap dan meniup debu yang mengotorinya, lalu terpampang jelas ukiran yang membentuk kata 'Memories' di atasnya.
Aku berusaha mengingat, kotak apa ini? aku merasa tidak pernah membelinya.
Perlahan-lahan aku membuka kotak itu, yang pertama kali kulihat adalah foto diriku dan Dega di sebuah photobooth, aku tersenyum membayangkan kejadian tersebut.
"Kamu harus senyum ya!" kataku membayangkan ia tak pernah tersenyum pada setiap foto kami.
Dega mengangguk, ia memperlihatkan senyum terbaiknya, "Seperti ini?"
Aku terkekeh dan mengangguk semangat, wajah Dega terlihat lebih tampan saat ia tersenyum seperti itu.
Aku menaru foto kami di sebelah diriku, jadi ini kotak pemberian Dega?
Aku tersenyum
Bahkan setelah dia menghilang, jejaknya masih tersimpan rapih di kamarku.
Benda kedua yang aku temukan adalah sebuah bungkus permen. Hmm tunggu, apa hubungannya bungkus permen ini dengan masa lalu kami?
Aku mencoba berpikir keras, namun nihil, takku ingat satu pun memori tentang bungkus permen ini.
Aku mencoba membuka buntalan bungkus ini, sepertinya ada sesuatu di dalamnya.
Sebuah kertas!
Astaga mengapa aku bodoh sekali? ternyata Dega menyisipkan sebuah kertas di dalam bungkus permen ini.
Hai, apa kamu masih ingat kejadian apa yang membuat kita bertemu?
Aku mencoba berfikir, dan voila aku mengingatnya! Haha astaga kejadian itu sudah lama sekali, waktu itu kami bertemu saat aku jatuh dari sepeda, aku pada saat itu berumur 5 tahun, dan Dega 2 tahun lebih tua dariku. Saat itu aku menangis, tak ada yang menolongku, tetapi beberapa menit kemudian muncul lah Dega yang bak malaikat datang menenangkanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Memori
Short StorySebaik-baik nya manusia merencanakan, pada akhirnya akan terkalahkan oleh rencana Tuhan yang lebih indah. Jadi apa perlu kita menyesali tentang apa yang telah terjadi? Aku rasa tak perlu, lebih baik kita mengenangnya disini. A short story by @Peachy...