Prolog: Pertemuan?

2.3K 213 28
                                    

Wajah  tertutup  setengah  topeng  rubah  itu  masih  terus  mengawasi  gerak-gerik  pria  di depannya. Jaraknya  hanya  2  meter  dengan  selembar  kain  sutra  putih  transparan  yang membatasi  keduanya.

"Apakah  anda  lupa... ucapan  anda  bisa  menjadi  awal  kehancuran  pada  dinasti  Uchiwa, Yang Mulia."  Sang  sannin  berucap sinis, nada  suaranya  merendah. Tangannya  terkepal  dipangkuan, mencoba  menahan  rasa  geram  yang  merengsek  di dada.

Tawa  hampa  tanpa  nada  itu  meluncur  dari  bibir  pria  yang  lebih  tua  dihadapannya. Yang  kemudian  berubah  menjadi  seringai  setan  dengan  mata  berkilat  tajam.

"Itu  tergantung  pilihan  kamu," ucapan  bernada  santai, membuat  rahang yang lebih muda mengeras  kaku. "Dan  jangan  lupa, nyawa  para  calon  miko  dan  sannin  itu  ada  ditangan mu. Tak  perlu  bingung  Uzumaki,  zhen  ini  akan  memberikanmu  waktu  2  minggu  untuk  berpikir."

Tanpa  perlu  mendengar  balasan  kaisar bangkit, tubuh  tegap  miliknya  yang  berbalut  pakaian  hitam  dengan  bordir  benang  emas  bercorak  petal  Lotus  makin  terlihat  jelas  dimata.

Mata  elangnya  memandang  lurus  kearah  sang  sannin, seakan  mampu  menembus  topeng  yang  dikenakan. "Dan   ah... Zhen  lupa  untuk  memberitahu  kamu---" kaisar  dari  Negeri  seberang  itu  sengaja  menggantung  kalimatnya, seringai  menari-nari."---Bagaimana  dinasti  Uchiwa  bisa  hancur. Jika  orang  yang  bisa  membuat  dinasti  makin  berjaya  adalah  dirimu  sendiri   Uzumaki  Naruto."

***

Hate? © Kim Su Nim

Naruto © Masashi Kishimoto

Fantasy/Hurt

Warning: Yaoi . BxB . Typo(s) . OOC . AU . M-preg . EYD hancur . Membaca cerita ini dapat membuat sakit mata .dll

***

Naruto  memijit  pelipisnya, kepalanya  terasa  berdenyut. Rambut  perak  yang  ia  miliknya  semerawut  tidak  seperti  biasa. Lilin  aromaterapi  yang  terpasang  dikamar  tidak  mampu  membuat  sang  sannin  tenang.

Bahkan  topeng  yang  selalu  menutupi  setengah  wajahnya   sekarang  tergeletak  saja   di samping  mejanya. Memperlihatkan  wajahnya  yang  bagaikan  dewi. Terlalu  sayang  untuk  diabaikan, tapi  juga  terlalu  berbahaya  untuk  diabadikan  dalam  benak. Bibirnya  menipis, mata  sapphire  yang  begitu  cantik  makin  menajam  tiap  menitnya.

Konohamaru---pelayan  pribadinya--meneguk  saliva nya, apa  yang  tuannya  rasakan  dengan  kejam  ikut  menusuk  belakang  kepalanya. Meremas  ujung  kimononya  resah, ia  membuka  mulut. "Anda  harus  tenang, Naruto-sama."

Menarik  nafas  kemudian  menghembuskan nya  kasar. "Kakak,  apa  menurutmu  ini  kebetulan  yang  sangat  aneh?" Alis  Naruto  bertekuk  tajam, jari - jari  menyatu, dengan  mata  ikut  terpejam. Konohamaru  tanpa  kata  hanya mengangguk, sudah sadar sejak awal tetapi memilih bungkam.

"Wabah  yang  mendera  para  calon  miko  dan  sannin. Para  pengikut  yang  tiba - tiba  menghilang  dan  kemudian  Kaisar  yang  arif  dan  bijaksana   mengulurkan  bantuan  dengan  syarat  perjanjian  gila. Dan  itu  terjadi  dalam  kurun  waktu  4  bulan  saja," ucapnya  tenang  penuh  humor. Tapi  nyatanya  pupil  sapphire  itu  berkilat  tajam  tak  bisa  membohongi.

Geraman  seperti  binatang  buas  lolos dari  bibi  merona. Mata  sewarna  samudra  itu  kemudian  berubah  menjadi  sewarna  darah. "Bajingan  itu  pasti  mengetahui  sesuatu!"

****

Naruto  hanya  menatap  datar  keluar  jendela  kereta  kuda  yang  dinaikinya, tidak  ada  sekat  atau  tirai  yang  membatasi  pandangan  juga  memudahkan. Semenjak  memasuki  kota  dinasti  Uchiwa, yang  terlihat  hanya  para  rakyat  yang  hidup  tenang dan  makmur.

Eksistensi  rombongan  mereka  sangat  terlihat  diabaikan, walau  terkadang  ada  yang  melirik  tapi  dalam  hitungan  detik  memilih  melanjutkan  aktifitasnya. Mungkin  terlalu  sering  melihat  atau  karena  rombongan  mereka  lebih  terlihat  seperti  rombongan  tahanan  perang. "Apakah  keputusanku  benar?"

Tidak  ada  nama  dalam  kalimat, tapi  Konohamaru   tau  pertanyaan  tanpa  jawaban  itu  untuk  dirinya. Bukan  10  orang  berada  diluar  kereta  sepertinya. Meremas  samurai  di pinggang, ia  hanya  tersenyum  sopan. "Hamba  tidak  tau, Naruto-sama."

Naruto  hanya  tertawa  halus, kemudian   mendengus. Mata  awas nya  kembali  terlempar  kearah  luar, menatap  kehidupan  rakyat  yang  begitu  tenang. Hanya  memikirkan  mencari  makan  untuk  keluarga  dan  pajak  untuk  kerajaan. Tanpa  memikirkan  kemungkinan  puluhan  orang  tengah  sekarat  karena  Kaisar-nya  Yang  Agung telah  menyebarkan  wabah  disebuah  kuil  dewa.

Tepat  pada  hari   yang  dijatuhkan  sang  kaisar, sebuah  kereta  kuda  dengan  penunggang, beberapa  prajurit, budak  pria  dan  wanita, sudah  ada  didepan kediamannya  sebelum  sang  surya  melukis  langit. Seakan  menjelaskan  seberapa  tingkatannya,  bahkan  dia  yakin  jika  rombongan  bandit  mencegat  mereka  di  tengah  hutan. Para  prajurit  itu  yang  akan  lari  tunggang-langgang  daripada  melindungi  tuannya.

Naruto  tertawa terbahak  di tangga  luar  kediamannya  saat  melihat,  seakan  kaisar  sombong  itu  yakin  Naruto  akan  menerimanya dan mengatakan: "Kamu  tidak  punya  pilihan, Uzumaki. Mau  tidak  mau  zhen  ini  akan  menyeret  dirimu  kedalam  istana, cepat  ataupun  lambat."

Naruto  memejamkan  matanya, ia  menyenderkan  tubuhnya  pada  kayu. Punggungnya  tegak  lurus, bahkan  tempat  duduk  yang  sekarang  pria  muda  itu  pakai  sekeras  batu, lagi-lagi  membuat  tertawa  dalam  hati. Lonceng  yang  ada  di  topeng  terkadang  bersuara  jika  kereta  berguncang, membuat  ia  agak  tenang.

"Naruto-sama  kita  hampir   sampai," ucapan  Konohamaru, membuat  iris  sapphire  kembali  terlihat. Sekarang  100  meter  didepannya  terlihat  sebuah  gerbang  besar  nan  megah, aura  cakra  terasa  sangat  jelas  mengelilingi  istana  ini  kekkai  yang  kuat, sangat  kuat.

Naruto tersenyum sinis. "Kita  lihat  apa  yang  kau  tau  tentang  diriku, Yang  Mulia  Kaisar."

.

***

.

Cocot:

Fanfic  pertama  jadi  mohon  maaf  kalau  menyakiti mata :')

Akan  sayah  lanjut  jika  ada baca ☺

Hate? (rev)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang