Bab 3: Kotak Hitam Telah Dibuka

1.2K 158 9
                                    

#HappySasukeDay

***

Hey, kotak hitam telah dibuka. Maukah kamu melihat kedalam dan mendengarkan apa yang ada didalamnya? - [kotak hitam]

***

Kaki lotus terjulur dari jendela lantai dua paviliun, gesekan dari kayu bahkan tak terdengar. Sang raja malam yang bulat sempurna tanda purnama masihlah tergantung di cakrawala, menandakan waktu masihlah larut. Pukul 1 dini hari.

Tak beberapa lama sosok putih melayang dari sana, halus dan ringan seperti selembar bulu angsa. Tanpa beban mendarat tanpa suara yang mengganggu, hanya bunyi gemercing menyenangkan yang pelan dari lonceng yang diikat pada pergelangan kaki. Kaki-kaki telanjang menyentuh permukaan halaman paviliun yang berpasir, tampak kontras ditengah remang cahaya. Jeda, ia menatap tembok istana, mendecih. Remang selalu membuat dirinya sadar kenapa ia berakhir ditengah jam malam. Mimpi buruk.

Jelas terlihat bahwa halaman tampak lengang sekali, hanya ada obor-obor yang memancarkan redup. Mulai melangkah, melewati koridor-koridor tanpa eksistensi. Begitu tenang. Tidak terganggu akan udara akhir musim gugur yang menusuk kulit karena tidak memakai pakai hangat ataupun lantai marmer yang dipijak tanpa alas. Saat melewati gerbang hanya ada beberapa penjaga berdiri setengah sadar, mencoba lewat tanpa suara, kaki melayang dari marmer batu, lewat tanpa disadari. Kembali melangkah, menuju tempat yang dicari.

***

Taukah kamu sebelas tahun lalu sebuah kejadian yang menyakiti hati ribuan orang telah terjadi, pada sebuah perayaan yang dinanti-nantikan. Sebuah kerajaan telah hancur. Tepat pada malam hari ini - [kotak hitam]

***

Lurus, ia memandang hamparan higanbana dimata. Bunga itu tampak masih subur walau suhu mulai beranjak turun. Hamparan merahnya tampak seperti darah di taman, bunga yang memiliki arti kurang baik itu tampak cocok dengan keadaan istana Lotus yang juga berwarna merah, dingin dan kosong, mungkin karena penghuninya yang hanya segelintir, atau mungkin karena itulah fakta yang didapat oleh para Harem sebelum dibubarkan.

Tubuh yang dibalut kimono putih bersih seperti biasanya menyender dipilar gazebo, termenung. Sosoknya tampak menawan, warna yang terpancar dari ujung kaki hingga kepala tampak ganjil ditengah hamparan merah dimata. Matanya tak goyah walaupun cahaya mentari menusuk retina bermanik laut. Walaupun suhu tetap menusuk.

Sudut bibir Naruto berkedut saat merasakan keributan dibelakang pundak. Menoleh, ia dapat melihat laki-laki surai coklet tengah besedekap menonton keributan antara pengawalnya dengan dayang Naruto, didepan gerbang paviliun yang terbuka. Terganggu, Naruto melirik sang kakak yang juga menonton.

"Tuan muda kami hanya ingin bertemu! Kenapa kalian begitu keras kepala! Apa kalian tidak mengenal dirinya, huh!?" pengawal itu berkata, vena tampak menonjol, jengkel.

Tapi nyatanya Miraku dan Amaru yang berdebat juga tidak mau kalah, dua gadis itu tetap setegar karang. "Yang mulia selir tidak mau bertemu siapapun hari ini! Siapapun!" ditekan sang pengawal makin murka.

Bibir Naruto tanpa sadar mengerucut, "siapa?" suaranya ringan, bergemerincing ditengah udara membeku, membuat yang mendengar selalu tanpa sadar merasa nyaman.

Konohamaru mengingat-ingat, "Hyuuga? Neji Hyuuga?" tangan terangkat menggaruk alis tanpa sadar. "Perlukah?"

Naruto menggeleng. "Tidak, biarkan saja dia masuk."

Konohamaru yang mendapatkan instruksi mengangguk. Bibirnya sedikit meringkuk, suara yang halus tapi tidak pelan keluar, bersiul. Miraku dan Amaru yang mendengar menggeser, membiarkan dua tamu tidak diundang masuk.

Neji yang menyaksikan tampak puas, mengangguk sedikit pada pelayan, langkahnya tampak arogan layaknya para pewaris keluarga bangsawan. Saat dekat dengan gazebo pria itu memberi salam, senyumnya semanis gula palem, tapi sang selir tidak suka.

"Yang mulia," suaranya terdengar seperti derauan, melihat Naruto layaknya oasis. Dan Naruto, terganggu?

"Mengganggu ketentraman istana. Apa anda berpikir anda bisa begitu seenak hati?" kata-kata Naruto ludahkan segera, hatinya makin gelap karena diganggu.

Tapi nyatanya tuan muda itu hanya menekan mulutnya, seperti menahan tawa. "Aku hanya mendengar Kaisar mempunyai Harem baru. Dan hanya sekedar berkunjung?" entah itu pertanyaan atau pernyataan.

Didalam hati Naruto mendengus kasar. Mengangguk, Naruto meminta tuan muda itu duduk dan menyuruh Dayang membawakan teh. "Tidak sebesar itu." ia menekan bibir delima dipinggiran gelas. Neji tertawa, "cukup riskan rasanya saat aku tau Yang mulia kembali mengambil Harem pria lagi, padahal kursi putra mahkota masihlah kosong."

Dahi Naruto menggurat, genggaman tangan pada gelasnya mengerat. "Saya berpikir itu urusan istana dalam," kata Naruto dingin, tapi jika ditelisik ada keanehan terkandung dalam.

Tuan muda Hyuuga itu hanya mengedik bahu. Mengibaskan tangannya, "aku punya hadiah untukmu, Yang mulia. Ucapan selamat pribadi dari ku, maaf karena tidak memberi anda yang lebih mewah."

Naruto melirik kearah pengawal Neji yang mendekat, ditangannya terdapat sebuah keranjang bunga. Ia menatap datar buket tersebut saat pengawal Neji menaruhnya dimeja. "Kakak, bisa tinggalkan kami?"

Bibir Konohamaru sedikit terbuka, tapi kemudian mengangguk walaupun tampak jelas keberatan. "Ne. Yang mulia," yang lainnya juga mengerti, ikut pergi meninggalkan dua sejoli itu.

Kata Naruto saat sisa mereka berdua: "krisan? Selera anda untuk bunga ucapan selamat sangat buruk, tuan muda."

Neji tertawa. Memainkan gelas teh tanpa berniat meminumnya, "aku tidak tau bahwa seleraku untuk bunga sebegitu buruk."

Meletakan gelas teh, Neji beranjak, yang diikuti sang sannin, tuan muda itu menebuk kimononya seakan menghilangkan debu. Keduanya berhadapan. Keheningan meliputi. Mata dibalas mata, seakan keduanya menyelami hati masing-masing, membaca maksud yang tersirat pada lawan. Tangan Neji tiba-tiba terulur kearah sang sannin, saat tersisa beberapa inci dari pipi giok itu suara Naruto menghentikannya.

"Saya ingin tau. Anda ini, apa maksud anda memberi saya krisan?" Naruto.

Tangan Neji kembali ke sisinya. Senyum khas casanova mekar, "itu hadiah."

Mundur satu langkah senyum itu lenyap, kilatan es memercik dimata. " Kehidupan istana berat," suara mendayu dari tadi juga lenyap. Neji membungkuk hormat, "semoga hari anda menyenangkan, Yang mulia. Saya sedang terburu-buru hari ini, lain waktu saya akan mengunjungi anda lebih lama."

'Krisan.'

'Itu hadiah.'

'Aku tidak tau bahwa seleraku untuk bunga sebegitu buruk.'

'Kehidupan istana berat.'

Naruto membeku seperti baru mengingat sesuatu, tangannya mengerat, kerutan alis juga hadir kembali. Ia hanya menatap dengan kaku buket krisan diatas meja. Kemudian punggung tegap pewaris Hyuuga. Tapi dibalik wajah datar yang ia kenakan tanpa perubahan dia menggigit pipi dalam.

'Kakak?'

Tetapi Neji dan Naruto tidak sadar. Sejak awal, ada sepasang mata elang yang menatap interaksi keduanya dengan datar. Kilatan menakutkan melintasi onix malam yang biasanya tanpa ekspresi.

***

Please comment and vote. Saya memaksa kalo bisa, tapi ini kebijakan dari para pembaca. Terima kasih.

Target vote 130? 125? Saya gak maksa ya kan? (:

Rev: 23 Juli 2018

Hate? (rev)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang