"Memang ya, mau seenggak jelasnya chat kalau itu dari orang yang spesial, bakal beda rasanya."
•••
"Kak Yuqi loh, Van! Kemaren lo bilang dia lagi deket sama Kak Yeri. Lo harus gercep, karena ya lo liat sendiri kan ya. Jaemin itu bisa nempel dimana-mana."
Gue menepuk lengan Cece, "Heh! Lo kira Jaemin cicak?" protes gue ke Cece yang dibalas tatapan sinis.
"Udah ah, gue gak ngerti lagi. Gue gemes banget sama kalian. Yang satunya ngasih kode tapi ke semua orang, yang satunya sok ngelempar kode sembunyi tangan. Kalian saling melempar, terus siapa yang bakal nangkap?"
Gue terdiam sejenak. Benar juga sih kata Cece. Gue di sini kesannya kayak ogah-ogahan tapi mau. Tapi kan gue gengsi! Gue udah cukup senang pas tau Jaemin ngerespon gue, tapi di satu sisi gue malah nyesek pas tau kalau Jaemin gak cuma gitu ke gue. Gue mau marah, tapi siapa?
"Ih! Apaan sih, Ce! Gue aja gak merasa gitu tuh! Udah sana lo ditungguin Jeno!" usir gue ke Cece bersamaan dengan datangnya Jeno ke arah kami.
"Ayo, Ce. Pulang."
"Iya, pulang sana lo! Bawa dia baik-baik Jen! Lo tau kan dia kadang suka jadi macan! Udah sana jangan bucin depan gue." Cece menoyor kepala gue.
"Lo juga paling ngerasain bucin sama Jaemin. Belum waktunya aja."
"Seriusan Jaemin?" sahut Jeno yang sedari tadi memperhatikan pembicaraan kami.
"Iya. Eh iya, mending lo bantu juga tuh ke Jaemin. Bilangin ada yang suka sama dia gitu! Eh orangnya datang!" Cece melambai ke Jaemin yang baru turun dari tangga. Gue sudah keringat dingin dan berharap kalau Cece ataupun Jeno gak ngomong macam-macam ke Jaemin. Bisa mati malu gue!
"Weis, Jaem! Perasaan lo udah keluar kelas dari tadi?" tanya Jeno ke Jaemin. Gue makin gelisah pas Jaemin menyadari keberadaan gue di sini.
"Eh? Apa?" Jaemin bertanya sambil menyampirkan jaket boomber hitamnya.
"Tadi ada yang nyariin lo." Jeno menatap ke gue yang membuat gue melotot memohon.
"Ah? Siapa?"
"Kak Yuqi. Gila lo ya, kemaren Yeri sekarang Yuqi. Gak habis-habisnya lo." Jaemin tertawa lalu menyenggol lengan Jeno tapi matanya melirik sekilas ke arah gue yang terdiam.
Oh, ternyata memang benar.
"Udah lah, Jen! Ayo balik! Mau hujan ini!" Jeno menganggu mengiyakan perkataan Cece. Jeno dan Cece pun pamit dan langsung pergi meninggalkan gue dan Jaemin berdua di hall sekolah.
Gue udah mau melangkah tapi tiba-tiba pergerakan gue terhenti karena Jaemin yang menahan gue. Kalau kalian pikir dia menahan pergelangan tangan gue, maka kalian salah. Karena nyatanya Jaemin menarik baju gue yang menyebabkan gue terjungkang ke belakang.
"Eh astaga. Sorry sorry." ucap Jaemin yang untungnya sempat menahan gue dari belakang agar tidak jatuh.
"Ih, Nana ih! Kalau gue jatuh tadi gimana? Kalau kena tulang ekor atau kepala gue gimana?!" ucap gue ke Jaemin yang sekarang malah menatap gue dengan tatapan sendu.
"Kan udah gue tahan, Van?"
"Terserah."
"Gak mau pulang?"
"Lima menit yang lalu gue sudah melangkah mau pulang. Tapi ada seseorang yang dengan tidak berakhlaknya menarik baju gue sampai gue terjungkang." sindir gue sambil merotasikan bola mata.
Jaemin tertawa, "Sudah ngomelnya? Ya udah gue anter."
”Ke rumah gue?"
Jaemin menggaruh kepalanya yang gue rasa bentuk salah tingkahnya, "Ya enggak sih. Ke gazebo doang, gue gak bawa motor. Pengen dianter gue ya lo?" Gue merotasikan bola mata malas lalu berjalan mendahului Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
P E K A || Jaemin✓
Fanfiction[Revisi Setelah Selesai] "Tumbuhan aja peka, masa lo enggak?" "Ya kalau di gak peka, ya berarti lo salah kode di awal." "Atau lebih parah, dia peka. Tapi berlagak seolah tidak peka karena dia gak mau sama lo." Vania itu orangnya pesimis parah kalau...