Aku sedang berada di pantai menikmati semilir angin dan ombak yang berhembus. Membiarkan angin membuat rambutku yang sudah kutata rapi menjadi beantakan. Aku lebih memikirkan apakah yang aku lakukan adalah hal yang benar apa justru salah.
Aku lebih memilih mempertahankan perasaanku pada Ezra, karna nyatanya melupakannya tidak semudah yang aku kira. Setiap kali aku ingin melupakannya justru kenangan indah yang ia berikan yang bermunculan di pikiranku.
Kenangan ia menciumku saat konser, kenangan ketika ia dengan sabar mengajak Diego mengenal hewan-hewan, cara ia mengajakku menikah di tengah kandang orang utan dan masih banyak lagi.
Aku tidak akan memaksanya berada disisiku sekarang, aku hanya ia bahagia. Jika memang kebahagiannya bukan bersama ku dan Diego, aku rela membiarkannya bahagia bersama orang lain.
Ketika aku sedang sibuk merapati nasibku, hujan turun dengan derasnya. Seakan mendukung kesedihanku dan membiarkanku menikmati kesedihan ini.
Air mataku turun begitu saja tanpa bisa aku menahannya. Biarkan saja air mataku turun bersama air hujan, mudah-mudahan kesedihanku juga pergi bersama air hujan yang turun saat ini.
"Ruby." Suara itu. Ezra.
Bahkan disaat seperti ini saja aku masih bisa berhalusinasi suaranya. Aku rasa aku akan gila sebentar lagi. Cinta membuatku seperti orang gila, bisa berhalusinasi suaranya.
"Ruby."
Ezra, laki-laki ini sekarang di hadapanku dengan napas seperti habis berlari bermeter-meter. Bahkan semakin gila saja aku, bukan hanya suara bahkan aku berhalusinasi dirinya di hadapanku. "Pergilah aku lelah. Biarkan aku sendiri." Gumamku pada sosok dihadapanku.
"Ketika aku mencarimu kemana-mana dengan berlari lalu kamu mengusirku begitu saja?"
"Kamu nyata?"
"Kamu kira aku hantu?"
Aku menyentuh pipinya yang sudah basah dengan air hujan. Ezra di hadapanku nyata. Bahkan aku bisa menyentuhnya, sosok yang aku rindukan.
"Ngapain kamu disini?"
"Tadi aku kerumah kamu, tapi papa kamu bilang kamu di apartemen Dimas. Dimas sedang melamar kamu."
"Lalu?"
"Apa kamu terima dia?"
"Bukan urusan kamu."
"Itu jadi urusan aku, aku bahkan lari kesini mencari kamu. Ketika aku melihat kamu dari jauh aku bahkan melupakan kelelahanku berlari."
"Untuk apa kamu tau? Mau aku menerima atau tidak bukan urusanmu. Urusi saja urusanmu,"
"Kamu Cuma milik aku! kamu nggak bisa sama Dimas. Kamu nggak boleh sama Dimas, By."
Ezra menyentuh dan menggenggam tanganku lembut, aku hampir saja jatuh lagi ke dalam pesonanya untuk kesekian kali. Kenapa ada makluk seperti Ezra di bumi ini? Dengan pesona yang tidak pudar meskipun terguyur oleh hujan.
"Aku? milik kamu? Kamu gila? Setelah kamu pergi meninggalkan aku dan tanpa member
kabar kamu bilang aku milik kamu?" ucapku teriak padanya.
"Aku minta maaf, aku bisa jelaskan."
"Aku sudah jadi milik Dimas. Hubungan kita selesai, jangan gangguku aku. Hubungan kita hanya sebatas Die..." sebelum aku menyelesaikan ucapanku Ezra sudah menciumku. Menciumku tanpa member celah padaku.
Aku sendiri membalas ciumannya, segitu mudahnyakah aku memaafkan Ezra yang membuatku nyaris gila?
"Ayu pulang, nanti kita sakit kalau hujan-hujanan." Ucapnya setelah melepaskan ciuman kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/105851967-288-k838858.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Grey Sides (SUDAH TERBIT)
RomanceSUDAH DITERBITKAN DAN TERSEDIA DISELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA. it is hurt, when you realize you aren't as important to someone as you thought you were and sometimes you just have to accept the fact, that some people only enter your life as a temp...