Part 14

226 37 10
                                    

Di depan sana, beberapa orang tengah berbincang satu sama lain. Ada yang menyantap hidangan atau menikmati hiburan yang disediakan tuan rumah.

Aku memisahkan diri dari mereka, menikmati kesendirian yang mungkin akan membuat hatiku lebih tenang.

" Nad, kamu di sini ? " sapa seseorang. Itu Pak Man, yang entah sejak kapan berada di sana. Dia berdiri dengan kedua tangan masuk pada saku celana.
Tatapannya sendu, tidak seperti beberapa jam lalu.

Aku mengangguk kikuk.

" Sejak kapan Bapak ada di sini? " tanyaku balik yang merasa bingung.

Dia hanya tersenyum menjawab pertanyaanku.

" Kamu ada masalah? "
Dia bertanya lagi tanpa menjawab pertanyaanku.

" Bukannya setiap kehidupan selalu punya masalah, Pak? "

Dia mengangguk setuju.

" Bapak kenapa berada di sini. Bukannya Bapak yang punya acara? "

" Nad, kamu tau nggak rasanya ditinggal seseorang saat kita lagi cinta cintanya sama dia? "

Aku tertegun mendengar pertanyaannya.

" Dulu, begitu banyak impian yang terangkai dalam pikiran. Namun sekarang, tidak satupun yang akan terwujud.! "

" Apa Bapak baik-baik saja?"

" Apa sekarang saya terlihat buruk?"

Jika dilihat, Pak Man sepertinya sedang ada masalah. Pribadi mungkin.

Sendu wajahnya mengingatkan aku pada Satria yang mengetahui bahwa kami tidak bisa bersama lagi.

" Setiap hal punya alasan, "

Itu terdengar seperti pembelaan terhadap diriku sendiri.

" Alasan? Apakah pergi bersama lelaki lain itu suatu hal yang tepat ?"

" Apakah selingkuh alasan yang dibenarkan? Tidak ada pembenaran dalam perselingkuhan Nad! "

Dia mengucapkan dengan nada geram. Sungguh, hal ini mengingatkan aku pada Satria. Apakah luka yang aku tancapkan kembali merubahnya menjadi orang yang tempramental?
Melampiaskan pada sesuatu yang tidak selayaknya?

Aku harap tidak.

Pak Man datang menghampiriku, " Nad, apakah setiap perempuan sama seperti dia? Yang akan meninggalkan lelaki yang sudah memberikan semuanya bahkan kebahagiaannya, lalu pergi begitu saja ?"

Aku tidak tahu bau alkohol ini berasal dari mana, atau lelaki di hadapanku ini tengah mabuk?

" Nad, apa semua perempuan itu sama? " tanyanya lagi.

Aku menggeleng.

" Tidak Pak. Setiap orang berbeda. Harusnya Bapak bersyukur. Karena hal ini, Bapak tau bahwa dia tidak baik. Dia bukan orang yang tepat mendapatkan cinta tulus dari Bapak. "

Ini terdengar seperti nasehatku untuk Satria.

" Tapi bagaimana dengan hati ini Nad? Kepercayaan ini? Bisakah kembali seperti semula?"

" Semua butuh proses. Butuh waktu. Memang tidak mudah. Tapi Bapak pasti bisa. "

Dia mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya dan menunjukkan padaku.

" Saya ingin memberikan kejutan padanya, tapi dia terlebih dahulu memberikan saya kejutan dengan mengatakan bahwa kami tidak bisa lagi bersama. Lalu untuk apa ini?  Ini sudah tidak berarti lagi. " ucapnya. Tangannya terayun ke atas untuk membuang benda petak itu. Kurasa, dilihat dari ukurannya, itu adalah sebuah cincin.

Aku memegang tangan itu lalu menariknya ke bawah.

" Bukan seperti ini caranya. Bijaklah Pak. Kurasa Bapak sedang mabuk sekarang. "

Ucapku masih memegang tangannya. Kakinya berdiri namun sedikit oleng membuat aku mau tidak mau menahan tubuhnya.
Kini, aku terlihat seperti sedang menggandeng tangannya, semoga orang yang melihat ini tidak memikirkan hal yang tidak-tidak.


" Nadine,, "

Panggilan tak asing itu terdengar oleh telingaku.

Aku menoleh ke belakang.
" Putri,,, "

Ucapku kaget. Di sampingnya Satria berdiri dengan tatapan kecewa. Kurasa dia marah melihat kejadian di depannya ini.

Tuhan, apa aku harus kembali bersandiwara dan membuat luka di hati Satria lebih besar lagi? .
Ku mohon Kuatkan aku.

" Man, kamu mabuk! "

Aku tidak lagi memanggil lelaki ini dengan sebutan Bapak atau Pak. Ini demi meyakinkan Satria. Saat ini pun aku sudah memanfaatkan ketidakstabilan kondisi Pak Man yang sekarang tengah dipengaruhi alkohol.

Aku mendudukkan Pak Man pada kursi yang bisa aku jangkau.
Dia menunduk sambil memegang kepalanya yang mungkin sedang pusing saat ini.

" Nad, aku pikir jemput kamu malam ini akan buat harapan baru untuk Bang Sat."

Putri menatapku marah, sama halnya dengan Satria.

" Kalian tidak perlu repot-repot lagi dan peduli padaku. Aku sudah memiliki orang yang akan menjagaku! "

Putri tersenyum sinis.

" Pemabuk seperti ini maksudmu? "

" Aku tidak pernah membayangkan, kamu putusin Satria demi pemabuk ini. Orang yang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. "

" Apa salah Bang Sat hingga kamu tega padanya Nad? "

" Apa karena uang? "

Aku memejamkan mataku. Rasanya perih mendengar kata-kata itu keluar dari temanku sendiri. Teman yang aku tahu tidak pernah berkata kasar sebelumnya. Oh ya, aku lupa. Hati kakaknya sudah aku lukai. Adik mana yang akan terima?

" Itu urusanku Put. Kamu tidak perlu ikut campur! "

" Aku pikir, kamu orang yang tepat. Orang yang bisa membuat Bang Sat tetep percaya sama cinta. Tapi apa?
Dan Kamu bahkan udah tau apa yang pernah Bang Sat alami sebelum ini. "

" Maaf Put. Itu bukan urusan aku. "

" Bang, kamu denger sendiri kan? Lebih baik kita pulang. Tidak ada gunanya bicara pada wanita ini lagi. Mata dan hatinya sudah tertutup. "

Putri berbalik sambil menarik tangan Satria.

" Nad, ini pertanyaan terakhir yang aku harap kamu bisa jawab dengan jujur."

Aku menatap Satria ragu.
" Kamu bener-bener udah lupain aku dan mencintai dia? "

Tatapan Satria menuntutku untuk segera menjawab pertanyaannya.

Aku bingung apa yang harus aku jawab.
Bagaimana ini, aku tidak akan bisa berbohong sambil menatap matanya. Satria pasti tahu dan akan kembali berharap padaku.

Aku melihat Pak Man masih duduk dengan lemah di sana.
Rencana gila terlintas di otakku.

" Aku harap,  setelah ini kamu tidak akan bertanya hal itu lagi, Satria. "

Aku menghampiri Pak Man dan berjongkok di depannya.
Tanganku meraih kepalanya dan menarik wajah itu mendekat ke arahku.

Pak Man mengerjapkan mata seolah ingin tersadar dari mabuknya, lalu tersenyum senang. AKu tidak tahu apa yang dia pikirkan hingga wajah kami benar-benar sangat dekat.

Langkah kaki menjauh terdengar di belakang sana. Dan aku rasa, mereka sudah pergi sekarang.
Malam ini, aku sukses kembali membuat hati orang yang paling aku cintai sakit. Patah lagi dan mungkin susah untuk diobati.

Satria pasti berpikir bahwa aku mencium lelaki ini. Dan memang itulah tujuanku.

Aku melepaskan tanganku dari wajah pak Man, lalu terduduk sambil terisak.

Ternyata ini tidak semudah yang aku bayangkan. Pergi dari Satria dan berharap dia akan kembali pada masalalunya.

Raffi, aku butuh kamu.


Tbc

Confused (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang