Awal

1.5K 100 8
                                    

" Kamu berubah Sat , kamu bukan lagi Satriaku . Kamu udah berani main kasar sama aku . apa memang ini sifat asli kamu?" Gadis bernama Nadine itu berusaha melepas cengkraman tangan Satria yg saat ini masih berstatus sebagai kekasihnya .

Nadine merasa tangannya memanas karena cengkraman kuat dari lelaki di depannya ini.

"Berubah ? Seharusnya aku yang bilang itu ke kamu Nad. Kamu berani selingkuh sama dia , dan alasan kamu selalu sama" sergahnya dengan menghempaskan lengan Nadine dengan kasar . Entahlah, Nadine merasa Satria sekarang menjadi sangat tempramen. Selalu marah dan marah. Nadine menyentuh lengan Satria berusaha membuat Satria lebih tenang.


" Kamu bilang , kamu ada di rumah sekarang. Tapi nyatanya apa ? Kamu jalan sama dia !" bentaknya dengan menunjuk dengan jarinya ke arah seseorang yang tengah duduk tak jauh dari mereka berdiri dan terdiam memperhatikan pertengkaran mereka . Sedangkan yang ditunjuk merasa dia tidak bisa diam saja melihat sahabatnya tersakiti dengan sikap kasar kekasihnya itu .


" Sat , kamu tau dia sahabat aku. Dan kamu tau kalo aku sama dia udah akrab sebelum kita jadian . Jangan jadiin ini alasankamu buat nyakitin aku" protes Nadine yang tidak menyukai sikap kasar Satria. Nadine melihat di sekeliling tempatnya berdiri saat ini dan ia baru sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian orang orang yang tengah makan malam


" Nad , kamu kenapa ?" tanya Raffi khawatir . Lalu menoleh ke arah Satria dan mendorong tubuh Satria agar menjauh dari Nadine . Belum benar-benar menjangkau tubuh Nadine , justru Satria terlebih dulu menjangkau pundak Raffi.

" Eh banci , lo berani sama gue? "
Sebuah bogem mentah mendarat di pipi Raffi dengan mulus .

" Sat "

" Ataga Fi , kamu nggak papa ?"
N

adine dengan sigap langsung menolong Raffi yang terjatuh setelah mendapat pukulan keras di samping bibirnya yang membuat sedikit darah keluar dengan leluasa .


" Aku nggak papa Nad , sebaiknya kamu selesain masalah kamu sama dia . Aku nggak mau kita jadi bahan gosip di tempat ini ." Raffi berdiri dan menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya dengan ibu jarinya. Nadine menoleh kearah Satria dengan kesal. Ingin rasanya Nadine menampar lelaki di depannya ini karena dengan berani memukul sahabat terbaiknya di depan matanya dan di depan banyak orang. Sungguh memalukan , apa lagi tempat ini adalah milik keluarga Raffi .


" Kamu puas Sat? aku harap ini yang terakhir. Aku nggak mau ngeladenin sikap kekanak-kanakan kamu. Dan Aku nggak mau kamu nanti denger kata kasar dari aku yang akan lebih nyakitin hati kamu. Aku yang akan pergi Sat !" ucap Nadine lirih. Air matanya menetes tanpa aba-aba , dan berbalik kearah Raffi . Nadine membawa Raffi keluar dari Restoran itu tanpa menghiraukan teriakan Satria yang memintanya untuk pulang bersama . Nadine terus saja melangkah pasti dengan rasa bersalahnya terhadap Raffi yang kini menatapnya dengan tatapan iba .


" Kamu nggak seharusnya marah sama dia Nad, mungkin dia bener . Aku nggak seharusnya ngajak kamu buat nemenin aku makan, malam ini."ucap Raffi,
N

adine menyerahkan kunci motornya kepada Raffi dalam diam dan tanpa menatap wajah Raffi . Raffi yang mengerti hanya diam dan menerima kunci motor Nadine lalu segera membawa motornya untuk pulang . sebenarnya Raffi membawa mobil , hanya saja saat ini ia tahu bahwa Nadine butuh dirinya .

di atas motor yang sudah jalan pelan , Nadine terus diam dan sesekali menarik ingusnya yang entah sejak kapan keluar .
Raffi membiarkan Nadine menangis di pundaknya dan sekarang mungkin pakaiannya telah basah oleh air mata sahabat yang amat ia sayangi itu .

~~~~~~

Aku benar-benar sudah dupermalukan olehnya.
Aku sungguh tidak enak hati dengan sahabatku yang kini sedang menemaniku disebuah taman tempat biasa kami menghabiskan rasa bosan .
Setelah keluar dari area Restoran milik keluarga Raffi , aku mengajaknya ke taman ini berniat menenangkan hatiku yang hancur oleh sikap kekanakan Satria , kekasihku . Aku sengaja meminta Raffi membawaku ketaman ini sekaligus ingin mencurahkan isi hatiku yang selama ini aku pendam padanya .
Ya , Raffi tak pernah tahu jika selama ini Satria beberapa kali bertindak kasar padaku.
Terakhir saat aku hendak mengerjakan tugas kuliahku bersama dengan teman ku dirumahnya .
Dia bersikeras membujukku untuk tidak ikut mengerjakan tugas kuliahku itu .
Dia bilang bahwa jika aku ingin membuat tugas, ia harus ikut dan itu pun harus dikerjakan di rumahku .
Padahal pada saat itu ia tahu bahwa ia sedang di kantor dan tidak bisa untuk keluar .
Lalu aku berbohong dan mengatakan bahwa aku tidak jadi membuat tugas kuliahku itu .
Esoknya , ia menemuiku di rumah pukul sembilan malam .
Tumben pikirku .
Karena selama ini ia tak pernah bertamu selarut itu .
Aku merasa ada sesuatu yang akan terjadi padaku .
Benar saja , ia memakiku dan berkata bahwa aku telah bohong kepadanya .

" Kamu udah bohong Nad, kenapa ? "

Tanyanya langsung setelah aku menyapanya dan bertanya tujuan ia datang kerumah .
Saat ini di rumahku sedang tidak ada orang karena orang tuaku sedang menjenguk nenek ku di rumah paman dan akan pulang besok.

" Kamu kenapa deh sayang ? baru dateng kok langsung marah ?" tanyaku sehalus mungkin dan mengajaknya agar duduk di kursi yang memang sengaja diletakkan di beranda rumahku .

Dengan kasar ia tepis tanganku dan masih bertanya hal yang sama .
Rahangnya mengeras seperti menahan sesuatu yang akan meledak, membuatku takut untuk menatapnya.

" Aku salah apa ?" tanyaku ragu karena aku tahu apa yang akan menjadi masalahku kali ini .

Aku hanya pura-pura bodoh seolah aku benar-benar tidak melakukan kesalahan padanya.
Dia mendorong tubuhku dan membuat aku terduduk di kursi yang tadi aku siapkan untuknya duduk.

braakk

Suara kursi itu cukup keras bersamaan dengan aku yang terhempas di atasnya .
Kurasakan ngilu pada siku tanganku yang tadi tidak sigap dengan dorongan kasar tangan Satria yang tiba-tiba saja .

"Awww "

ringisku pelan.

" Ini terakhir kamu bohong Nad, kalau besok kamu berani bohong lagi , kamu akan dapet yang lebih dari ini " ucapnya tepat di depan wajahku .

Ia mencium pipiku sebelum ia melenggang pergi dengan mobil nya dan meninggalkan aku dengan linangan air mata dan hati yang terluka .
Aku benar-benar bingung dengan hubungan ini .
Terlebih Satria yang memiliki dua kepribadian yang berbeda .
apakah aku harus menceritakan ini pada Raffi ?
Bukan tak pernah ia bertanya tentang Satria seperti apa ia memperlakukanku, aku selalu berkata padanya .

" Kita baik baik aja kok! "

walau sebenarnya itu adalah hal yang bertolak belakang dengan apa yang sebenarnya terjadi .
aku tahu Raffi tidak benar-benar mempercayai ceritaku , mungkin dia ingin aku bercerita tanpa ia minta .
Raffi memang sahabat terbaikku ,sekarang aku hanya ingin menangis dan bersender di bahu kokohnya .

TBC

Confused (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang