Part 11

375 46 2
                                    

" Nad, jujur aku nggak setuju dengan ide gila kamu. Aku tau cinta kamu seperti apa. Maksud aku, nggak perlu lah ngalah. Bagi Satria, Yas itu hanya masalalu. Dan bukannya kalian udah serius? " ucap Raffi. Lelaki itu kini duduk bersebelahan dengan Nadine yang kini terlihat sangat tidak bersemangat. Mengingat beberapa hari yang lalu sejak kejadian Yas yang jatuh saat mereka ingin menonton. Nadine menyadari sesuatu. Hal yang amat ia takutkan.
Melihat paniknya Satria, perhatian lebih yang Satria tunjukkan untuk Yas menyadarkan Nadine jika Satria masih menyimpan rasa untuk mantan kekasihnya itu.

Bagaimana bisa ini terjadi? Membiarkan keegoisannya untuk mempertahankan kekasih yang nyatanya pernah memiliki hubungan dengan gadis lain Atau melepaskan dan merelakan Satria kembali pada Yas.
Apalagi Nadine tahu alasan Yas pergi dari Satria. Ini menyakitkan. Sangat.

Yas pergi karena hal darurat dan tidak memberikan kabar apapun pada Satria. Itu cukup membuat Satria kesal bahkan salah paham dan menjadikan Yas objek yang ia benci. Nadine tidak ingin jika suatu saat nanti setelah dirinya dan Satria memilih untuk menikah, lalu Satria tahu alasan Yas meninggalkannya, Satria kembali menaruh simpati, maka siapa yang akan jadi korban? Tentu saja dirinya. Ia sudah memikirkan hal itu dengan matang hingga pikirannya hanya bagaimana cara menjelaskan pada Satria jika Yas tidak sengaja meninggalkannya tanpa kabar berita. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Bisa saja hatinya terluka, namun ia tidak ingin egois, lantas melupakan kebahagiaan orang lain.

"Aku bingung Fi. kamu liat sendiri paniknya Satria saat liat Yas meringis kesakitan. Itu udah cukup buat aku sadar kalo Satria masih nyimpen cintanya buat Yas. Aku janji ini yang terakhir. Aku nggak akan ngelakuin hal bodoh lagi setelah Yas dan Satria bersatu. " jelas Nadine. Tidak ada pilihan lain. Bahkan sang ayah sempat marah saat mengetahui insiden yang menimpa Yas.

" Nad, Ayah sudah bilang jangan sampe ada apa-apa sama Yas. Kalo seperti ini, gimana Pak Wijaya mau percaya lagi sama Ayah? "

"Ayah udah wanti-wanti aku untuk jagain Yas. Liat luka Yas segitu aja Ayah udah kecewa, gimana kalo Ayah aku tau kalo anaknya udah matahin hati Yas gara-gara pertahanin Satria? "

" Jelasin sama ayah kamu, pasti ayah kamu ngerti kok. Lagian ayah kamu sama Satria udah kenal deket. " ucap Raffi lagi menasehati

" Nggak semudah itu Fi. Kamu tau siapa kakek Yas, dan apa jasa kakeknya buat keluarga aku. Masalah ini nggak se-simple itu "

" Oke, seandainya Satria dan Yas bersatu, Apa kabar hati kamu? "

Skak mat.

Nadine terdiam, tentu saja karena gadis itupun tidak memiliki jawaban atas pertanyaan Raffi.
Raffi menghela napas, lalu kembali melanjutkan. " Kamu sendiri bingung jawab apa Nad. Ini yang aku takutin. Kamu berkorban perasaan demi rasa nggak enak kamu sama kakeknya Yas yang notabene penolong keluarga kamu. Itu berarti alasan kamu karena sebuah jasa Nad. Kamu lupa kalo hati Satria ikut kamu pertaruhkan. Kalo seandainya sekarang dia cuma anggep Yas masalalu, terus kamu ninggalin dia, apa yang terjadi sama hatinya? Hati kalian akan sama-sama hancur " ucap Raffi menasehati.
" Nggak gitu Fi, Satria bersikap dingin sama Yas karena suatu hal. Dan kalo Satria tau alasan Yas pergi, dia bakalan nyesel. Dan aku nggak mau jadi penghalang buat mereka berdua.! " kekeuh Nadine masih dengan pendapatnya.

" Aku akan lakuin satu hal lagi, seenggaknya Satria harus tau alasan Yas pergi yang sampe saat ini nggak sempet keluar dari mulutnya! " ucap Nadine final.


[•••]

Satria dan Nadine sudah duduk pada kursi kayu di beranda rumah Nadine. Malam ini Nadine sengaja menyuruh Satria untuk datang. Ada maksud tertentu yang Nadine sembunyikan.

Nadine melihat mata kekasihnya yang melirik ke arah pintu sambil sesekali fokus pada dirinya yang berceloteh.

" Eeee,, Nad, Yas sudah sehat? " tanya Satria tiba-tiba. Gadis itu terdiam, lalu tersenyum. " Udah nggak papa kok. Apa mau aku panggilin? " tanyanya . Seketika Satria terkejut, " Eh? Nggak, nggak. " tolak Satria cepat. Gadis cantik itu kembali melanjutkan obrolannya, namun dengan tema yang berbeda.

" Oh ya Sat, kasian ya Yas. Opanya harus dirawat di rumah sakit. Dia sendiri yang harus ngerawat karena tante sama om nya nggak mau ngurusin. " jelas nya, Satria terlihat terkejut.
" Kamu tau dari mana? " tanya Satria. " Yas pernah cerita. Bahkan dia sambil nangis. Kamu tau kan tentang itu ? " Satria mengangguk ragu.

" Iya, dia juga kan baru pulang setelah Opanya nyuruh dia tinggal di sini aja. Jadi setahun belakangan dia itu jagain Opanya di Singapore. Opa nya sakit dan om tante lepas tangan gitu aja. " ungkapnya prihatin, air muka Satria berubah gelisah.

" Nad, apa aku bisa ke toilet? " ucap Satria tiba-tiba. Nadine mengangguk dan berdiri ingin mengantar, namun Satria menolak karena ia tidak masalah jika pergi sendiri.

Nadine terlihat sedih, kebimbangan dalam hatinya menyiksa ia begitu berat. Relakah ia jika suatu saat nanti cinta Satria akan kembali pada Yas karena merasa bersalah, atau paling tidak Satria akan berpikir bahwa apa yang ia pikirkan selama ini salah dan menebusnya dengan cara memberi perhatian lebih sekedar penyampaian maaf.
Nadine ingin menyerah bahkan ia rela jika harus menghilang dari keduanya. Tidak mungkin ia bisa menikmati hidup menyaksikan hal yang hanya akan membuatnya sakit hati.


Tbc

Confused (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang