1

81 6 4
                                    

Hay! H5 disini.
Ini cerita kedua author, saya harap cerita ini dapat banyak apresiasi dari kalian semua.
Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Masukan masih dibutuhkan ya.

Okk. Happy reading!

( Foto yang diatas Wilbert Fan Zega dan Thalita Zury Glirson sewaktu masih imut-imut nya :* )

_______________________

"Kakak tidak apa-apa?"

Gadis kecil itu menatap khawatir bocah lelaki yang di depannya. Gaun cantiknya kotor dan sobek di bagian belakang. Lututnya dan pelipisnya berdarah,terlihat jelas lecet-lecet pada badannya. Dia menunduk, memperhatikan wajah dingin di depannya. Tangan mungilnya masih memegangi batang lolipop yang sudah tidak karuan bentuknya.

Tidak ada jawaban yang terdengar. Bocah yang terlihat lebih tua dari gadis kecil itu menatap datar. Matanya menatap lecet-lecet pada tangan dan kaki gadis di depannya. Memperhatikan wajah khawatir dan bernodakan bercak merah di sana.

"Hehehe, Thalita senang bisa nolong kakak" senyum polos itu merekah. "Kata daddy kita harus hati-hati dekat jalan" sambungnya.

Gadis kecil itu -Thalita- meringis, mendapati lutut dan badannya yang sakit. Dia mencoba berdiri, tidak menghiraukan rasa perih dan sakit di kepalanya. Bibirnya masih menampilkan senyum hangat yang tidak akan pernah luntur.

"Thalita harus pulang. Thalita takut daddy kesurupan lagi" dia membayangkan wajah dan teriakan daddynya saat kehilangannya di kolam bola minggu kemaren.

Bocah lelaki itu mengernyit, mendapati perkataan aneh yang dia dengar. Dia segera berdiri, merintih tertahan saat merasakan denyut si lututnya. Gadis kecil yang dia ketahui bernama Thalita itu berbalik, dia dapat menduga badan gadis itu sakit semuanya, jalannya tertatih-tatih.

"Tun....tunggu..." suara itu lemah, tidak keluar sepenuhnya.

Anak laki-laki itu terlihat ragu menyuarakan niatnya. Tapi dia bernafas lega saat gadis itu berhenti melangkah, menoleh kembali dengan senyuman di wajah manisnya.

'Bagaimana bisa senyum itu masih ada. Maksudnya, dengan semua luka dan peristiwa barusan?'

"Luka mu?" Bocah kecil itu berjalan tertatih mendekat, memperhatikan darah yang masih mengalir dari pelipis gadis manis itu.

"Oh" Thalita menyentuh pelipisnya, menyadari tangannya basah karena darah. "Huwaa, Thalita berdarah?" Teriaknya dengan suara kecil yang menggemaskan saat melihat darah di tangannya.

Senyum tipis muncul di wajah lelaki kecil itu, menyadari tingkah lucu dan wajah panik menggemaskan di depannya.

"Ikut aku, akan ku obati" bocah itu menarik tangan Thalita, memaksanya mengikutinya.

"Thalita harus pulang. Waktunya makan siang" Thalita memberatkan badannya, tidak ingin ikut. "Daddy yang akan obati" bibirnya tersenyum, mata bulatnya memandang tepat pada mata bocah di depannya.

Genggaman itu terlepas, anak lelaki itu menatap Thalita yang masih menyunggingkan senyumnya.
'Tidak sakitkah? Kenapa senyum itu masih ada?'
Hanya itu yang muncul di pikirannya.

"Wilbert Fan Zega" ucapnya.

"Huhh?" Gadis kecil itu terdiam, bingung. Namun kemudian senyum yang lebih lebar muncul. "Thalita, Thalita Zury Glirson" meraih tangan bocah yang baru saja memperkenalkan dirinya itu. Dia terdiam, merasakan sentuhan pada tangannya.

"Sampai jumpa kak!"

Teriakan itu menyadarkan Wilbert yang dari tadi bengong. Gadis itu sudah jauh, melambaikan tangan dengan senyum di wajahnya.
'Senyum itu....' batinnya.
Dia masih berdiri disana, memandangi tubuh kecil yang perlahan menjauh dengan langkah tertatih.

"Tuan muda!!! Tuan muda!!" Teriakan itu keras, mengalihkan fokusnya.

"Huuffff.... tidak lagi" dia menghela nafas, menunduk lesu.
Matanya menangkap sesuatu yang ganjil, ada sesuatu disana, di tangannya. Benda ini.....

"Tu...tuan, hhahh, tuan muda, huuffhhh. Tidak apa-apa?" Pria dewasa dengan setelan jas menghampirinya, nafasnya terengah-engah.

"Tidak apa-apa, Dean" Jawabnya. Matanya menatap benda ditangannya, senyum muncul di bibirnya.

Lelaki bernama Dean itu bingung, mendapati tuan mudanya tersenyum dengan memandangi lolipop yang sudah remuk itu. Dia menatap seluruh tubuh kecil tuannya, dari atas sampai bawah. Matanya melebar mendapati celana tuan mudanya yang sobek, memperlihatkan kulit dengan bercak darah yang terlihat jelas.

"Oh. Astaga. Tuan! Lu...lu...lutut Anda." Dean panik, matanya bergerak bingung.

"Bagaimana ini,.... oh.astaga.... hei, kalian! Hubungi rumah sakit, katakan tuan muda terluka. Segera siapkan ruang UGD bagian VVIP!" Dia berteriak frustasi pada sekelompok pria yang berpakaian hampir sama dengannya. Dan tidak menunggu lama suara ricuh pengawal di belakangnya pun terdengar, mengikuti intruksi atasan mereka.

Wilbert yang melihat itu memutar mata nya kesal. Pengawalnya satu ini terlalu lebay. Dia menghebuskan nafas kasar.

"Dean. Ini hanya luka kecil" ucapnya menenangkan.

Dean terdiam, masih terlihat panik.

"Aku hanya nengalami kecelakaan tadi." Wilbert berujar santai, memakan pecahan lolipop yang sudah dia buka.

Alis Dean terangkat. 'Hanya? Bagaimana bisa tuan mudanya mengatakan kecelakaan dengan kata 'hanya'! Maksudku, itu tadi kecelakaan! Bisa saja terjadi hal yang bahkan dia sendiri pun tidak berani bayangkan pada tuannya.' Dia masih terdiam, walau dalam hati berteriak frustasi.

"Tidak terjadi apapun. Aku baik-baik saja" Wilbert seperti dapat membaca raut wajah pria yang 10 tahun lebih tua darinya.

"Dan terimakasih pada malaikat kecilku karena memastikan hal itu" sambungnya, menatap arah dimana dia terakhir melihat punggung kecil itu, sebelum akhirnya menghilang dari pandangannya.

'Kita akan bertemu lagi. Dan aku akan pastikan, kali ini aku yang akan melindungimu'.
_____________________

Aw aw aw
Gimana ni kesan pertama mereka? Sesuai ekspektasi gak ni ?
Jangan lupa ninggalin jejak ya :)
Beri sarannya
See ya next chapter :*

CHILDHOOD FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang