8

47 2 0
                                    

Wilbert tersenyum masam saat melihat Thalita yang terbaring di ranjang. Matanya bengkak dan sembab karena menangis tadi. Dia mengelus rambut hitam panjang Thalita dengan tangannya yang terbalut perban.

"Ck. Dasar bodoh. Kenapa lo musti nangis segitunya ? Gulali cengeng"

Dia bergumam saat kilasan peristiwa sebelumnya muncul di pikirannya. Kekehan pelan lolos dari bibirnya saat mengingat wajah panik Thalita dalam tangisnya saat melihat luka di tangannya.

Tidak hayal, tangisan Thalita yang semakin kencang membuatnya panik, bahkan Sinta dan Dean menghampiri karena khawatir. Dan butuh perjuangan keras hingga akhirnya Thalita dapat tenang dan tertidur.

"Semuanya sudah rapi"

Dean muncul dari pintu, berdiri tidak jauh dari ranjang.

"Darah dan perabotannya ?"

Wilbert menjauh dari Thalita. Merapikan kembali selimut putih tebal sampai dada gadis manis itu.

"Sudah. Sofa dan tempat tidur sudah di ganti"

Wilbert mengangguk paham, menghampiri Dean kemudian tersenyum penuh arti.

Dean yang mengerti, menghembuskan nafas pasrah.

"Kali ini apa ?"

"Oke. Ayo berangkat"

Dengan semangat Wilbert menyeret Dean yang terlihat pasrah.

"Bagaimana dengan pertemuan di Cina ?"

Ucap Dean di sela seretan bos kecil nya itu.

"Aku akan pergi. Nanti. Setelah memastikan suasana hati Thalita akan baik-baik saja." ucap nya tanpa menoleh sedikit pun.

Dan dengan sekali dorongan, tubuh proporsional Dean sudah berada dalam mobil mahal Wilbert. Yang dalam hitungan detik sudah meninggalkan rumah dengan halaman seluas lapangan bola itu.
___________________

Thalita terbangun dengan mata sembab dan kepala yang pusing. Hidung bangirnya terlihat memerah. Matanya memantau kamar yang terlihat tidak asing bagi nya. Tidak perlu waktu lama hingga dia mengenali nya, kamar yang biasa dia tempati saat menginap di rumah Wilbert.

Keluar dari selimut, dia menuju pintu besar di tengah ruangan. Bermaksud keluar dan mencari Wilbert. Dia khawatir.

"Kau sudah bangun ?"

Mata bengkak dan merahnya menatap wanita anggun yang sekarang berdiri di depan nya.

"Mom..."

"Kau susah baikan ? Momi kaget sekali saat Thalita nangis tadi."

Dengan anggun, wanita itu melewati Thalita yang tetap berdiri di ambang pintu. Memasuki kamar dan duduk di sofa di tengah ruangan.

"Ayo duduk sayang, temani momi menum teh"

"Wilbert dimana mom?"

Thalita mendekat, duduk tepat di samping Sinta. Dan tidak lama, para pelayan yang membawa nampan berisikan teko dan cangkir terlihat.

"Dia nenghadiri pertemuan di Cina"

Ukhukkk !!

"Thalita!"

Sinta refleks menarik tissu yang berada di depannya. Mengusap baju Thalita yang terkena teh.

"Wilbert di Cina ?"

Tanya Thalita tanpa menatap Sinta, dia masih sibuk membersihkan sisa tumpahan tadi.

"Hmm,... Ya.. Ada pertemuan penting yang tidak bisa dia tunda, Lita."

CHILDHOOD FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang