9

33 2 0
                                    

Thalita menatap pasrah air yang turun dengan deras. Semakin merapatkan diri pada pintu toko yang tertutup, hembusan angin terasa dingin di kulitnya. Paper bag berisikan buku-buku novel yang baru dia beli basah terkena cipratan air. 

"Sepatu Lita kotor... " lirihnya, memperhatikan boots putih yang mulai berubah warna kecoklatan.

Sepatu neeks hitam didepan bootsnya mengalihkan fokusnya. Refleks dia mendongak, melangkah mundur ketika menyadari mata biru gelap yang tengah mengamatinya.

"Kau basah"

Suara itu datar, tapi sungguh suara serak yang seksi.

Mengangguk, Thalita tersenyum manis. Senang saat ada yang memperhatikannya di antara orang-orang yang berlalulalang.

Alis tebal lelaki itu naik sebelah, tidak menyangka mendapat respon yang kelewat bersahabat.

Nafas Thalita tercekat saat tangan besar dan dingin itu menyentuh tangannya.

"Ini"

Thalita terdiam. Mata coklatnya menatap lelaki yang baru saja memberikan payung padanya.

"Kau akan basah nanti"

Mengedikkan bahu, lelaki itu memasukkan tangannya dalam kantung jaket yang dia kenakan. Bahu dan punggungnya mulai basah. Menatap Thalita dalam diam, dia berlalu pergi. Melewati hujan yang ternyata mulai reda.

"Eh? Terimakasih!"

Thalita melambaikan tangannya semangat, bibirnya tersenyum lebar.

Lelaki itu menoleh, tersenyum tipis kemudian melangkah kembali. 

"Baik...." Thalita menatap payung hitam yang baru saja dia dapat, "dan juga tampan" sambungnya saat mengingat senyum yang kelewat tipis tadi. 

Dia melangkah, meninggalkan emperan toko tampatnya berteduh tadi. Memutar-mutar yang berseder di bahunya, dia menuju halte bus.
____________________

Thalita membuka pintu rumah, tersentak kaget saat melihat lelaki yang kini menatapnya.

"Wilbert sudah pulang?"

Cicitnya pelan, kepalanya menunduk berlalu melewati tubuh tegap Wilbert begitu saja. Tubuh Wilbert menegang, wajahnya mengeras. Dia tidak suka di acuhkan, apalagi oleh Litanya.

"Maaf.... "Lirih Thalita.

Wilbert berbalik, melihat punggung kecil Thalita dan bahunya yang gemetar.

"Untuk apa?"

Kepala Thalita semakin menunduk dalam. Rambutnya menutupi wajahnya.

"Sudah buat Wilbert marah,... Tha-Thalita ng-ngak bakalan dekat-dekat Wilbert lag-lagi, hiks"

Alis Wilbert menyatu, dahinya mengernyit. Tidak paham dengan arah percakapan mereka.
'Bukankah dia yang harusnya minta maaf disini?'

"Thalita.... "Wilbert berjalan mendekat, dia merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya. 

Air mata Thalita semakin banyak, tangisannya kian kuat.

"Husshh, jangan nangis" Wilbert mengelus rambut hitam itu dengan lembut.

"Aku yang harusnya minta maaf Lita. Membuat mu menangis, kemudian pergi tanpa kabar dan penjelasan"

"Thalita pi-pikir Wil-wilbert marah. Ngak, ngak mau ketemu Lita lagi"

"Mana mungkin aku gak mau ketemu Lita lagi. Wilbert kan sayang banget sama Lita" ucapnya lembut.

Thalita mendongak, menatap Wilbert yang juga balik menatapnya. Mata coklatnya berkabut dan sembab.

CHILDHOOD FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang