12

24 2 0
                                    

Wilbert menatap kosong layar handphonenya, menggenggam erat benda itu. Suasana ruangan mecekam.

"Berani sekali!",ujarnya tanpa emosi. Menatap gambar yang baru saja dia terima dari bawahannya.

Tok tok tok

"Maaf, tuan. Bagaimana acara pembukaan resor baru?", seorang wanita datang dari pintu, namun tubuhnya membeku saat merasakan aura ruangan.

Melirik tanpa minat, Wilbert mempererat genggamannya, "Berikan pada Dean, saya ada urusan", putusnya diikuti gerakan gesitnya memakai jas dan meninggalkan kantor.
__________________

Thalita bersenandung ringan. Membantu Sinta membuat makan malam, lebih tepatnya mencicipi.

"Thalita! kau dimana?"

Thalita menoleh ke sumber teriakan. Dengan satu jari dalam mulut, bekas colekan saus tadi. Wilbert muncul dengan tergesa-gesa. Mendapati Thalita di dapur, dia segera menghampiri.

"Wilbert? Kenapa - auh..."

"Kau... Kau... "

"Aduh Wilbert, lepas. Sesak", rontanya dari pelukan tiba-tiba.

"Kau bertemu siapa tadi?", Wilbert bertanya dengan melonggarkan pelukannya. Menatap langsung Thalita.

"Oh, Thalita bertemu teman tadi. Wilbert tau? Dia nolongin Thalita saat hujan kemarin", ocehnya semangat.

Wajah Wilbert menggelap, "jangan pernah ketemu dia lagi", titahnya.

"Kenapa?", Thalita mendorong tubuh Wilbert menjauh, "Dia baik... ", tambahnya.

"Pokok nya gak boleh!", putus Wilbert tegas.

Thalita terdiam. Menatap Wilbert dengan mata berkabut dan wajah cemberut. Ingin protes, tapi terlalu takut.

"Ugh", Wilbert menahan diri, tanpa kata berbalik pergi.

Sinta yang sedari tadi memperhatikan menatap punggung Wilbert, kemudian beralih pada Thalita yang masih cemberut. Merasa tidak paham dengan masalah tiba-tiba ini.

"Ada apa Lita?", tanyanya, mendekati Thalita yang merengut.

"Thalita juga gak ngerti mom, Wilbert ngelarang Lita ketemu sama teman", adunya dengan masih cemberut.

"Masak sih? Mungkin karena teman Lita gak baik", Sinta mengusap rambut hitam itu.

Tidak terima, Thalita duduk tegak. Menatap Sinta kesal, "Dia teman yang baik, dia nolongin Thalita kemarin", belanya.

"Oh? Benarkah?", Sinta merenung sesaat, "Kalau begitu Wilbert pasti punya alasan sendiri melarang Thalita ketemu temanmu itu", sambungnya.

"Hm - hmmm", Thalita mengangguk. Wilbert punya alasan sendiri buat larang Thalita, pikirnya.
_________________

Suasana ruangan makan itu sepi. Sinta melirik kedua anak disisinya, sama-sama keras kepala. Dia menghela nafas.

Terdengar keributan dari luar. Suara derap langkah tergesa dan umpatan kesal. Kemudian sosok tinggi terlihat, dihalau beberapa bodyguard. Wajahnya tenang, seolah tidak keberatan dengan cegatan bodyguard, kakinya melangkah mantap, perlahan mendekat ke meja makan.

Sinta membeku saat mengenali wajah itu, diikuti wajah merah Wilbert yang marah. Sendok di tangannya hampir bengkok.

"Kak Kris?!", teriak Thalita.

Bengkok lah sudah itu sendok.....

"Hm", disahuti dingin Kris dibalik badan besar pengawal.

Sinta beralih pada Thalita, menyadari gadis itu mengenal tamu tidak terduga mereka.

CHILDHOOD FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang