3

43 2 0
                                    

Thalita duduk di atas bangku semen di belakang sekolah. Dia ditarik Wilber paksa tadi. Mengedarkan pandangannya pada sekililing, asri dan sunyi.

"Makan bekalmu" kalimat itu ketus.

Wilbert duduk disampingnya dengan mata terpejam dan bersender nyaman. Thalita menghela nafasnya, Wilbert sedang cuek mode on. Dan dia paling benci jika di cuekin dan di diamkan begitu saja.

"Thalita gak mau." Jawabnya tegas.

Mata Wilbert otomatis terbuka, dia menegakkan badannya. Mata itu menatap tajam Thalita yang mengalihkan pandangannya, tidak ingin bersitatap mata manik hitam itu.

"Kau belum sarapan Lita" nada itu masih sama.

"Isshh, Wilbert." Dia menghentakkan kakinya kesal. "Nih ya. Pertama, Thalita gak selera. Kedua, Thalita lagi kesal dan Ketiga...Thalita gak suka suasananya" bibirnya mengerucut kesal, "siapa yang suka makan dengan suasana dingin plus cuek gini coba" lanjutnya.

Senyum Wilbert mengembang otomatis, itu adalah nalurinya saat melihat gadis di depannya ini sedang kesal dan manja. Kesal dan marahnya tadi hilang entah kemana. Dia tentu tahu jika Thalita tidak suka dicuekin dan di diamkan, apa lagi olehnya. Dia bisa saja melanjutkan aksinya, tapi saat ini Thalita belum sarapan dan dia tidak mau Thalita terbaring sakit nanti. Dia mengelus rambut Thalita sayang. Mengeluarkan kotak makan siang dari tas Thalita.

"Aku suapin, jadi makan ya" nadanya melembut, Wilbert membuka kotak itu.

Thalita tersenyum, Wilbert tidak cuek lagi padanya. Dengan cepat dia memutar badannya menghadap Wilbert. Namun senyum itu hilang ketika melihat apa yang ada di kotak bekalnya.

"Itu. Yang ijo-ijo apa?" Thalita menunjuk sesuatu yang dia lihat dalam kotak, warna itu kontras sekali dengan nasi yang putih.

Wilbert menaikkan satu alisnya, tersenyum miring. Wajah Thalita langsung kesal ketika menyadari apa yang di tunjuknya tadi.

"Gak jadi. Makannya di-pending" Thalita kembali bersedekap.

"Loh. Kok gitu?" Wilbert pura-pura bodoh.

"Emangnya Wilby gak lihat itu yang ijo-ijo." Rajuk Thalita.

Oohh, Wilbert tahu ini. Thalita sedang berusaha membujuknya, dia memanggil Wilbert dengan panggilan sayangnya. Wilbert akan sulit menolak jika Thalita sudah memanggilnya begitu.

"Itu sayur Lita. Lagian tinggal makan doang ribet amat" Wilbert meletakkan kembali sendok.

"Tapi kan gak enak..." suara Thalita mengecil, dia menunduk dalam.

'Oh, tidak. Jangan bersedih', Wilbert membatin.

Thalita yang menunduk tersenyum kecil, menggigit bibirnya agar tidak cekikikan. Dia tahu betul ini akan berhasil, Wilbert tidak bernah membiarkan dia bersedih atau menangis. Wilbert akan lakukan apa pun demi melihat senyumnya, dan Thalita tahu itu.

Terdengar helaan nafas dari sebelahnya, Thalita bersorak dalam hati. Dia tidak akan memakan makanan menjijikan itu, yes !.

"Yasudah, gak usah makan sayurnya. Tapi kau harus tetap makan" itu keputusan Wilbert.

Dengan cepat Thalita mendongak, matanya berbinar senang. Senyum di bibirnya kembali.

"Ckckck, dasar!" Wilbert berdecak, menyuapkan nasi dengan potongan daging dalam mulut Thalita, tanpa ada sayur tentu saja.

Thalita tersenyum senang, mengunyah nasi dalam mulutnya. Dia bersenandung ringan menikmati sarapannya yang terlambat.
__________________

"Dari mana aja lo?" Tio, teman dekat Wilbert sejak SMP itu kini sedang memplototinnya tajam.

CHILDHOOD FRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang