tiga

60 3 2
                                    

Ini sudah dua bulan sejak Gwen mengalami kecelakaan. Dan Glenn sampai sekarang masih terlihat acak-acakan. Nilainya pun menurun drastis. Teman-teman Glenn pun kebingungan bagaimana cara untuk menghibur Glenn. Ia bahkan menjadi buah bibir diantara para guru karena nilainya yang menurun.

Gwen mengalami koma setelah tabrakan dan masih belum menunjukkan pergerakan tubuh sedikitpun--selain dadanya yang naik-turun karena napasnya--sampai detik ini.

Keadaan ini membuat Glenn semaik acak-acakan.

"Woy," Anton melambaikan tangannya di depan wajah Glenn yang hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong sedari tadi.

Glenn terguncang sedikit, dampak dari kekagetannya karena dipanggil oleh Anton saat ia sedang terhanyut dalam lamunannya.

Ethan yang tadinya sedang tertawa terbahak-bahak melihat Aaron tersedak satu bakso bulat penuh karena tadinya mereka berempat sedang menertawai konser tunggal Will yang memakai garpu yang sedang menancap bakso sebagai mikrofon langsung berhenti tertawa.

"Ngelamunin apa sih?" Anton bertanya dengan malas setelah Glenn sadar dari lamunannya.

Aaron menghela napas.

"Mikirin Gwen lagi ya?" Aaron menebak--semua juga sudah tahu pasti ia sedang memikirkan Gwen, siapa lagi coba?--setelah meminum es teh tawar milik Glenn untuk mendorong bakso yang tersendat di kerongkongannya seenak jidat.

"Eh, e-enggak kok." Glenn menjawab terbata-bata.

Ethan ikut nimbrung, "Halah, pake segala bohong lagi ke kita. Udah lah, kita semua juga tau lu khawatir banget sama keadaannya."

Glenn hanya menghela napas pasrah sambil menatap tangannya yang sedang memegang sendok dan mengaduk-aduk bakso Bang Mul yang berjualan di kantin sekolah mereka, bakso miliknya tak tersentuh.

"Sudahlah, Glenn. Kita semua yakin kok, kalau Gwen bakal balik. Dia gak mungkin memutuskan buat ninggalin lu, keluarganya, bahkan masa depannya yang sudah tertata rapi dengan dramatisnya itu tergeletak begitu saja. Dia bakal balik, sooner or later. You just wait." Will bersabda dengan begitu indahnya--padahal biasanya otaknya paling gesrek dari mereka berlima.

"Gila, kesambet apaan lu, Will? Mario Teguh?" Ethan geleng-geleng kepala saking tidak percayanya.

"Mario Teguh ngomongnya gak begitu kali, Than." Aaron menjitak kepala sahabatnya itu sambil Ethan mengaduh kesakitan.

"Udah gue bilang berapa kali sih, jangan panggil gua Than!" Ethan memprotes.

"Berisik lu Than."

"Heh, diem lu Ton."

"Idih, dikira gua satuan berat apa dipanggil Ton." Anton memprotes juga.

"Ya terus apa panggilan lu? Ant? Semut?" Will berkata lalu menghisap jus jeruknya.

"Semut-semut kecil~" Aaron bernyanyi meledek.

Ethan dan Will tertawa terbahak-bahak sedangkan Anton berteriak, "SINI LO KAMPRET! GUA GOROK JUGA TENGGOROKAN LU TERUS GUA KULITIN IDUP-IDUP LU!"

Aaron berlari pontang-panting keliling kantin lalu ke arah lapangan sekolah dikejar Anton yang mukanya memerah antara malu dan marah.

Glenn tertawa kecil melihat tingkah ricuh teman-temannya itu.

Saat semuanya masih tertawa dan bermain kejar-kejaran, telepon seluler Glenn bergetar di kantung celananya.

Ia melihat nama sang pelepon.

Tante Laura. Ibu Gwen.

Ia langsung mengangkatnya tanpa berpikir dua kali.

"Halo?" Ia menyapa lewat teleponnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gwen & Glenn [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang