3

2.5K 290 12
                                    

"Me...menikah?"

"Ya, bagaimana menurutmu, nak?"

Hinata tidak sanggup untuk tidak melongo. Ekspresi terkejut, panik, takut, bingung, semuanya jadi satu. Hingga gadis cantik itu bungkam.

Wajah Hinata memucat.

Astaga...

Menikah?

Hinata bahkan tidak pernah memikirkan hal itu. Dan sekarang, setelah ia dan ayahnya makan malam bersama, saat Hiashi Hyuga mengatakan ingin berbicara serius, Hinata tidak menyangka bahwa itu benar-benar serius. Tentu saja, menikah adalah hal yang sangat-sangat serius.

Bayangan gadis itu untuk bersanding dengan seorang pria membuat jantungnya tergelitik. Anehnya, ada perasaan hangat di sana.

"A..ayah ingin aku me...menikah dengan s-siapa?" Tanya Hinata setelah lama terdiam. Nadanya pelan dan ragu. Begitupun tatapannya.

"Kau sudah bertemu dengannya, nak. Pria yang sarapan bersama kita," Kata Hiashi tenang, menikmati kegugupan putrinya, "Kakashi Hatake."

"Kakashi Hatake," Hinata mengulangi ucapan ayahnya dengan terkejut, "A..ayah, tapi...kami baru bertemu. D-dan aku tidak mengenalnya."

Hiashi mengangguk, tentu saja ia tahu fakta itu. Namun tidak menggoyahkan keinginannya menikahkan putri semata wayangnya dengan putra sahabatnya.

"Kalian memiliki waktu untuk saling mengenal sebelum pernikahan kalian dilaksanakan. Dan juga punya waktu seumur hidup setelah kalian menikah."

Hinata masih dilanda keterkejutan. Ia menatap ayahnya yang nampak tenang dan berkuasa. Gadis itu masih diam.

"Dia pria yang baik untukmu," Hiashi mulai bersuara lagi. Kali ini dengan lembut, tangannya mengusap rambut indigo milik putrinya, "Ayah percaya, Kakashi akan menjagamu."

"K-kenapa..." Hinata menelan ludahnya sudah payah.

"Kakashi adalah putra sahabatku, Hinata. Ayahnya, Sakumo Hatake, ayah pernah menceritakannya padamu?" Hiashi menarik lengan Hinata dengan lembut, membawa putrinya bersandar dipelukannya.

Hal yang membuat Hinata nyaman, apalagi saat ia melingkarkan tangannya pada pinggang sang ayah. Menempelkan kepalanya pada dada Hiashi dan mendengarkan detak jantung orang tuanya itu. Kemudian Hiashi akan mengusap rambutnya dan Hinata akan menjadi tenang.

"Sakumo Hatake, sahabat ayah saat SMA?"

"Benar," Hiashi tersenyum merasakan ketenangan putrinya, "Seandainya kau memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya, nak. Seandainya kita memiliki kesempatan."

Kesempatan?

Hinata sedikit mendongkak, "D..di mana dia?"

"Sakumo meninggal satu bulan yang lalu. Sampai akhir hayatnya ia tidak membiarkanku menemukannya untuk sekedar mengucapkan terimakasih." Hiashi berucap dengan nada lirih sekali. Membuat Hinata terpana karna ini nada yang sangat jarang terdengar dari ayahnya.

Hati Hinata terasa sakit merasakan kesedihan ayahnya.

"Aku merasa ingin menyumpahinya dan marah," Hiashi terkekeh miris, "Namun dia ternyata masih peduli padaku sampai nafas terakhirnya."

"Mmm.. apa maksud ayah?"

"Permintaan terakhir Sakumo adalah agar Kakashi mengabdikan diri pada keluarga Hyuga, keluarga kita."

"A-apa?"

"Ya, nak. Satu permintaan yang membuat pria itu datang, meminta dijadikan bawahanku. Oh...astaga," Hiashi menggeleng tak percaya, "Pria yang rendah hati dan setia. Ia sangat mencintai ayahnya hingga mau menuruti apa yang diamanatkan Sakumo. Kakashi bahkan bisa mendapatkan pekerjaan lebih baik dengan pengetahuannya di bidang pasar saham, yah, selain ilmu bela dirinya itu tentunya."

Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang