Bab 4 : Have a Little Faith in Me

6 0 0
                                    

Luisa menatap Kay yang sedang mengambil pakain di lemari. Semalam ia masih memikirkan kata-kata Kay, ia ingin menyerahkan Luisa kepada Jeff karena ia tidak tertarik. Sebenarnya,Luisa ingin memukul Kay karena perkataannya, tapi ia tidak bisa melakukannya.

"Kay, kenapa kamu kemaren bilang kamu mau nyerahin aku begitu aja ke Jeff? Emang kamu pikir aku barang apa? Aku itu berhak milih,Kay," sahut Luisa.

"Terus, emangnya lo mau milih gue gitu? Lo udah gila,ya," kata Kay mencemooh.

"Ya, aku gila! Emang napa kalo aku milih kamu? Aku pengen ketemu kamu,Kay," sahut Luisa tegas.

"Emang apa bedanya ama gue? Lo juga sama, lo khianatin gue juga!," seru Kay.

"Kay, ya, aku ngaku salah. Aku minta maaf. Selama sepuluh tahun itu, aku lupa nyari nomor telepon kamu, alamat kamu. Tapi papa mama ku bahkan juga gak inget. Pas tanggal 6 Juli 2013 aku juga nangis gak tau harus gimana! Aku kangen banget sama kamu,Kay," kata Luisa mulai terisak.

Kay ingin mempercayai Luisa, namun entah mengapa ia tidak ingin menerima alasannya begitu saja.
"Kay, kamu takut aku khianatin kamu lagi kan? Aku janji gak akan ngulangin itu lagi." Kata Luisa bersungguh-sungguh.

Kay memang sudah teralu takut mempercayai siapa pun lagi. Kay takut kalo ia dikhianati Luisa lagi. Kay akan hancur.

"Kay, all you have to do is have a little faith in me," katanya pelan.
"Kalau kamu gak percaya? Nanti pulang kuliah kamu pulang cepet ya, aku ada bukti. Bukti yang cukup kuat,lho,"kata Luisa sambil pergi keluar.

                                ***

Kay tidak pernah ingin merasa pulang secepat ini. Perkataan Luisa membuat Kay tidak dapat berkonsentrasi pada kuliahnya.

Entah mengapa,Kay membiarkan persaaan itu di hatinya. Perasaan senang. Perasaan yang tidak pernah ia rasakan lagi semenjak Luisa pergi.

"Eh, akhirnya udah pulang juga," kata Luisa menyambut dengan wajah ceria begitu Kay menampakkan diri. Kay menatapnya datar, lalu melangkah masuk dan melewatinya begitu saja. Membuat Luisa bingung.

"Kay?," tanyanya, "Mau kemana kamu? Aku kan tadi bilang mau nunjukkin bukti yang tadi pagi aku bilang itu. Ayo,Kay. Jeff udah nunggu." Luisa menarik tangan Kay dan membawanya ke taman. Tempat perjanjian Luisa, Jeff dan Kay. Jeff sudah menunggu di bawah pohon itu.

"Nah, sekarang ayo kita baca surat permohonan kita!," seru Luisa, membuat Kay terkejut. Luisa dan Jeff sama-sama menggali tanah di bawah pohon itu. Mereka mengeluarkan kaleng yang berisi surat permohonan mereka.

"Ini dia!," sahut Luisa gembira, "Ayo kita sama-sama baca!"

"Konyol banget, kayak anak kecil," komentar Kay.
"Nggak apa-apa kamu anggep aku anak kecil, aku akan tetep baca surat ini," kata Luisa, lalu ia membuka tutup kaleng itu.

"Ayo dibaca,Kay," kata Luisa sambil memberikan gulungan kertas ke tangan Kay.
"Kalo nggak kenapa?," tantang Kay. "Pokoknya baca aja," kata Jeff.

Mereka membuka gulungan kertas masing-masing.
Jeff membuka surat permohonannya dan tulisannya : 'Aku pengen jadi atlet'. Jeff tersenyum sendiri.

"Aku pengen jadi atlet," seru Jeff, lalu tertawa.

Luisa ikut tertawa, kemudian menatap Kay.
"Kay?"

Kay menggelengkan kepalanya, tulisannya : 'Aku pengen ke ancol sama ayah ibu'.

"Bukan apa-apa yang penting," jawab Kay sambil meremas kertas di tangannya.

Luisa dan Jeff menatapnya bersamaan, kemudian mereka saling berpandangan dan mengedikkan bahu.
"Um.. sekarang apa keinginan kamu ,Lui?," tanya Jeff

Luisa membuka gulungannya, dan menutup kertasnya kembali. Lalu ia memandang Kay dan Jeff bergantian. "Aku mau kalian berdua damai," kata Luisa pelan.

"Lo bilang gue suruh damai ama dia? ," kata Kay lalu ia tertawa,
"Udah gue bilang dari awal ini semua konyol."

"Lui, maaf. Keinginan kamu teralu sulit dan gak mungkin," kata Jeff sambil memegang pundak Luisa.

Luisa memandang mereka sedih. Sebenarnya isi kertasnya bukan itu, tapi ia ingin merahasiakannya dari Jeff.

                                ***

Kay mengisap rokoknya dalam-dalam sampai dada nya terasa sesak lalu mengembuskannya. Setelah makan malam, ia segera keluar dari rumah.

'Aku pengen ke ancol sama ayah ibu' Kay mengisap rokoknya lagi, menahan semua keinginannya untuk menangis. Saat ini ia sedang duduk di bawah pohon itu. Seharusnya Kay tidak menjadi bagian dari surat permohonan. Setelah membacanya, sekarang menjadi benar-benar membuka luka lama.

"Kay?" Kay sudah tau siapa yang memanggilnya. Jadi, Kay kembali mengisap rokoknya dan tidak ingin melihat Luisa.
"Kenapa kamu jadi ngerokok lagi,Kay?," tanya Luisa pelan.

"Udahlah,Lui. Nggak usah susah-susah lagi," kata Kay lelah, "Gue bukan tipe orang yang ngasih kesempatan kedua. Kenapa dengan lo harus beda?"

"Karena aku tuh sayang dan peduli sama kamu,Kay," kata Luisa jujur.

Kay menatapnya sebentar, lalu ia tertawa.
"Aku gak bohong,Kay," kata Luisa serius, "Aku memang sayang sama kamu."

"Kalo sama Jeff?," sambar Kay, "Simpen aja rasa sayang lo buat dia."

"Nggak sama," kata Luisa pelan, "Dulu, aku pikir aku sayang kalian berdua. Tapi begitu beranjak dewasa, aku sadar kalo aku lebih sayang kamu, Kay. Sebenernya, dari kecil aku suka sama kamu.Soalnya kamu baik banget sama aku, kalo sama orang lain kamu nggak baik. Jadi aku ngerasa kalo deket kamu aku spesial,Kay."

Kay memberanikan menatap Luisa. Kay masih belum percaya dengan semua kata-katanya. Luisa mendesah, "Aku sebenernya udah marah-marah minta beliin tiket ke sini, tapi ayah ibu aku gak ngebolehin. Aku bilang aku berani cari alamat kalian sendiri kalo aku udah sampe sini. Tapi mereka tetep gak ngebolehin,Kay. Jadi aku bisa apa?"

Kay bergeming, ia mencerna semua perkataan Luisa. Ia ingin mempercayainya, namun di satu sisi Kay masih takut untuk mempercayainya lagi.

"Kalo kamu masih belum percaya, aku masih punya satu bukti lagi. Buktiku yang terakhir," kata Luisa, lalu ia memberikan gulungan kertasnya kepada Kay.
Kay tak mengerti sikap Luisa. Tadi siang ia sudah membukanya dan ia bilang ia ingin Jeff dan Kay berdamai. Walaupun demikian, ia tetap membukanya. Dan ia tertegun.

Tulisan itu adalah tulisan Luisa sepuluh tahun yang lalu. Dan isinya : 'Luisa mau sama Kay terus, abis Luisa suka sama Kay'.
Kay tidak tau harus berbuat apa. Dia ingin melonjak setinggi-tingginya. Dia ingin lari sejauh-jauhnya. Tapi ia hanya membeku di tempat. Kay teralu terkejut atas perubahan besar di hidupnya.

Seorang yang menyukainya. Seorang yang memilihnya. Seorang yang ingin selalu bersamanya. Seorang yang suka padanya.

Seorang itu bernama Luisa. Gadis yang selalu ada di mimpinya itu. Gadis yang sangat diinginkannya itu, dan gadis itu sekarang ada di depannya.

"Kay?," kata Luisa menyadarkan Kay. Kay menatap Luisa lekat-lekat,ia tak menemukan setitik kebohongan di sana. Kay tidak pernah merasakan kebahagiaan untuknya sendiri. "Kenapa,Lui? Kenapa?," tanya nya lelah.
Luisa tersenyum , "Karena kamu adalah kamu."

Selama hidupnya, Kay tidak pernah mendapatkan jawaban seperti itu. Kay tersenyum kepada Luisa. Setelah bertahun-tahun,akhrinya Kay kembali tersenyum. Kay hanya melakukannya untuk orang yang tepat. Dan Luisa adalah orangnya.

Luisa ikut tersenyum, ia merasa lega. Akhinya, Luisa berhasil menemukan Kay yang dulu. Kay yang dicintainya. Luisa sangat bahagia, sampai-sampai ia ingin menagis.

"Nih, kamu boleh apain aja. Aku janji aku gak bakal ngerokok lagi," kata Kay yang tiba-tiba menyerahkan sebungkus kotak rokok kepada Luisa.

[ 1133 kata ]

Aku, Kamu atau DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang