Part 8/End - Terpesona

115 7 1
                                    

Aku melirik layar ponsel untuk kesekian kalinya. Tiga pesan yang aku kirim untuk Minho dua jam yang lalu tidak mendapat balasan apapun.

Tiba-tiba aku merasakan pungung tangan Kyuhyun yang mendarat dikeningku, " Apa kau baik-baik saja?"

Kyuhyun terlihat cemas, sementara senyum yang aku berikan tidak dapat membohonginya. "Ada apa?" bisiknya sembari menuntun lenganku mendekat tubuhnya, menciptakan jarak beberapa senti saja diantara kami.

"Tidak. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Baiklah, apa aku harus mengantarmu pulang sekarang?"

Aku melirik pada sofa yang memunggungi kami, dengan Ayah dan Ibu Kyuhyun yang belum lama tiba sedang bercengkrama disana. Rasanya ingin segera mengangguk mengiyakan tawaran Kyuhyun barusan—mengingat hari ini pikiranku dipenuhi banyak pertanyaan yang mulai menjadi beban.

"Bukan masalah, mereka pasti mengerti."

Kyuhyun mengusap dua kali punggung tanganku, kemudian berjalan mendahuluiku menuju kedua orangtuanya dan berbicara sesuatu. Tidak lama kemudian bibi Cho menoleh kearahku dan mengulurkan tangannya, "Senang bisa bertemu denganmu, nak. Datanglah kerumah kami jika ada waktu."

Tidak banyak yang dapat aku katakan, hanya tersenyum dan mengangguk sopan. Dua jam yang menyenangkan bertemu kedua orangtua Kyuhyun, berbagi cerita lama; khususnya mengenai Kyuhyun dan bagaimana masa kecilnya.

Bagiku kedua orang tua Kyuhyun sangatlah baik, bibi Cho memang sedikit cerewet apalagi jika berbicara masalah anak kesayangannya itu maka akan terlihat sisi protektif seorang ibu yang sangat jelas. Sementara paman Cho tidak banyak berbicara hanya sesekali menimpali pembicaran kami dengan lelucon lawasnya. Diluar dari kemelut antar pikiranku sendiri, sejujurnya aku sangat menikmati waktu bersama keluarga ini—seandainya saja 'sesuatu' itu tidak mendesak rasa lelah ini.

Bibi Cho mengantarkan kami hingga pintu, kemudian melambaikan tangannya sementara Kyuhyun masih menggenggam tanganku tanpa berkata sedikitpun. Aku yakin ia tidak marah karena aku memilih pulang lebih cepat, ia hanya tidak ingin membuatku tambah lelah dengan seberondong pertanyaan darinya. Tenang, sosok seperti ini yang selalu membuatku nyaman. Menatapnya membuat senyumku mengembang sendiri, melucuti pikiran yang mengganggu sementara waktu.

Kyuhyun membukakan pintu mobil dan menuntunku masuk, lalu memutar kemudinya memacu mobil dengan kecepatan standar. Terdengar instrumental Kenny G yang megalun lembut menenangkan.

"Kalau tidak keberatan, kau bisa bercerita padaku. Katakanlah jika kau pikir lebih baik untuk dibagi bersama."

"Ah, bukan masalah yang penting. Aku hanya sedang lelah saja." Sahutku beralibi.

"Panggil aku jika butuh bantuan, membawakan cokelat untuk memperbaiki mood-mu misalnya." Kyuhyun tersenyum simpul. "Katakan apa saja yang kau butuhkan, Seohyun." Sambungnya lagi.

"Terimakasih."

"Kau lapar? Aku bisa menjadi goguma kalau kau mau. Hai, aku adalah goguma raksasa. Makan aku kalau kau bisa hihi~" Kyuhyun mengubah suaranya; meninggi dan berat tapi malah terdengar lucu ditelingaku. "Aku bisa jadi payung jika kau kepanasan, tissue jika kau sedang sedih, Xbox jika kau butuh hiburan, atau jadi...."

"Jadi dirimu sendiri jika aku butuh kenyamanan, jadi dirimu sendiri jika aku butuh teman atau kasih sayang. Kenapa harus menjadi siapa dan apa yang percuma sementara yang aku butuhkan hanya dirimu sendiri." Sambungku. Kyuhyun diam, bahkan alunan instrumen seperti tak terdengar, hanya helaan yang terasa nyaring ditelinga tanda kelegaan yang menyeruak malam dengan gelapnya.

Tak ada satu kata yang terlontar. Mobil pun menjadi sunyi seketika.

Satu tangan turun lepas dari kemudi dan mengayun pelan menggapai tangan lain—yang sedang bebas. Menggenggam sepanjang jalan. Rasanya pikiran yang mungusikku tadi... terlupakan sejenak.

Enchanted (Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang