Matahari hanya menampakan sedikit cahaya yang tertutup awan mendung semalam. Namun kedua mata Ayna telah terjaga dari mimpi indahnya semalam. Ditengoknya jam digital di atas meja riasnya.»» 05.30 ««.
Seperti sebuah rutinas pagi yang biasa ia jalani. Kakinya melangkah menuju wastafel. Diraihnya sebuah sikat dan mengolesnya dengan sebuah pasta gigi, lalu mulai menyikat deretan gigi dalam mulutnya.
Ia kembali melangkahkan keluar kamar. Mendekati sosok lemah yang masih terbuai dalam lelapnya delusi bunga tidur sejak tadi malam Ayna membawanya.
Tangannya meraih handuk yang menempel dikening pria itu, lalu menempelkan telapak tangannya di kening sang pria.
"Panasnya sudah menurun, tapi kenapa dia masih tidak sadarkan diri."
Ayna menarik selimut memutupi tubuh sang pria. Membetulkan bagian bantal yang menyangga kepalanya. Lalu pergi melanjutkan aktifitasnya. Mulutnya kembali menguap. Kedua tangannya sibuk mengikat rambut panjang dibelakang kepalanya.
Ia membuka kulkas didapur dan ------ Kosong -----. Tidak ada bahan makanan yang bisa ia masak dari dalam kulkas. Senyum yang tadi terlukis dibibirnya pun memudar. Ia bangkit dan berjalan menuju lemari kecil yang tergantung diatas rak piring. Kakinya sedikit berjinjit untuk meraih gagang pintu dan membukanya.
Hanya terdapat 2 bungkus mie instan, 3 butir telur dan daun bawang. Ia mengambil semua bahan makanan yang ia dapat tadi lalu menaruhnya kedalam sebuah keranjang kecil disisi kompor.
Ia kembali melangkah keluar dari dapur. Melewati sang pria lalu masuk kedalam kamarnya. Tak berselang lama ia keluar dari kamarnya dengan sebuah handuk yang tergantung dibahunya lalu berjalan menuju kamar mandi yang berada di samping dapur.
*25 menit berlalu*
Ayna keluar dari kamar mandi. Tubuh indahnya terbungkus oleh handuk yang melingkar didadanya. Ia berjalan mendekati jendela ruang tamu lalu membukanya. Membiarkan sinar matahari masuk menembus celah kaca. Matanya kembali mengamati sang pria yang masih terlelap.
Lantas tanpa menghiraukan apapun ia kembali menuju dapur untuk mengolah bahan makanan yang telah ia dapatkan tadi.
Dengan telaten tangannya membersihkan kotoran yang menempel pada daun bawang itu, memotongnya menjadi bagian-bagian kecil lalu menaruhnya kedalam sebuah wadah. Ayna mengambil sebuah panci, mengisinya dengan air dan memanaskannya diatas kompor. Lalu ia mengambil sebuah mangkuk berukuran sedang. Mulai memecahkan cangkang telur, mengeluarkan isinya kedalam mangkuk dan mengocoknya dengan spatula.
Ia mencampurkan daun bawang yang telah ia potong tadi kedalam adonan telur dan mulai memasak Martabak, ala Ayna.
Tangannya lincah membolak balik adonan martabak buatannya. Seperti seorang chef yang telah handal direstoran. Ia membuka bungkus mie instan dan memasukkan isinya kedalam air mendidih yang telah ia rebus dari tadi.
Hingga tiba-tiba seseorang berjalan dengan langkah beratnya menuju dapur. Dengan tubuh yang dipenuhi perban dan bagian mata kanannya yang entah sebab apa mengeluarkan darah. Pria itu melangkah mendekati Ayna. Membuat Ayna menghentikan aktifitasnya kala suara pria itu terdengar menyahutnya.
"Siapa kau?-------"
***
Seorang pria bersetelan jas dokter terlihat berlari menyusuri sebuah lorong, diikuti oleh dua orang perawat yang juga berlari dengan membawa beberapa berkas dibelakang sang dokter. Ia berhenti disebuah ruangan khusus otopsi di ujung koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPY - Who I'am?
FanfictionMenjadi seorang mata-mata negara membuatnya harus menyembunyikan identitas aslinya dari siapapun Bahkan untuk orang yang ia cintai~ Keluarganya yang hancur membuatnya lari dari kehidupan dimasa lalunya. Mencari sebuah kehidupan baru sebagai mata-mat...