Jungkook menatap kedua ibu dan ayahnya bergantian.
Kedua-dua lelaki dan wanita yang ditatap itu hanya membalas dengan tatapan seakan-akan ingin membunuh Jungkook.
"I-ini bukan seperti yang Eomma dan Appa pikirkan."
Jungkook mencoba mempertahankan dirinya.
"Oh ya? Jadi seperti apa yang sebenarnya terjadi? Tidak ada gunanya lagi penjelasan dari mu!"
Sang ayah membentak Jungkook dengan kuat.
"Kenapa kau melakukan perkara seperti ini, nak?"
Giliran ibu Jungkook pula yang bersuara.
Jungkook semakin ditenggelamkan api kemarahan. Darahnya membuak-buak ingin menguarkan kemarahannya.
"Iya! Memang benar aku meniduri gadis murahan yang Eomma pungut dari jalanan ini!"
Jungkook menunjuk seorang gadis yang hanya menutupi badannya dengan towel yang diberikan oleh ibu Jungkook.
"Tapi si murahan ini yang menggodaku! Memintaku untuk menyentuh tubuhnya!"
Umji, gadis yang disebut murahan oleh Jungkook itu menggelengkan kepalanya tanda tidak sutuju dengan ucapan Jungkook.
"Aku bersumpah Nyonya, Tuan, Aku tidak melakukan perbuatan itu... hiks..."
Jungkook menatap jijik Umji yang sedang terisak di sana.
Kenapa gadis itu tidak mengikuti saja permainannya? Bukankah ia sudah biasa melayani lelaki-lelaki yang membayarnya di luar sana? Mengapa sekarang gadis itu menangis seolah-olah tidak biasa saja.
"Umji... aku kecewa denganmu. Kau aku pecat. Tinggalkan rumah ini sekarang juga!!"
Nyonya Park berteriak menyebabkan Umji memejamkan matanya.
Dengan kaki yang bergetar, gadis itu melangkah keluar daripada rumah itu.
Ia menangis sekencang-kencangnya saat sudah berada di halte bus. Ia tidak peduli orang-orang menatap aneh ke arahnya yang kini hanya memakai sehelai towel.
.
.
."Umji tenanglah... ceritakan apa yang terjadi..."
Sinbi memeluk tubuh Umji yang sudah mengganti bajunya.
"Jeon Jungkook..."
Suara Umji kedengaran lemah dan serak akibat menangis.
"Jeon Jungkook? Anak kepada wanita tempat kau bekerja itu?"
Umji mengangguk.
"Yang katamu kau jatuh cinta kepadanya itu?"
Umji mengangguk lagi, tapi kali ini dengan isakan lirih dari bibirnya.
"Dia menuduhku menggodanya... hiks... lalu Nyonya memecatku... hiks..."
Sinbi kembali memeluk tubuh sahabatnya itu
"Apa dia memperk*sa mu?"
Umji semakin menangis histeris mengingat kejadian yang menimpanya hari ini.
"Lelaki gila! Ayoh laporkan kepada polisi."
Umji menggeleng, walaubagaimanapun, keluarga Jungkook itu adalah orang ternama... tidak mungkin pihak polisi mempercayainya.
"B-bagaimana kalau aku hamil, Sinbi-ah... hiks..."
Sinbi ikut menangis kerana merasa kasihan dengan sahabatnya itu.
"Aku akan membantumu."
.
.
."ANDA HAMIL"
"ANDA HAMIL"
"HAMIL... hamil"
Kata-kata doctor itu masih terngiang-ngiang di telinga Umji.
"Kita kasi tahu saja ke mereka. Bagaimanapun itu kan cucu mereka."
Umji mengangguk, gadis itu sudah benar-benar takut.
.
.
."Hamil!? Kau yakin itu anak Jungkook?! Bukan anak lelaki lain yang kau tiduri!?"
Nyonya Park mmtertawa merendahkan Umji yang sedang berlutut di hadapannya.
"Aku bersumpah Nyonya... hanya tuan muda jungkook yang pernah menyentuhku... hiks..."
"Baiklah, lahirkan bayi itu dan kita test DNAnya."
.
.
.Umji berjuang seorang diri di saat-saat kehamilannya.
Walaupun ada Sinbi yang selalu membantunya, ia tetap ingin merasakan kehadiran Appa kepada bayi yang dikandungnya.
Bahkan Umji mengidam ingin membelai rambut halus Jungkook, tapi permintaan itu tidak pernah dapat dikabulkan.
Umji pernah bekerja di kantin sekolah Jungkook hanya agar ia dapat menatap pemuda bergigi kelinci itu setiap hari... jangan tanyakan kenapa Umji tidak bersekolah, kerana dia... anak yatim piatu tang tidak pernah mengenal apa itu pendidikan.
Setelah sembilan bulan dilewati, akhirnya Umji berjuang sendirian 'lagi' dalam kesakitan dan penderitaan untuk membawa satu nyawa ke dunia ini.
Dan tanpa disengajakan... bibirnya berkali-kali menyebutkan nama Jeon Jungkook untuk menguatkan hatinya.
Ia berpikir bahwa, ia harus berjuang melahirkan bayi Jeon Jungkook... hanya dengan itu ia akan mendapat kekuatan untuk terus bertahan.
.
.
."Aku baru 17 tahun Appa!! Tidak mungkin aku menikah!!"
'PAK!'
Satu tamparan hinggap di pipi Jungkook.
"Kau tiada pilihan lain! Setelah menghamili seorang gadis, kau harus bertanggungjawab!! Jangan kekanankan!!"
Jungkook pindah menatap ibunya untuk meraih simpati, tetapi wanita itu hanya mengangguk, setuju dengan keputusan suaminya.
"Kau sudah membuat malu keluarga kita!! Aku sudah menyediakan apartment untuk kau dan keluargamu tinggal. Aku malu mempunyai seorang anak sepertimu."
Jungkook terkejut mendengar ucapan itu keluar daripada mulut ayahnya. Dengan segera Jungkook berlutut memohon keampunan daripada sang Ayah.
"Kerana sikapmu yang kekanakan itulah yang telah membawamu pada situasi ini. Aku harap dengan adanya keluarga yang perlu kau nafkahi, sikapmu itu akan berubah."
.
.
.Tbc...
Thanks ya yang sudah mau baca, saya sangat menghargainya. ^-^.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLEASE O! OPPA
Fiksi PenggemarHanya Umji yang bersungguh-sungguh dalam rumah tangga mereka. "Urus anakmu itu!" - Jungkook.