Algi, mantanku

656 10 1
                                    

"Eh, ada yang nyariin lo tuh," baru sepersekian detik aku membuka mata, Dahlia datang sambil menunjuk-nunjuk ke arah ruang tamu.
"Emangnya siapa yang nyariin gue?"
"Temuin aja sana."
"Cowok apa cewek?" tanyaku lagi, Dahlia nampak jengkel, ia hanya mengangkat bahunya lalu membanting pintu kamarku dengan cukup kencang. Aku mendengus gitu aja kok marah.

Aku keluar dari kamar menuju ruang tamu menemui orang yang rajin banget datang shubuh shubuh begini.
"Hay...Raya... Baru bangun?" tanya tuh orang basa basi.
"Ngapain lo kesini? Sana gih pulang! Gue gak terima tamu ya sekarang," kataku, berkacak pinggang, mataku sedari tadi terus menatap tajam orang yang berlagak layaknya di rumah sendiri. Dia terlihat masa bodoh, orang itu tersenyum dan mulutnya terus mengunyah.
"Duduk beib, gak capek apa dari tadi berdiri disitu sambil marah marah kayak monyet," ucap Algi tanpa memandang wajahku, seketika itu juga aku naik pitam mendengar ledekannya. Dulu aku tak masalah malah terkesan bahagia kalo dia ngejek dengan wajah tanpa dosanya. Mulutnya yang kayak ember bocor bikin aku malah makin sayang. 'Dasar dodol digituin kok seneng' kata temen-temenku saat itu.

Algi menatapku dengan pandangan seperti biasa, kayak mau ngajakin berantem tapi emang sih selama setahun lebih pacaran sama dia, kalau mau ngomong serius ya emang mukanya kayak gitu.
"Lo kangen ya sama gue,,, sampe sampe ngeliatin gue kek gitu banget,"
"Woy tutup botol, pede banget ye lo ngomong gitu... sejak kapan gue kangen ama lu hah," emosiku naik ke ubun-ubun, pertemuan pertama selama 2 bulan ini bikin emosiku cepat tersulut.
"Gue ramal mau nggak?"
"Nggak,"
"Lo pasti lagi PMS ya 'kan?"
"Jangan sotoy deh lo."
Aku membuang muka, tak lama setelah itu, Algi menarik tanganku menyeret paksa keluar rumah. Sebelum badanku sepenuhnya keluar, aku menggapai daun pintu dan berpegangan dengan erat dengan satu tangan.
"Jangan macem-macem sama gue, kalo lo berani macem-macem gue tendang otong lo,"
"Dipegang juga gak papa," ucapnya sembari tersenyum mesum. Aku ternganga mendengar omongan Algi barusan.

"Hayu... sekarang jogging ya? Udah mau jam 6 tau nih," ajaknya kepadaku setelah pegangan tanganku dari daun pintu mengendur. Sepanjang jalan ia terus menarik tanganku sambil berlari ringan, aku merengut kesal sebenarnya aku belum sikat gigi, boro-boro sikat gigi, cuci muka aja belum. Setelah berlari sekitar 1,5 km aku mulai gerah dengan Algi yang masih saja memegang tanganku.

"Lepasin gak tangan lohhhh," teriakku tepat di depan wajah Algi, seketika itu juga ia menutup hidungnya dengan tangan.
"Bau banget,,, lo belum sikat gigi apa?" Aku hanya mengangguk.
"Dasar jorok... bukannya habis bangun tidur ke kamar mandi eh malah nyamperin gue, gue tau kok kalo lo kangen ama gue," lanjutnya dengan ke-PDan tingkat tinggi. Aku bergidik ngeri tapi benar di dalam hati kecilku masih tersimpan rasa kangen sama Algi.

Bunyi dari handphone Algi menyadarkan lamunanku, kulihat dia mengangkat panggilan itu dan ngomong serius banget sama orang di seberang sana. Aku jadi penasaran, siapa sih yang nelpon.

Kurang lebih 5 menit akhirnya Algi menutup telpon.
"Siapa?"
"Om gue, minta ambilin barang dia yang ketinggalan katanya,"
"Om Harris ya?"
"Bukan, Om Rendy, sepupu mami gue," Aku hanya mengagguk tapi kok sekarang jadi sering denger orang yang namanya Rendy, calon kakak iparku kata Dahlia kemarin.
"Udah yuk balik, nanti gue diomelin mami lagi, kalo om Rendy ngadu," lagi-lagi aku hanya mengangguk dan mengekori Algi, sepanjang jalan pulang tak henti-hentinya Algi ngoceh meskipun aku gak tau apa yang lagi diomongin sama Algi soalnya posisiku yang nggak strategis buat ngedengerin semua bunyi-bunyian dari mulut Algi yang biasanya berisi ledekan tentang orang orang yang ia lihat.
______

"Gue pulang dulu ya... cium tangan gue beb," Ia nenyodorkan tangannya dan dengan bodohnya aku mencium tangan itu. Algi nampak tersenyum puas lalu ia menaiki motor besarnya. Setelah aku sadar apa yang baru saja aku lakukan, aku berjalan menuju motor Algi, kulihat Algi sedang memakai helmnya.

I Love You, Pak PolisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang