182.797.295.071

237 10 0
                                    

Aku kembali bekerja di kantor setelah selesai dari rumah Calsey.

Aku memasuki ruanganku sendiri.

Kubukal Line untuk sekedar menyapa teman temanku.

"hey bung, bagaimana hari kalian ?" tulisku.

Seketika Andre menjawab.

"Baik. Hanya aku sudah menangkap satu orang."

Aku hanya tersenyum lalu duduk di kursi putar. Lalu aku menyalakan komputer.

Aku mengawasi lima alamat ip yang kemarin kudapatkan.

Aku melihat ada yang mencurigakan dengan alamat ip 182.797.295.071.

Aku tahu itu adalah alamat ip palsu. Kulacak alamat ip aslinya.

Dapat. Dia berada di daerah  rumahku. Hanya dua kilometer lebih jauh dari rumahku.

Kupantau alamat ip itu selama tiga jam penuh. Aku tidak ke mana mana. Hanya di ruanganku sendiri. Memantau satu alamat ip yang mencurigakan.

Pukul 10.00 pagi.

Waktu sudah menunjukan waktu di mana orang istirahat dan makan siang. Tetapi aku tetap di ruanganku. Memantau alamat ip.

Teman temanku datang keruanganku. Mereka mengajakku makan siang.

"Diego, ayo kita makan siang Di luar. Lagi juga ini sudah waktunya. Bila kita sudah selesai makan siang kau bisa bekerja kembali." kata Marvin.

"Baiklah. Aku sedang mengawasi alamat ip yang mencurigakan."

"Ayo lah bung, kita istirahat saja dulu. setelah itu kita bisa menyambung pekerjaan." kata Chris.

Akhirnya aku memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Teman temanku berhasil membujukku.

Kami pergi ke restoran yang sama. Andre yang menyetir.

Kami memesan hidangan yang sama. Kecuali aku. Aku memesan beef steak dengan tingkat kematangan medium rare.

Sekitar hampir dua puluh menit kemudian semua yang kami pesan datang. Aku sudah menunggunya.

Aku makan siang sambil memikirkan apa yang akan dilakukan alamat ip itu. Pelaku kejahatan cyber tidak terlihat, tetapi apa yang dia lakukan akan terasa.

Aku tidak ingin alamat ip itu melakukan sesuatu terhadap di tempat kubekerja. Bila ia, akan dia akan menerima resikonya.

Tiga puluh menit kemudian.

Kami semua sudah selesai makan siang. Aku sudah menunggu waktu ini. Aku ingin menyambung pekerjaanku.

Kami semua kembali ke kantor.

Kami semua sudah sampai di kantor.

Aku memasuki ruanganku dengan normal. Tidak asa yang aneh.

Di saat aku melihat komputer, alamat ip itu telah melakukan cyber crime. Dia meretas bank terbesar di AS.

Tidak hanya itu saja. Masih banyak lagi. Aku segera melacak di mana lokasi alamat ip itu.

Kurang dari lima menit aku sudah mendapatkannya. Bukan dua kilometer dari rumahku, tetapi satu kilometer setengah.

Baiklah, kali ini kau tidak bisa melakukan apapun.

Aku menelfon Andre dan Red Melalui Line.

"Andre, datang ke ruanganku segera, aku membutuhkanmu."

"Baiklah."

Lalu aku menelfon Red.

"Red aku membutuhkanmu. Datanglah, akan kujelaskan apa yang kuucapkan."

"Baiklah, aku akan keruanganmu sekarang juga."

Kau terlalu bodoh sebagai hacker. Buktinya kau akan tertangkap sekarang juga.

Tak lama Red dan Andre datang ke ruanganku.

"Ada apa bung ?" tanya Andre.

"Alamat it yang kuawasi melakukan cyber crime. Aku akan ke lokasi di mana alamat ip itu berada. Andre kau menyetir, lokasi alamat ip itu satu kilometer setengah lebih jauh dari rumahku."

"Baiklah."

"Red, apa kau membawa borgol ?"

"Tidak."

Aku membuka laci mejaku. Lalu melemparkannya ke Red.

"Baiklah, ayo kita segera ke lokasi."

Perjalanan kami sekitar empat puluh lima menit. Akhirnya kami sampai di Lokasi.

Aku mengetuk pintu rumah sesuai yang kulacak.

Yang menjawab ketukan pintuku adalah seorang ibu.

"Ada yang bisa kubantu ?"

"FBI. Kami datang kesini ada perlu dengan salah satu anggota keluargamu nyonya.

"Baiklah, silahkan masuk."

Kami masuk. Kami segera mencari ruang tamu.

Kami sudah menemukan ruang tamu. Dan pelaku kejahatan. Dia sedang duduk menggunakan laptop.

"FBI jangan bergerak!" teriakku.

Lalu Red segera memborgol tangan pelaku. pelaku adalah seorang pria. Usianya sekitar delapan belas tahun.

Sebelum membawanya ke kantor, aku mengecek laptopnya. Benar, dia adalah pelakunya.

Kubawa laptop itu.

Di saat kami ingin membawanya ke kantor ibunya bertanya ke pada kami.

"Apa salah putraku ?"

"Putramu melakukan kejahatan nyonya. Dia telah meretas bank terbesar di negara ini. Kami akan membawanya dan menahannya." jawabku.

Lalu kami membawanya keluar dari rumahnya. Ibunya hanya bisa menangis melihat putranya di bawa oleh anggota FBI.

Kami segera membawanya ke kantor lalu aku akan menginterogasinya secara langsung.

Sekitar dua Puluh menit kemudian kami sampai di kantor.

Red membawanya ke ruang interogasi.

Aku memasuki ruang interogasi.

"Apa alasanmu melakukan kejahatan itu ?" tanyaku lalu duduk.

"Untuk kesenanganku."

Kuambil laptop pelaku dan kutaruh di depannya.

"Kau adalah peretas yang bodoh!, kau tidak melindungi lokasimu."

Lalu kuketik script virus yang akan membuat data laptop akan hilang, laptop akan mati total, dan laptop terserang virus.

Kuputar laptop korban ke arahnya.

"Laptopmu tidak akan bisa kau gunakana lagi. Kau tidak bisa berbohong di sini. Aku sudah memiliki bukti. Kau di tahan selama tiga bulan. Dan kau dilarang berhubungan dengan gadget."

Lalu petugas Steve datang dan membawanya.

Sepertinya sudah takdir aku bergabung dengan FBI. Aku sangat berguna di FBI.

Aku baru saja dua hari bergabung di FBI, tetapi aku sudah menangkap pelaku kejahatan.

Sepertinya, selama aku berada di FBI, aku akan menangkap pelaku kejahatan. Dan selama aku masih bisa bernafas.

D3TR0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang