12

252 54 209
                                    

"Bry, cepet dong, gue pegel nih...."

"Iya bentar kenapa sih! Udah tinggal pencet bel nya aja, ribet lo, cumi!"

Azril tersenyum masam sambil menautkan kedua tangannya. "Gue nggak enak, Bry."

"Astaga, Azril. Lo idiot banget sih! Gue lagi benerin tali sepatu dulu bentar."

"Tai, dari tadi bentar mulu," gerutu Azril pelan.

Sudah lima menit, Abry membetulkan tali sepatunya--yang sialnya tidak pernah benar-- sementara Azril, dengan alasan idiotnya, cowok itu tidak punya nyali hanya untuk sekedar memencet bel rumah Bibin. Mengeluh kepada Abry juga bukan, lah, ide yang bagus. selain mendapat respon pedas, cewek itu malah semakin lama melaksanakan 'kegiatannya'.

Azril jadi pengin tendang Abry.

Oh iya, omong-omong, mereka di rumah Bibin. Niatnya Abry memang ingin bermain kerumah sahabatnya itu, untuk mengambil bukunya yang ketinggalan. Tapi seperti biasa, Azril memaksanya untuk mengantar, dan Abry terpakasa untuk ikut, karena Abry tau, cowok disampingnya itu adalah mahkluk paling aneh yang merepotkan.

Contohnya sekarang.

"My Boo, udah sini, Azril aja yang iket, kamu kelamaan."

Spontan, Abry mendongak dan melotot tajam. "Kalo lo manggil gue My Boo lagi, leher lo sini yang gue iket!"

Cengiran khas milik Azril muncul di bibirnya. "Itukan panggilan kesayangan," Azril melangkah mendekat kemudian berjokok. "Udah, gue aja."

Belum Abry memprotes, cowok itu sudah mengambil alih tali sepatu dari tangan Abry. "Masang gini aja belom becus. Payah," gumam Azril sambil mengikat tali sepatu Abry.

Jarak mereka yang terbilang dekat, membuat Abry menahan napasnya dan menatap lekat lekuk wajah cowok dihadapannya. Azril itu ... punya alis tebal, hidungnya kayak prosotan taman alias mancung, rahangnya tegas, dan..

"Selesai..." Azril mendongak sambil tersenyum lebar, membuat lesung pipi nya terlihat dalam.

Ah, Abry baru sadar kalau Azril punya lesung pipi dan itu terlihat ... manis. Abry masih tertegun meneliti wajah Azril, membuat cowok di depannya tertawa geli. Bukannya mundur, Azril malah menatap lekat-lekat wajah Abry dengan mata yang berbinar. Seulas senyum merekah di bibir Azril membuat Abry-- tanpa cewek itu sadari--ikut tersenyum.

"Ganteng, ya?"

Seperti baru di hempaskan ke bumi, Abry terpenjat kaget. "Apaan sih, orang nggak juga," sergah Abry cepat. Padahal, daritadi Abry puas banget ngeliatin muka Azril yang, to be honest, ganteng banget.

"Lo suka sama gue ya, Bry?"

"Norak lo!" Abry mendengus. "Muka doang ganteng tapi tingkah kayak eek."

"Eh?" mata Azril mengerjap. "Gue ganteng?"

"Iya, lo ganteng." jawab Abry, akhirnya.

Azril menyengir lucu. "Elo juga cantik."

"Terus?"

"Kalo kita jadian, kayaknya boleh juga," Azril merapihkan sedikit rambutnya. "Jadi ... pacaran, yuk?"

"Azril!" Abry melotot galak. "Ap-"

"Abry? Ngapain lo berdua jongkok gitu?"

Refleks keduanya berdiri dengan wajah yang sedikit merona. Astaga! Bibin kayak dedemit aja. Dan sekarang tanpa sebab, Abry jadi salting sendiri ke-busted lagi jongkok berdua sama Azril dengan jarak yang terbilang dekat. Well, itu agak nggak elit.

AB-RILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang