Awal

47 4 2
                                    

Luna hanya bisa menggigit jari jarinya sambil berjalan kesana kemari di dalam kamarnya. Pesan yang ia kirimkan kepada Radit tak kunjung di balas sejak siang.
"Dit kemana sih lo dari tadi gak nongol nongol biasanya juga kaya jelangkung,"

Bipbip!! Bunyi notifikasi. Luna langsung buruburu mengambil hpnya, pasti dari Radit pikirnya.

Radit Mahardika
Kenapa Lun?

Heran, Luna tak percaya dengan balasan dari Radit. Buruburu ia membalasnya.

Luna Divanda
Harus banget aku chat kamu pake alesan?

Radit Mahardika
Bukan gitu.

Luna Divanda
Ya terusss?

Radit Mahardika
Gak usah mulai deh aku lagi gak mau ribut!! Capek.

Ugghh rasanya Luna ingin mencabik cabik Radit saat ini juga setelah membaca balasan darinya. Luna langsung membanting ponselnya."Anak ini kenapa sih? Akhir akhir ini kelakuannya makin aneh" Gerutu Luna.
"Halah mending gue tidur dri pada pening kaya gini" lanjutnya.

****

Pukul 5 pagi Luna telah selesai melaksanakan kewajiban sholat subuh, Luna merapihkan mukena yang ia pakai sampai gerakannya terinterupsi oleh bunyi pesan masuk.

Radit Mahardika
Nanti bergkatnya gak bareng dulu.

Luna Divanda
Ya.

Hanya itu yang bisa ia balas. Entah kenapa perasaannya mendadak tidak enak seperti akan terjadi sesuatu. Entahlah- Luna pun tidak tau mengapa. "Gak akan terjadi apa apa mungkin prasaan gue aja" batinnya menenangkan.

Tiba di sekolah, Luna berangkat dengan bus yang biasa ia naikinya dulu, karena semenjak berpacaran dengan Radit, Radit selalu mengajaknya untuk berangkat bersama.

"Hosh hosh" sambil memegang lututnya Luna berdiri di depan tempat duduknya.
Rahmi teman sebangkunya langsung mendekati Luna "kenapa lo? Abis lari lari, tumben gak bareng Radit?" tanyanya.
Sambil melambaikan tangannya Luna menjawab "Gak, gw lagi gak breng sma dia"
"Kenapa? Berantem?"
Luna tak menjawab tapi dia hanya mengedikkan bahunya.

Radit bangun dari kasurnya dengan wajah masih mengantuk, masalahnya ia baru tidur jam 2 dini hari entah apa yg di kerjakannya, ia hanya menatap langit langit semalaman sambil memikirkan sesuatu.

"Males banget mau sekolah gue capek" keluh Radit. "Mana sih hp perasaan gue taro di laci semalam," sambil mengobrak abrik lacinya "nah ini dia, mau sms Luna dulu,"

Radit Mahardika
Nanti berangkatnya gak bareng dulu.

Luna Divanda
Ya.

"Gesit amat sih balesnya, masih pagi juga,"

Di sekolah, biasa Radit pasti nongkrong dulu di kantin sama teman teman nya sebelum bel masuk. Sekedar sarapan atau minum teh anget untuk ganjel perut katanya.

"Woy udah kmpul aja pagi pagi buta gini" seru Radit.

"Sejak kapan jam 8 lo bilang pagi buta Dit?" jawab Zo jengkel kebiasan Radit klo ngomong suka gak mikir.

"Sejak gue yang punya dunia,"

"Edan," seru Willy.
Yang dijawab malah nyengir sambil cengengesan, kaya org yg baru dapet doorprize.

"Gak bareng Luna lo Dit?" tanya zo
"Enggak" jawab Radit singkat.

"Napa? Berantem lagi? Baru jga pacaran 6 bulan udah beranteman aja" tukas Willy.

"Gw bosen sih agaknya" jujur Radit.

"Lo tuh ya gak tau bersyukur udah dapet yang kaya Luna masih aja di sia-siain awas aja lu nyesel," ucap temannya.

Namun, Radit hanya membalas dengan senyum kecut. Dia terlalu malas untuk memikirkan nya. Entahlah apakah dia akan menyesal semisal hubungannya berakhir.

Toh kalo dia putus dia bisa cari yang lain pikirnya. Cowok kan memang seperti itu

****

Semoga kalian suka.
Jangan lupa vote dan komen di bawah yaa.

Bila ada kritik atau saran untuk cerita saya silahkeun saya akan sangat senang. Itu artinya kalian respect sama cerita saya hehehe:)

Denial (Heartbeat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang