Tiba-tiba air mata Salsha jatuh. Ia sendiri tak tahu mengapa saat menatap Iqbaal ia sedih.
"Lo kenapa?"
Salsha menggeleng pelan dan mengarahkan pandangannya ke sembarang arah, ia tak ingin menatap Iqbaal lagi.
"Sal, lo kenapa? kok nangis?" tanya Iqbaal kini dengan nada peduli.
Salsha hanya diam.
"Gue minta maaf ya, gara-gara gue lo koma. Maaf buat tangan lo yang lecet itu. Sakit banget pasti, gue tau itu. Maaf buat hari sebelum lo kecelakaan itu. Dan.." ucap Iqbaal panjang lebar meminta maaf dan ucapannya terpotong bersamaan dengan Salsha yang menatapnya.
"Gimana perasaan lo ke gue?"
Deg.
Itu bukan pertanyaan yang terlontar dari mulut Salsha. Melainkan itu pertanyaan Iqbaal.
Itulah yang membuat jantung Salsha berdebar sangat kencang. Matanya mulai membulat sempurna. Pandangannya tak beralih dari mata Iqbaal.
Salsha menggeleng pelan.
"Gue nggak tau, sejauh ini gue cuman mau lo berubah." batin Salsha.
"Gue masih nggak ngerti," ucap Iqbaal yang melihat Salsha menggeleng. Ya, sedari tadi Salsha hanya menggeleng tanpa bersuara.
Salsha terus menatap manik mata Iqbaal tanpa berkedip.
Sementara Iqbaal kini menatap sembarang tempat, jujur ia juga sangat bingung dengan pertanyaannya tadi.
Salsha? ia kali ini sangat malu karena Iqbaal mengetahui perasaannya. Namun, jika Iqbaal mengetahuinya. Mengapa harus bertanya kembali? hal itu yang membuat Salsha malu.
Mengapa ia bisa bertanya seperti itu?
Lalu tak lama Salsha membenarkan posisinya yang tadi bersender untuk berbaring. Matanya mulai menutup dan sepertinya ia tertidur. Iqbaal yang baru melihat Salsha tertidur pun menarik selimut untuk Salsha.
Iqbaal tak beralih dari tempatnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dan Salsha juga sudah tertidur, tapi ia mengingat pesan Steffi. Orang tua Salsha juga belum datang.
Iqbaal menatap Salsha nanar.
Apa yang ia lakukan pada Salsha? apa ungkapan Salsha di kertas yang kini ada bersamanya dan membuat Salsha sedih? Apa ia sejahat itu?
Ya, Iqbaal baru menyadari saat membaca kata demi kata yang Salsha buat.
"Gue minta maaf."
"Ya, gue tau gue salah."
Iqbaal berbicara pada Salsha yang kini tertidur. Ia tau itu, untung saja ia tak berbicara yang tidak-tidak. Ia ragu jika Salsha tertidur untuk saat ini. Feelingnya mengatakan bahwa Salsha hanya terpejam, tidak benar-benar tertidur.
"Love you."
"Love you too, Sal."
Mereka sama-sama membatin, seolah saling berbicara lewat hati. Benar, Salsha tidak sedang tertidur.
Ia hanya berharap Iqbaal secepatnya pulang meninggalkannya, ia merasa jantungnya berbeda. Detaknya tak senormal biasanya, ia juga berharap sang Bunda secepatnya datang.
***
Ody kini berada di lobi rumah sakit, menuju ruang inap Salsha. Bersamaan juga dengan Bunda Salsha, Helen.
Helen baru saja memegang knop pintu, namun matanya menangkap sosok lelaki yang tengah berada di samping Salsha, anaknya. Cowok tersebut membelakanginya. Ia melihatnya dari kaca yang berada di pintu ruang tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saling Mencinta •IQSHA•
Fanfiction[S E L E S A I] ✔ Salsha selalu berusaha mendekati Iqbaal yang jutek dan dingin apalagi terhadap perempuan. Ia tertantang dengan sikap Iqbaal yang kemudian membuatnya makin lama mendekat malah membuatnya menyukai Iqbaal. Misi-misi pun dijalankannya...