filosofi pelangi

2.3K 229 54
                                    

"Kamu tahu filosofi pelangi?"

Seorang gadis berambut panjang sepinggang bertanya dengan wajah mendongak menatap langit sehabis hujan. Pelangi baru saja muncul di bawah naungan langit, ditemani awan.

"Bahwa setelah turun hujan muncul pelangi. Bakal ada kebahagian setelah kita sedih. Am i right?" si cowok menjawab.

"Benar. Tapi ada lagi selain itu."

"Oh ya?"

"Pelangi punya banyak warna, kan? Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Semua warna itu mewakili... Kamu."

"Gue?" cowok berambut lumayan gondrong itu mengangkat sebelah alisnya.

"Merah, Aku kenal kamu sebagai cowok paling berani yang pernah aku tahu. Kamu berani membela aku untuk semua masalah yang aku hadapi. Jingga, kamu adalah oranye ketika matahari terbenam. Menghantarkan kehangatan setiap kamu meluk aku ketika aku sedang di putaran roda kehidupan paling bawah. Kuning, kamu sumber kebahagiaanku...." penuturan gadis itu terpotong oleh senyuman yang membuat si cowok terhipnotis.

"Kamu adalah hijau. Lelaki penebar kedamaian di sekolah... Juga di hati aku...."

Shit. Sejak kapan Gendhis jadi pintar gombal?

"Kamu masih ingat ketika teman-teman ngejek aku gak pantes sama kamu karena aku jelek. Kamu selalu bilang aku harus percaya diri karena aku cantik sebagai diri aku sendiri. Kamu bilang wanita mengagumkan adalah wanita yang mencintai dirinya dan selalu percaya diri. Kamu mengajarkanku untuk jadi seperti warna biru."

Yah. Warna favorit gue. Batin si cowok.

"Kesimpulannya adalah warna ungu. Rasa aman. Aku yakin setiap wanita yang ada di sekitar kamu pasti akan merasa aman, J."

Cowok itu--bernana Jack-- tidak paham mengapa Gendhis tiba-tiba menjelaskannya makna warna-warna pelangi. Yang ia tahu, gadis itu memang mencintainya. Begitu pun dia yang mencintai Gendhis. Tapi keduanya begitu bodoh hingga tak pernah ada yang mengungkapkan perasaan masing-masing. Hingga pada akhirnya pertemuan ini adalah perpisahan. Mereka berdua bertemu hanya untuk berpisah. Takdir memang terkadang lucu memainkan perasaan keduanya hingga tak karuan.

"Lo belum sebutin arti warna nila," ujar Jack begitu ingat Nila terlewat dari penjelasan Gendhis.

Gendhis menghela napas berat. "Aku gak suka warna nila atau indigo itu."

"Loh kenapa?"

"Nila melambangkan kepasrahan. Aku gak suka pasrah, Jack. Kata orang manusia harus banyak berjuang dan gak boleh berserah diri terus menerus. A-aku gak mau pasrah sama kepergian kamu. Tapi aku juga sadar aku harus menerima apa pun yang terjadi." Gendhis mengatakan kalimat itu dengan mata yang mulai memanas.

Jack berdehem. "Ada yang harus gue bilang sebelum gue pergi..."

"Apa?" tanya Gendhis dengan air mata yang sudah merebak di pelupuk mata.

"I love you...."

átaktosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang