six: Gendhis is gula in Javanese

418 60 15
                                    

"Piwwitttttt"

Jack serta beberapa anak cowok lain yang sedang nongkrong di pelataran seberang sekolah kompak bersiul begitu Pansy dan beberapa antek-anteknya lewat di depan mereka. Dan bukannya merasa dilecehkan atau apa, Pansy malah semakin meliuk-liukkan bokong dan membusungkan dadanya. Anak-anak cowok sontak heboh.

"Pan! Mampir dulu sini ngaji nabi-nabi!" Cowok dengan name tag Udin berseru.

Pansy berhenti sebentar, sedikit bimbang ingin gabung karena disitu ada Jack. Kesempatan yang bagus buat pdkt. Tapi dia galau karena teman-temannya sudah menunggu. Mereka mau ke chatime dan berhubung lagi diskon 50% pasti banyak yang antri. Dan dia gak mau antri.

"Hmmmm sori. Gue ada janji di mall seberang. Next time ya."

Pansy langsung melengos pergi dengan sebelumnya memberikan satu kedipan genit pada Jack. Membuat Jack langsung memberikan reaksi pura-pura muntah. Saat itulah tak sengaja ia melihat gadis yang baru ditemuinya tadi di taman--gadis bermata biru--keluar dari gerbang sekolah. Buru-buru Jack menghampirinya dan menghiraukan temen-teman yang baru aja dikenalnya ini memanggil-manggil dirinya.

"Hei!" Sapa Jack begitu mensejajari langkah Gendhis.

"Mau pulang?"

"Iya," jawab Gendhis singkat.

"Gue anterin ya?"

"Gausah."

"Dingin banget sih lo."

"...."

"Rumah Lo daerah mana? Naik angkot pulang?" Jack mencecar dengan pertanyaan lagi.

Gendhis menghembuskan napasnya kesal. "Don't distrub me."

"Gue gak ganggu. Gue cuma pingin kenalan."

"Lo udah tau nama gue. Apa lagi?"

"Ya masih kurang. Gue belum tau alamat lo, warna kesukaan, makanan kesukaan, hobi, punya adek berapa, hewan kesukaan lo apa, bahkan gue perlu tau nomor bra lo bera--"

"STOP! Itu mengganggu gue. I hate stalker. Like you."

Dikatakan stalker, Jack jelas marah besar. Dia mencekal pergelangan tangan Gendhis dan menghentikan langkahnya.

"Denger ya Gendhis... Jangan karena lo merasa cantik jadi lo bisa bersikap sombong dan seenaknya. Lo pikir tampang lo itu tipe gue? No way! Gue bisa dapetin cewek yang jauh lebih cantik daripada lo kayak Jennie blankpink--"

"Blackpink?"

"Iya itu whatever. Jadi lo jangan sok kecantikan! Apalagi gue tau semua yang sekolah di sini adalah orang miskin! Jadi mau secantik apapun lo, kalo miskin tetap adalah sampah. Dan gue gak mau deket-deket sampah."

Seharusnya Gendhis kesal dengan omongan Jack barusan. Tapi Gendhis sudah terbiasa dihina, ia hanya  menjawab santai.

"Jadi kenapa lo masih mau kenalan sama gue kalo gitu?

"Because of this..." Jack menunjuk tepat di depan mata Gendhis. "Berhenti pakai softlens lo itu dan kalau besok gue masih nemuin lo bermata biru. Gue akan terus kuntitin lo kemanapun lo pergi."

☀️☀️☀️

Jack menghembuskan napas, menghirup dalam-dalam kemudian menghembuskan napasnya lagi panjang. Berkali-kali sampai Mamanya heran. Mentari mengamati anaknya yang jadi aneh semenjak pulang dari sekolah. Yah walaupun tidak perlu diragukan anaknya itu sudah aneh dari dulu.

"Kenapa sih, J?"

"Nothing. Banyak pikiran aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

átaktosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang